Rabu, 05 November 2014

Konsep Dasar Teknologi Pendidikan

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan. Dalam zaman kemajuan ilmu pengetahuan ini para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah diharapkan, proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan memberi pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Penerapan Teknologi di lembaga pendidikan merupakan jawaban persoalan yang sekarang ini dialami oleh dunia pendidikan kita. Sebagai salah satu bagian dari sistem yang ada, teknologi pendidikan sebenarnya adalah suatu cara atau teknis bagaimana agar anak didik secara maksimal mampu menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru-gurunya atau anak dengan cara belajar dari proses alam sekitarnya.

B. PEMBAHASAN
1.     Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa yunani technologia  yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment  atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti “art”  adalah keterampilan (skill), science atau keahlian, keterampilan, ilmu.[1] Sedang dalam arti luas menurut Association for Educational Communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemacahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.[2] Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi.
Teknologi bukanlah sekedar mesin dan orang. Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang mencakup orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi, untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia.
Teknologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media yang lahir dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan. Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat relevan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya:
a.      Penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam, dan terintegrasi, sehingga dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud.
b.     Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip atau proposisi materi pelajaran.
c.      Teknologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak didik.
d.     Teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi secara lebih menarik, lebih-lebih jika disertai dengan kemampuan memanfaatkannya.
Pengertian lain dari teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar lingkungan.[3]
Sumber belajar untuk teknologi pendidikan yaitu semua sumber yang meliputi data, orang dan barang yang mungkin digunakan oleh si (orang) yang belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kelompok, biasanya dalam situasi informal untuk memberikan kemudahan belajar.
Ada dua jenis sumber belajar:
a.      Sumber yang didesain yaitu sumber-sumber yang secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional yang diharapkan dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal dan mempunyai tujuan tertentu.
b.     Sumber yang dimanfaatkan yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diperoleh dan digunakan untuk keperluan belajar.[4]
Hasil penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat bantu sangat membantu aktivitas proses belajar mengajar dikelas, terutama peningkatan prestasi belajar siswa/mahasiswa. Kadang-kadang guru/dosen ingin memilih beban seminimal mungkin dalam pelaksanaan tugas mengajar, ini terbukti, penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton paling popular dikalangan dosen/guru. Keterbatasan media teknologi pendidikan disatu pihak dan lemahnya kemampuan dosen/guru menciptakan media tersebut disisi lain membuat penerapan metode ceramah semakin menjamur. Kondisi ini jauh dari menguntungkan. Terbatasnya alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai dikelas diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu studi mahasiswa atau pelajar atau masyarakat pada umumnya.[5]
Tuntutan masyarakat yang makin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan melalui pola tradisional, disamping cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan masyarakat, pemahaman cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan kemajuan lain sebagainya memberi arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan dan tuntutan ini pulalah yang membuat kebijaksanaan untuk memanfaatkan media teknologi dan pendekatan teknologis dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan merupakan sarana penerus nilai-nilai, gagasan-gagasan, sehingga setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. Ini berarti bahwa pendidikan adalah wadah untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kepentingan hidup manusia.[6]


2.     Landasan dan Pendekatan Belajar dalam Teknologi Pendidikan
a.     Landasan Filosofis Teknologi Pendidikan
Landasan falsafah penelitian teknologi pendidikan terdiri atas 3 komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam teknologi pendidikan yaitu ontology (merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya apa), epistemology (pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu itu bagaimana), dan aksiology (menelaah tentang nilai guna baik secara umum maupun secara khusus, baik secara kasat mata atau secara abstrak). Kurikulum teknologi berorientasi ke masa depan yang memandang teknologi sebgai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu dalam pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku lahirnya atau eksternal dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah yang secara karakteristik menuju ke arah komputerisasi program pengajaran yang ideal.
Dalam proses belajar mengajar, model teknologi pendidikan lebih menitik beratkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran sesuai ketingkatan kesiapan sehingga siswa mampu menunjukan perilaku tertentu yang diharapkan.

b.     Landasan Psikologi Teknologi Pendidikan
Dalam pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dianggap melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Pola tingkah laku tersebut meliputi aspek rohani dan jasmani. Menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, ketrampilan dan menyangkut sikap nilai. Siswa yang belajar dipandang sebagai organisme yang hidup sebagai satu keseluruhan yang bulat. Ia bersifat aktif dan senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, memerima, menolak, mencari sendiri dapat pula mengubah lingkungannya.
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.[7]

c.      Landasan Sosiologis Teknologi Pendidikan
Peranan teknologi dalam belajar yang dirancang sebagai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan ekonomis merupakan peranan komunikasi yang sangat penting sebab hakikat teknologi pengajaran adalah upaya mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu landasan sosial teknologi pengajaran ada pada komunikasi insani.

d.     Landasan religius teknologi pendidikan
Dalam proses pembelajarn yang mengacu pada landasan keagamaan, seorang guru diharapkan bisa mengubah moral peserta didiknya, agar dalam pembelajaran nantinya bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Maka disini seorang guru, ketika ada seorang peserta didiknya yang tidak memahami apa yang disampaikan, guru dapat menggunakan teknik atau cara pembelajaran lain dengan tanpa mempersulit caranya tersebut agar pemahaman peserta didiknya tidak menyimpang, yang nantinya dapat mempengaruhi moral peserta didiknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur’an :  يسّروا ولا تعسّروا
Dari penjelasan tersebut sudahlah jelas bahwa dalam proses pembelajaran, agama sendiri tidak mempersulit tentang cara yang akan dipakai oleh seorang guru dalam penyampaian pelajarannya. Selain itu, pesan yang disampaikan lewat interaksi antara guru dan peserta didiknya harus bisa mengimbangi keadaan pesarta didiknya, sehingga bisa di terima materinya. Dengan kata lain guru harus bisa mengajarkan materinya sesuai dengan ukuran akal peserta didiknya sehingga mampu diserap dan diamalkan apa yang disampaikannya “خاطبوا النّاس بقدر عقولهم ”
Objek formal teknologi pendidikan adalah “belajar” pada manusia, baik sebagai pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.
Selanjutnya, menurutnya, ada gejala yang perlu mendapat perhatian atau yang merupakan landasan ontology dari objek tersebut adalah:
a.      Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
b.     Adanya berbagai sumber, baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
c.      Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang dan organisasi.
d.     Perlu adanya keahlian dan pengelolan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien dan selaras.[8]
Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya“doing more of the same”,  ataupun “doing it better of the same”, melainkan “doing it differently”  untuk menjamin hasil yang diharapkan. Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:
a.      Pendekatan isomeristik, yaitu yang meggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi,  ekonomi, manajemen, rekayasa teknik dsb), ke dalam suatu kebulatan tersendiri.
b.     Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan.
c.      Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
d.     Pendekatan sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehenshif).[9]

3.     Teknologi Pendidikan Sebuah Konsep
Beberapa konsep teknologi pendidikan, dari beberapa pendapat, sebagaimana dikutip Yusufhadi, diantaranya:
a.      Konsepsi teknologi pendidikan dapat kita pahami melalui pendekatan teknologi atau pendidikan. Melalui pendekatan teknologi diartikan sebagai teknologi yang diterapkan dalam bidang pendidikan.
b.     Definisi yang dibuat Galbraith tentang teknologi masih sangat populer hingga kini, yaitu aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal. Bila difinisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan, maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas kependidikan. Definisi ini terlalu luas, karena dengan demikian semua tugas kependidikan dapat dianggap sebgai bidang teknologi pendidikan.
c.      Association for Educational Communication and Technology /AECT, 1986), Teknologi pendidikan merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
d.     Konsep pendidikan sendiri mempuyai arti yang luas, ia merupakan keseluruhan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan berbagai bentuk prilaku lain yang mempunyai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Apabila proses itu sengaja dikelola agar dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi tertentu, maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.
e.      Commission on Instructional Technology, 1970. Teknologi Instruksional (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), merupakan cara yang sistematis dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan khusus yng didasarkan pada penelitian terhadap belajar dan berkomunikasi pada manusia, serta dengan menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan non-insani agar menghasilkan pembelajaran yang efektif.[10]
Dari berbagai pendapat tentang pengertian teknologi pendidikan dan teknologi instruksional, maka Yusufhadi Miarso memberikan suatu rumusan dalam aplikasi teknologi pendidikan dan implikasinya. Konsep atau pengertian teknologi pendidikan tersebut, jika kita analisis akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut:
a)     Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa dan lain-lain secara bersistem.
b)     Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya.
c)     Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar.
d)     Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.[11]
Berdasarkan perkembangan paradigma (kerangka berpikir) para ahli dapat dirumuskan gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungannnya.
Jadi, teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber belajar yang dirancang, dipilih dan atau digunakan untuk keperluan belajar dan yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan. Proses analisis masalah merupakan fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk riset atau teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan dan peenyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi nerupakan fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan personal.

4.     Pemahaman Konsep Teknologi Pendidikan
Pemahaman konsep teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.      Teknologi pendidikan merupakan ilmu cara yang terbentuk dalam proses panjang untuk membangun sistem pendidikan, agar mampu mewujudkan terbentuknya manusia yang berkualitas.
b.     Teknologi pendidikan dalam sistem aplikasinya dilakukan secara terpadu, dan melibatkan banyak komponen di antaranya adalah unsur manusianya, prosedur, ide atau gagasan, bahan dan peralatan serta organisasi pengelolaannya.
c.      Teknologi pendidikan merupakan sebuah produk pemikiran untuk mencari jalan pengembangan, pendayagunaan semua sumber daya yang ada, dalam rangka untuk memecahkan problem pendidikan, baik problem yang menyangkut kuantitas dan kualitas pendidikan yang muncul.
d.     Teknologi pendidikan memakai pendekatan sistematis dalam rangka, menganalisa dan memecahkan masalah proses belajar.
e.      Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber belajar.
f.      Tekonologi pendidikan merupakan suatu bidang profesi yang terbentuk dengan adanya usaha terorganisasikan dalam mengembangkan teori, melaksanakan penelitian dan aplikasi praktis perluasan serta peningkatan sumber belajar.
g.     Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang secara integratif yaitu secaraa rasional berkembang dan berintegrasi dengan berbagai bidang pendidikan.
Pada umumnya teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk:
1.     Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan:
a.      Mempercepat tahap belajar (rate of leaning)
b.     Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
c.      Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan belajar anak
2.     Memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih individual, dengan jalan:
a.      Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional.
b.     Memberikan kesempatan anak berkembag sesuai dengan kemampuan.
3.     Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan
a.      Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematis.
b.     Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku.
4)   Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan;
a.      Meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b.     Penyajian informasi dan data secara lebih kongkrit.
5)   Menungkinkan belajar secara seketika (immediacy of learning) karena dapat;
a.      Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah.
b.     Memberikan pengetahuan langsung.
6)   Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, terutama adanya media masa, dengan jalan:
a.      Pemanfaatan bersama (secara lebih luas) tenaga atau kejadian yang langka.
b.     Penyajian informasi menembus batas geografis.[12]

C. PENUTUP

1.     KESIMPULAN
Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan masalah yang menyangkut semau aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar lingkungan. Gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungannnya. Asosiasi menyadari bahwa dewasa ini ada beberapa kerangka konseptual yang dikemukakan oleh orang yang dalam banyak hal juga bergerak dibidang teknologi pendidikan. Konsep-konsep ini antara lain meliputi pengajaran audio visual, media pendidikan, sumber belajar, dan komunikasi pendidikan.

2.     SARAN
Demikianlah pemaparan makalah dari penyusun, semoga bisa bermanfaat  bagi kita semua. Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak kesalahan, oleh karena itu penyusun meminta ma’af yang sedalam-dalamnya. Selanjutnya kritik dan saran dari para saudara tercinta sangat dibutuhkan demi perbaikan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali.
Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Nasution. 1999. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadiman, Arif. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail





[1] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Hlm. 2.
[2] Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2005), Hlm. 3.
[3] Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, (Rajawali: Jakarta, 1986), Hlm. 8.  
[4] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali, 2010), Hlm. 23.
[5] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Hlm. 31.
[6] Arif Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), Hlm. 43.
[7] Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, (Rajawali: Jakarta, 1986), Hlm. 56.
[8] Ibid. Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, Hlm. 34.
[9] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Hlm. 33.
[10] Ibid. Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, Hlm. 62.
[11] Ibid. Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, Hlm. 78.
[12] Ibid. Yusufhadi Miarso dkk., Definisi Teknologi Pendidikan, Hlm. 6.

Tidak ada komentar: