Selasa, 10 Maret 2015

Perencanaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan lepas dari kegiatan pendidikan, baik pendidikan dalam bentuk fisik maupun psikis. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan  kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk pembentukan anak manusia demi menunjang perannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu budaya yang mengangkat harkat dan martabat manusia sepanjang hayat. Dengan demikian pendidikan memegang peranan penting yang menentukan eksistensi dan perkembangan manusia.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orangtua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis. Orangtua sering tidak mempunyai rencana yang jelas dan rinci kemana anaknya akan diarahkan, dengan cara apa mereka akan dididik, dan apa isi pendidikannya. Orangtua umumnya mempunyai harapan tertentu pada anaknya, mudah-mudahan ia menjadi orang sholeh, sehat, pandai, dan sebagainya, tetapi bagaimana rincian sifat-sifat tersebut bagi mereka tidak jelas, dan mereka juga tidak tau apa yang harus diberikan dan bagaimana memberikannya agar anak-anaknya memiliki sifat-sifat tersebut.[1]
Interaksi pendidikan antara orangtua dengan anaknya juga sering tidak disadari. Dalam kehidupan keluarga interaksi pendidikan dapat terjadi setiap saat, setiap kali orang tua bertemu, berdialog, bergaul, dan bekerja sama dengan anaknya. Pada saat demikian banyak perilaku dan perlakuan spontan yang diberikan kepada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan mendidik besar sekali. Orangtua menjadi pendidik tanpa disiapkan secara formal. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai ayah dan ibu. Karena tidak ada rancangan yang konkrit dan adakalanya tidak disadari, maka pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut pendidikan informal. Pendidikan tersebut tidak memeliki kurikulum formal dan tertulis.[2]
Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Ia telah mempelajari ilmu, keterampilan, dan seni sebagai guru. Ia juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik. Lebih dari itu mereka juga telah diangkat dan diberi kepercayaan oleh masyarakat menjadi guru, bukan sekadar dengan surat keputusan dari pejabat yang berwenang, tetapi juga pengakuan dan penghargaan dari masyarakat. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, dan bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan alat-alat yang dipilih dan dirancang secara cermat. Di sekolah guru melakukan interaksi pendidikan secara berencana dan sadar. Dalam lingkungan sekolah telah ada kurikulum formal, yang bersifat tertulis. Guru-guru melaksanakan tugas mendidik secara formal, karena itu pendidikan di sekolah disebut pendidikan formal.[3]
Akan tetapi pada saat ini, masih banyak terdapat guru-guru mengajar dengan tidak mempunyai rencana dan persiapan mengajar yang matang, dan metode pembelajaran yang cenderung monoton,[4] yang pada akhirnya para guru mengajar hanya sebatas mentransfer ilmu. Guru juga seringkali dihadapkan pada masalah media pembelajaran, mereka mengajar tanpa menggunakan media yang tepat. Hal ini dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah. Sehingga, hasil yang dicapai jauh dari apa yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana konsep perencanaan sistem pembelajaran yang baik dan bagaimana signifikansinya terhadap hasil pembelajaran.  

B.    Rumusan Masalah  
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana konsep perencanaan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam?
2.     Bagaimana dimensi-dimensi prinsip perencanaan pembelajaran?
3.     Bagaimana karakteristik perencanaan pembelajaran?
4.     Apa manfaat perencanaan pembelajaran?
5.     Bagaimana urgensi perencanaan pembelajaran?


PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.     Pengertian Perencanaan
Dalam ilmu manajemen perencanaan[5] sering disebut dengan istilah planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada tujuan pencapaian tujuan tertentu.[6]
Perencanaan menurut Willian H. Newman menjelaskan bahwa perencaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.[7] Perencanaa berisi rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan tentang tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Sedangkan Ulbert Silalahi menyatakan bahwa perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pemberdayaan manusia, informasi, finansial, metode, dan waktu untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.[8]
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang dilakukan seseorang secara sistemik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.     Pengertian Sistem
Menurut Oemar Hamalik sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.[9] Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sistem adalah perangkat atau unsur yang secara langsung saling berkaitan dan sehingga membentuk totalitas.[10]
Dapat dipahami bahwa, sistem itu tersusun  dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan dan bahu membahu dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Misalnya sistem pembelajaran yang terdiri dari tujuan, pembelajaran, materi, metode, dan alat, sumber belajar, serta evaluasi pembelajaran. Semua ini akan bermuara kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang dimaksud.
3.     Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses komunikasi yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa yang lain untuk mencapai tujuan yang telag ditentukan. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Syaiful bahwa pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru dan belajar dilakukan oleh siswa.
4.     Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dapat diartikan secara sempit yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak-anak dampai ia dewasa.[11] Sedangkan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pandai, baik, mampu hidup, berguna bagi masyarakat.[12]
Definisi di atas mengandung pengertian yang lebih luas, yakni menyangkut perkembangan dan pengembangan manusia. Namun demikian, pengertian tersebut masih terbatas pada persoalan-persoalan duniawi. Dan belum memasukkan aspek spritual religius sebagai bagian terpenting yang mendasari pengembangan dan dan perkembangan manusia dalam proses pendidikan.
Menurut  Naquib al-Attas kata pendidikan berasal dari kata ta’dib, atau tarbiyah yang lebih menekankan pada mengasuh, menanggung, memberi makan, memelihara dan menjadikan bertambah dalam pertumbuhan.[13]
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia.[14]
Menurut Soergarda Purbakawaca pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.[15]
Ketiga pengertian pendidikan diatas, mempunyai arti yang cukup luas, meliputi pengetahuan, keterampilan dan kecakapan hidup. Dan belum menyentuh aspek-aspek spiritual yang dilandasi ajaran Islam. Untuk  itu akan lebih baik jika dipadukan dengan pengertian pendidikan yang dilandasi oleh semangat keislaman, sebagaimana yang dikemukakan oleh H.M. Arifin tentang rumusan pendidikan Islam hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia yaitu pendidikan Islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan  rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih, mengnadung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur.[16]
Dari definisi di atas ada tiga poin yang dapat disimpulkan yaitu: Pertama, Pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang.
Kedua, Pendidikan Islam mendasarkan konsepsinya pada nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan  faktor teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah: 31. 
Ketiga, adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai, sebagaimana kita ketahui bahwa takwa merupakan benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari luar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[17] 

C.    Dimensi-dimensi Prinsip Perencanaan Pembelajaran
Di bawah ini beberapa dimensi perencanaan pembelajaran :
1.     Signifikansi
Perencanaan pembelajaran harus memperhatikan signifikansi dan kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Pengambilan keputusan harus mempunyai garis-garis yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi. Signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang dibangun di dalam proses perencanaan.
2.     Relevansi
Perencanaan pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik atau waktu yang tepat agar dapat dicapai secara optimal.
3.     Adaptif
Perencanaan pembelajaran bersifat dinamik, sehingga  perlu mencari umpan balik. Penggunaan proses memungkinkan perencanaan pembelajaran yang fleksibel, adaptif, realistis, yakni dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan. 
4.     Feasibilitas
Feasibilitas artinya perencanaan terkait dengan teknik dan estimasi biaya serta lainnya dalam pertimbangan yang realistis.
5.     Kepastian atau defenitivenes
Sekalipun perlu banyak alternatif yang disediakan dalam perencanaan pembelajaran, konsep kepastian dapat meminimumkan atau mengurangi kejadia-kejadian yang tidak diduga. 
6.     Ketelitian atau psimoniuseness
Ketelitian hendaknya diperhatikan agar perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk sederhana dan sensitif terhadap kaitan-kaitan antara komponen pembelajaran.
7.     Waktu
Perencanaan pembelajaran hendaknya dapat memprediksi kebutuhan masa depan, dan tetap memperhatikan kemajuan zaman.
8.     Monitoring
Monotoring berguna untuk mengetahui apakah komponen yang ada berjalan sebagaimana mestinya.
9.     Perencanaan
Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Maka perencanaan pengajaran perlu memuat hal-hal berikut ini:
a.      Tujuan apa yang diinginkan
b.     Program dan layanan
c.      Tenaga manusia
d.     Keuangan
e.      Bangunan fisik
f.      Struktur organisasi
g.     Kontek sosial.[18]

D.    Karakteristik Perencanaan Pembelajaran
Ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyusun suatu rencana pembelajaran yaitu:
1.     Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar dan disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan siswa.
2.     Memiliki tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.
3.     Penysusnan perencanaan harus disusun secara sistematis yaitu dari materi dari yang mudah dan diikuti dengan materi yang sulit dan dari segi pembelajaran yang diberikan harus mempertimbangkan keakuratan metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran.
4.     Pembelajaran harus disusun dengan menggunakan pendekatan sistem.[19]   

E.     Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan satu tahapan merupakan satu tahapan dalam proses belajar mengajar. Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol, dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula. Perencanaan pembelajaran atau disebut juga desain instruksional merupakan kegiatan organisasi intruksional.[20]
Secara sistematik perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merusmuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar, dan merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan penting dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran harus didesain secara sistematis dalam merumuskan tujuan, bagaimana karakteristik siswanya, bagaimana menentukan metodenya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.  

F.     Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswa-siswinya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembel;ajaran berlangsung. Dengan demikian maka perencanaan pembelajaran digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman siswa-siswinya dalam kegiatan belajar yang disusun secara sistematis dan sistemik.
Perencanaan  pembelajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan lrbih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik.perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang untuk lebih dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Sedangkan manfaat perencaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.     Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.     Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur ynag terlibat dalam kegiatan.
3.     Sebagai pedoman kerja, baik unsur guru maupun unsur siswa dan sisiwinya.
4.     Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu kegiatan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kegiatan tersebut
5.     Untuk bahan pengususnan data agar tidak terjadi kesenjangan dalam kegiatan pembelajaran.
6.     Untuk menghemat waktu dan tenaga.[21]



SIMPULAN

 Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis berkesimpulan bahwa perencanaan sistem pembelajaran menjadi sangat penting bagi para guru, karena  perencanaan pembelajaran digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman siswa-siswinya dalam kegiatan belajar yang disusun secara sistematis dan sistemik. Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol, dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula.
Selain itu, perencanaan  pembelajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik.perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang untuk lebih dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya.



DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Natsir. Dasar-dasar Ilmu mendidik. Jakarta: Mutiara. 1997.
Anwar, Kasfu. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan
            Pendidikan (KTSP). Bandung: Alfabeta. 2010.
Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Akasara. 1987.
Dewantara, Ki Hajar Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur
            Persatuan Taman Siswa.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara.1995.
Marribah, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
            1981.
Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa. 2003.
Syaodih, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT
            Remaja Rosdakarya. 2010
Syekh Muhammad al-Naquib Al-Attas. Konsep Pendidikan Dalam Islam,
            Bandung: Mizan. 1984.
Tafsiri, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
            Rosda Karya. 2001.




[1] Nana Syaodih S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hal. 1
[2] Ibid. Nana Syaodih S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Hal. 1
[3] Ibid. Nana Syaodih S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Hal 1-2.
[4] Monoton adalah berulang-ulang selalu sama nadanya (bunyinya,ragamnya). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007. Hal. 754
[5] Perencaan adalah proses cara, perbuatan merencanakan (merancangkan) Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal. 946
[6] Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung; Alfabeta. 2010. Hal. 21 
[7] Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 21
[8] Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 22
[9] Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara. 1995. Hal.1
[10] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal. 1076
[11] Ahmad D. Marribah. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-Ma’arif. 1981). Hal. 31
[12] M. Natsir Ali. Dasar-dasar Ilmu mendidik. (Jakarta: Mutiara. 1997). Hal. 23
[13] Syekh Muhammad al-Naquib Al-Attas. Konsep Pendidikan Dalam Islam. (Bandung: Mizan. 1984) cet. Ke-1. Hal 60
[14] Ki Hajar Dewantara. Bagian Pertama Pendidikan. (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1962) sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam. Hal. 11 
[15] Abuddin Nata. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Bandung: Angkasa. 2003). Hal. 12
[16] H.M. Arifin,.Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Bina Akasara,.1987) cet. Ke-1 Hal. 13
[17] Ahmad Tafsiri. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001) cet ke-4. Hal. 32
[18] Dr. Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 27
[19] Pendekatan sistem adalah salah satu cara dalam penyusunan rencana pembelajaran yang dapat memperhatikan  berbagai komponen pembelajaran seperti metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran, waktu, dan sumber belajar. Semua komponen tersebut harus dapat berkolaborasi dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 29-30
[20] Organisasi intruksional adalah pembelajaran mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran atau disebut dengan desain intruksional. Sedangkan komponen organisasi intruksional yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah interaksi pembelajaran,  sumber belajar yang digunakan , dan evaluasi pembelajaran.  Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 30
[21] Kasful Anwar Us. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Hal. 31-32

Tidak ada komentar: