Selasa, 04 November 2014

Perilaku dan Pribadi Remaja

A.    Perubahan Pada Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan jiwa manusia yang merupakan masa perpindahan dari tahap kanak-kanak ke tahap dewasa. Masa remaja di awali dengan masa pubertas, yaitu kematangan alat-alat reproduksi seksual yang diikuti dengan perubahan fisik dan psikis seseorang.

Secara umum ada dua bentuk perubahan yang terjadi pada masa remaja, yaitu        perubahan fisik dan Psikologis :

1.     Perubahan Fisik
Perubahan fisik ini sangat terlihat dari perubahan biologisnya. Pada masa remaja awal seorang remaja putri memiliki sistem reproduksi yang sudah aktif, yang di awali dengan mensturasi.  Jenis hormon estrogen dan progesteron pada seorang remaja putri semakin meningkat aktivitasnya. Sehingga terjadi perubahan pada payudara, kulit menjadi lebih halus, pinggul yang melebar dan sebagainya. Sedangkan fase remaja untuk anak lelaki/ putra diawali dengan mimpi basah. Jenis hormon testosteron pada remaja putra menjadi lebih aktif, sehingga terjadi perubahan suara, otot, tumbuhnya kumis dan sebagainya.

2.     Perubahan Psikologis
Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan beberapa gejolak kejadian. Kondisi ini dapat disebabkan meluasnya jangkauan dan wawasan  pergaulan sosial remaja yang menuntut penyusaian diri dengan perubahan fisik yang sangat cepat, sehingga membuat remaja mengalami beban mental, terjadinya perubahan kadar emosi atau perasaan seperti begitu cepat marah, puas, gembira, atau sedih.
Dalam fase ini, suasana hati sangat drastis mengalami perubahan. Sebagaimana dikemukakan Mihalki Csikszentmihalyi  dan Reed Larson (1984) bahwa remaja hanya memerlukan waktu 45 menit saja untuk berubah dari suasana hatinya, seperti  perasaan “senang luar biasa” menjadi “sedih luar biasa”. Sedangkan pada orang dewasa memerlukan waktu beberapa jam. Terjadinya mood swing (perubahan suasana hati) yang drastis seperti ini pada remaja lebih banyak disebabkan oleh beban pekerjaan rumah, tugas sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Namun mood swing ini bukanlah suatu gejala atau masalah psikologis.

B.    Perilaku Remaja
Berbagai karakteristik perilaku dan  masa remaja, terbagi ke dalam dua kelompok   yaitu masa remaja awal (usia 11-13 s.d. 14-15 tahun) dan masa remaja akhir (usia 14-16 s.d. 18-20 tahun) yang meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial,   moralitas, keagamaan,  konatif, emosi afektif dan kepribadian.

1.     Fisik
Pada fase remaja awal, laju perkembangan fisiknya secara umum berlangsung sangat pesat, proporsi ukuran tinggi dan berat badan seringkali kurang seimbang, dan munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki.
Sedangkan pada fase remaja akhir, laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat, proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa, dan siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa.


2.     Psikomotor
Dalam masa remaja awal, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan, dan aktif dalam berbagai  jenis cabang permainan. Sedangkan  di masa remaja akhir, gerak-gerik mulai mantap, dan jenis  serta jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.

3.     Bahasa
Pada masa remaja awal, terjadinya perkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, dan mulai pula menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik. Sementara setelah memasuki usia masa remaja akhir, mereka lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya, dan mulai menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius.

4.     Prilaku Kognitif
Proses berfikir pada masa remaja awal, mereka sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas, kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat, dan kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
Pada masa remaja akhir, mereka sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif. Tercapainya titik puncak kedewasaan  bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi, dan adanya kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya

5.     Prilaku Sosial
Di fase remaja awal ini, mereka mulai menunjukkan adanya kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer serta adanya adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
Namun di masa remaja akhir, mereka mulai bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat), serta kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.

6.     Moralitas
Dalam masa remaja awal, mulai munculnya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Adanya sikap dan cara berfikirnya yang kritis, mereka mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya, dan mereka juga masih mencari serta mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
Ketika memasuki masa remaja akhir, mereka sudah dapat memisahkan antara sistem nilai-nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan. Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya, dan mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.

7.     Prilaku Keagamaan
Eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis oleh mereka yang berada pada fase remaja awal ini. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya, dan mereka masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
Namun setelah menginjak usia remaja akhir, eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas, dan mulai menemukan pegangan hidup.

8.     Konatif, Emosi,  Afektif dan Kepribadian
Memasuki usia remaja awal, ada lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat. Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba, dan  masa ini merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
Menginjak masa remaja akhir, mereka sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya. Reaksi-reaksi dan ekspresi  emosionalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya. Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya. Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepribadiannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa.

C.    Masalah Para Remaja
Memperbincangkan tentang masalah yang paling sering terjadi pada para remaja, tentunya tidak bisa terlepas dari sisi perubahan dan perkembangan dari remaja itu sendiri. Sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa berbagai bentuk perubahan dan perkembangan yang terjadi pada remaja tersebut akan berpengaruh pula terhadap perilakunya yang dapat saja kita kategorikan bermasalah atau tidak bermasalah. Berikut ini diuraikan tentang beberapa perilaku umum para remaja yang yang merupakan masalah remaja.

1.     Perilaku Menyimpang (behaviour disorder)
Seorang remaja yang mengalami masalah perilaku menyimpang ini kelihatan tidak tenang, tidak bahagia, dan bahkan dapat kehilangan konsentrasi diri. Sehingga mereka kelihatan gugup (nervous) dan tidak terkontrol (uncontrol). Prilaku menyimpang ini dapat mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan.

2.     Kesalahan Penyesuaian Diri (behaviour maladjustmen)
Kesalahan diri dalam melakukan penyesuaian disebabkan karena remaja seringkali melakukan langkah pintas atau jalan pendek saat menyelesaikan suatu masalah sehingga tidak memperhitungkan dampak yang ditimbulkan atau akibat yang terjadi. Menyontek, bolos sekolah, atau melanggar peraturan merupakan contoh dari kesalahan penyesuaian diri tersebut.

3.     Tidak Mampu Membedakan Benar dan Salah
Perilaku ini merupakan wujud dari perilaku menyimpang, seperti melawan aturan, tidak memiliki sopan santun, suka mempermainkan temannya, dan menunjukkan sikap bermusuhan pada orang lain.
Perilaku ini dapat disebabkan karena faktor salah asuhan atau kesalahan dalam menerapkan pola pendidikan dari orang tua kepada anak, terutama dalam mengajarkan dan mendidik mereka tentang hal-hal yang harus dilaksanakan (benar) dan tidak boleh dilaksanakan (salah).

4.     Perilaku Hiperaktif
Perilaku hiperaktif adalah anak yang mengalami defisiensi perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja yang memiliki perilaku hiperaktif seperti ini, umumnya mengalami kesulitan dalam memusatkan  perhatian, tidak memperhatikan lawan bicaranya pada saat berbicara, kesulitan berkomunikasi atau bersosialisasi, dan sangat sensitif terhadap stimulus yang datang dari luar dirinya.

D.    Mengatasi Masalah
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi suatu masalah, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.     Mendekatkan diri pada Allah SWT. yaitu dengan senantiasa berdoa kepadaNya, mohon petunjuk dan bimbingan dariNya serta tawakal atas segala ikhtiar yang telah dilakukan.
2.     Bersikap tenang dan objektif dalam melihat masalah.
3.     Bersikap optimis bahwa masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik
4.     Mengetahui sisi positif dan negatif dari masalah yang dihadapi. Seperti pada saat memilih jurusan atau program IPA/ IPS.
5.     Bersikap kreatif dan luwes saat menghadapi dan memecahkan masalah. Menggunakan cara yang tidak selalu sama dalam memcahkan masalah akan membuat diri menjadi tertantang dan berani menghadapi tantangan. Pandai dan tidak kaku melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Misalnya mengubah tujuan yang lebih relevan dan sesuai dengan kemampuan diri.
6.     Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan orang yang bijak, seperti berdialog dengan orang tua, guru, psikolog, dokter, konselor atau dengan teman yang memiliki kemampuan dan dapat dipercaya.
7.     Mengambil keputusan sesuai dengan kemampuan diri.

Setiap manusia senantiasa dihadapkan dengan sejumlah masalah, tergantung dari bagaimana cara menyikapi dan menghadapinya. Semua masalah akan ada jalan keluar atau solusinya, yang diperlukan hanyalah upaya untuk mengatasi dengan penuh keyakinan dan kesabaran; ikhtiar dan tawakal kepadaNya.

Tidak ada komentar: