Rabu, 17 September 2014

Al-Habib Abdul Rahman bin Muhammad Al-Aidrus

(Tokku Paloh - Terengganu)

ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kebimbangan terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati" Yunus: 62

TOKKU PALOH atau nama sebenarnya Sayid Abdul Rahman bin Muhammad Al-Aidrus adalah ulama kerohanian yang berkecimpung dalam bidang pentadbiran dan diplomatik di Terengganu. Beliau hidup dalam zaman pemeritahan lapan orang sultan silih berganti; paling lama dan paling kuat pengaruh beliau ialah semasa pemerintahan Sultan Zainal Abidin III, Sultan Terengganu ke-II.

Kerana kewibawaannya, beliau diberi
 mandat oleh Sultan mentadbir kawasan Paloh dan mengawasi kawasan Hulu Terengganu. Beliau juga diterima sebagai penasihat pertama dan utama kepada Sultan dalam berbagai persoalan. Beliau tegas dan pintar dalam bidang diplomatik, dan sering diberi peluang mewakili Sultan berunding dengan pihak British sehingga pada zaman itu British gagal menjajah Terengganu.

Tokku Paloh terkenal sebagai seorang wali Allah yang mempunyai berbagai karamah dan sentiasa mendapat bantuan Allah SWT khususnya sewaktu mengendalikan urusan rakyat. Tokku Paloh adalah khalifah Tareqat Naqsyabandiah, dan beliau turut mengamal dan mengembangluaskan 'Syahadat Tokku', satu amalan yang disusun oleh ayahnya Tokku Tuan Besar

SYAIKH KHALID AL-BAGHDADI

WALI DENGAN DUA SAYAP

Karena penguasaannya di bidang ilmu lahir dan ilmu batin, ia mendapat sebutan “Orang dengan Dua Sayap”

Syaikh Khalid Al-Baghdadi adalah mursyid Tariqat Naqsyabandiyah ke-31, penerus rahasia Tariqat Naqsyabandi dari Syaikh Abdullah Ad-Dahlawi. Dia menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan tasawuf, seorang mujtahid dalam hukum ilahi (syari’at) dan realitas ilahi (hakikat).

Dia dianggap cendekiawan para cendekiawan dan wali para wali, sehingga diibaratkan laksana cahaya bulan purnama dalam aliran Thariqat Naqsyabandi, pusat lingkaran kutub.

Khalid lahir pada tahun 1193 H/1779 M di Desa Karada, Sulaymaniyyah, Irak. Karena keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, khalifah ketiga, dia berhak menyandang gelar “Utsmani”.

Dia tumbuh dan belajar di sekolah-sekolah dan masjid yang tersebar di kota tersebut. Pada saat itu Sulaymaniyyah merupakan kota pelajar utama. Dia mempelajari Al-Qur’an dan tafsir Imam Rafica.

Ketika umur 15 tahun dia menetapkan asketisisme, doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa seseorang bisa mencapai posisi spiritual yang tinggi melalui disiplin diri dan penyangkalan diri yang ketat sebagai falsafah hidupnya, kelaparan sebagai kudanya, tetap terjaga (tidak tidur) sebagai jalannya, khalwat sebagai sahabatnya, dan energi spiritual sebagai cahayanya.

Dia berguru kepada dua cendekiawan besar, Syaikh ‘Abdul Karim Al-Barjanzi dan Syaikh Abdur Rahim Al-Barjanzi, sebelum akhirnya mempelajari matematika, filosofi, dan logika di kota kelahirannya.

Lalu ia kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang yurisprudensi, dan mempelajari karya-karya Ibnu Hajar, Suyuti, dan Haythami. Dia dapat menghafal tafsir Al-Qur’an dari Baydawi dan mampu menemukan pemecahan atas segala pertanyaan pelik mengenai yurisprudensi. Dia hafal Al-Qur’an dengan 14 cara membaca yang berbeda, dan ini merupakan kelebihannya sehingga membuatnya sangat terkenal.

Pangeran Ihsan Ibrahim Pasha, gubernur Baban, gagal membujuknya untuk mengasuh sekolah di kerajannya. Dia lebih tertarik mempelajari matematika, teknik, astronomi, dan kimia kepada Muhammad Al-Qasim As-Sanandaji di kota Sanandaj.

Setelah menguasai ilmu-ilmu umum, dia kembali ke Sulaymaniyyah dan mengajar ilmu-ilmu modern. Meneliti dan menelaah persamaan-persamaan yang sulit di bidang astronomi dan kimia di sekolah Abdul Karim Al-Barzanji menyusul wabah penyakit yang melanda kota itu pada tahun 1213 H/1798 M.

Kemudian dia berkhalwat, meninggalkan segala yang telah dipelajari, datang ke pintu Allah dengan segala keshalihan dan memperbanyak dzikir. Lalu dia meninggalkan segalanya dan pergi ke Hijaz, menemui para cendekiawan, dan mengikuti Syaikh Muhammad Al-Kuzbara, seorang ahli ilmu-ilmu kuno dan modern dan pengajar hadits yang memberinya otorisasi terhadap Thariqat Qadiriyah.

Dalam perjalanan menuju Makkah, seorang syaikh menasehatinya agar tidak berkeluh kesah atas segala masalah yang mungkin bertentangan dengan syari’at ketika memasuki kota Makkah. Pada hari Jum’at, ketika duduk dekat Ka’bah dan membaca Dala’il al-Khayrat, dia melihat seseorang dengan jenggot hitam bersandar pada sebuah pilar, menatap dirinya. Ia merasa, orang itu tidak layak berlaku demikian, apalagi di depan Ka’bah.

Orang itu melihat Khalid dan menegurnya, “Hei orang bodoh, apakah kamu tidak tahu bahwa kemuliaan hati seorang mukmin jauh lebih berarti daripada keistimewaan Ka’bah? Mengapa kamu diam-diam mengkritik aku. Apakah kamu tidak mendengar nasihat syaikhku di Madinah agar tidak mengkritik sesuatu?”

Syaikh Khalid minta maaf, mencium tangan dan kakinya dan minta bimbingannya. Dia mengatakan, “Wahai anakku, harta dan kunci hatimu bukan disini, melainkan di India. Syaikhmu berada di sana. Pergilah kesana, dia akan menunjukkan apa yang harus kamu lakukan.”

Tapi karena orang itu tidak mengatakan ke mana dia harus pergi ke India, dia memutuskan pulang ke Syam.

*MENYATU DENGAN ILAHI*

          Syaikh Khalid pindah ke India pada tahun 1224 H/1809 M. Dalam perjalanan ke anak benua Asia itu, dia bertemu Isma’il al-Kashi, mengunjungi makam Guru dari Induk Segala Thariqat di Bistam, Syaikh Bayazid Al-Bistami, mengunjungi Sayyid Al-Jalal al-Ma’nas al-imam ‘Ali Rida, dan mengunjungi Syaikh Ahmad An-Namiqi al-Jami.
          Di Herat, Afghanistan, Kandahar, Kabul, dan Peshawar, semua cendekiawan besar yang ditemuinya selalu menguji pengetahuannya tentang hukum Ilahi (syariat) dan kesadaran ilahi (ma’rifat), ilmu-ilmu logika, matematika, dan astronomi. Mereka menyebutnya seperti sungai yang luas, mengalir dengan ilmu, atau seperti samudera tanpa pantai.
          Ketika di Lahore, ia bertemu Syaikh Thana’ullah An-Naqsyabandi dan meminta doa. “Malam itu aku mimpi bahwa Syaikh Thana’ullah An-Naqsyabandi menarikku dengan giginya. Ketika aku terbangun dan ingin mengatakan mimpiku itu kepadanya, dia mengatakan, ‘Jangan ceritakan mimpi itu kepadaku, kami telah mengetahuinya’.
          Lalu aku mulai merasakan daya tarik spiritual dari Syaikh ‘Abdullah Ad-Dahlawi. Aku meninggalkan Lahore, menyeberangi pegunungan dan lembah, hutan dan padang pasir, sampai tiba di Kesultanan Delhi, yang dikenal dengan Jenahabad. Perjalanan itu memakan waktu satu tahun 40 hari. Sebelum aku tiba, dia berkata kepada para pengikutnya, ‘Penerusku akan datang.”
          Sesampai di kota Jehanabad dia memberi penghormatan kepada Syaikhnya dengan puisi yang sangat elok. Semua barang yang dibawanya dan segala yang ada di kantungnya diserahkan kepada fakir miskin. Kemudian dia melakukan bai’at dengan Syaikh ‘Abdullah Ad-Dahlawi. Di sini dia mencapai perkembangan yang pesat dalam berperang melawan egonya. Tidak sampai lima bulan dia telah menjadi salah seorang yang menyatu dengan ilahi dan mempunyai penglihatan ilahi.
          Oleh Syaikh ‘Abdullah, dia diizinkan kembali ke Irak dan memberinya otoritas tertulis dalam 5 thariqat : Thariqat Naqsyabandi, atau Rantai Emas, Thaqiqat Qadiri, Thariqat As-Suhrawardiyyah, Thariqat Kubrawiyya, dan Thariqat Chishti.
          Pada masanya, Baghdad sangat terkenal dengan ilmu pengetahuan, sehingga kota itu dinamakan “Tempat Dua Matahari”.
          Dia sendiri dikenal dengan sebutan “ Orang dengan Dua Sayap” (zhuljanahain), sebuah perumpamaan karena penguasaannya di bidang ilmu lahir dan ilmu batin. Dia mengirimkan kalifahnya ke mana saja, mulai dari Hijaz ke Irak, dari Syam (Syria) ke Turki, dari Iran ke India dan Transoxania, untuk menyebarkan jalan leluhurnya dalam Thariqat Naqsyabandi.
          Ke mana pun dia pergi, orang akan mengundang ke rumahnya. Dan rumah seperti apapun yang dia kunjungi, akan mendapat berkah dan menjadi makmur.
          Suatu hari, ketika mengunjungi Kubah Batu di Yerussalem dengan para pengikutnya, Abdullah Al-Fardi datang menemuinya dengan kerumunan orang. Beberapa orang Kristen memintanya untuk masuk ke Gereja Kumama agar mendapat berkah dengan kehadirannya.
          Lalu dia melanjutkan perjalanan ke Al-Khalil (Hebron), kota Nabi Ibrahim, memasuki Masjid Ibrahim Al-Khalil dan mengambil berkah dari temboknya.
          Dia pergi lagi ke Hijaz untuk mengunjungi Baitullah pada tahun 1241 H/1826 M. Warga kota dengan para cendekiawan dan wali mendatangi dan melakukan bai’at dengannya. Mereka memberi kunci untuk memasuki dua Kota Suci dan mengangkatnya sebagai Syaikh Spiritual untuk kedua kota tersebut.
          Setelah berhaji dan kunjungannya kepada Rasulullah, dia kembali ke Syam. Di sini dia disambut 25 ribut orang di pintu kota, pertanda bahwa Sultan Ottoman, Mahmud Khan, juga sangat menghormati dirinya. Semua cendekiawan, menteri, syaikh, fakir miskin, dan orang-orang kaya datang untuk mendapatkan berkah dan meminta do’a darinya. Para penyair melantunkan syair mereka, sementara itu orang kaya memberi makan yang miskin. Semua orang adalah sama di hadapan beliau. Dia membangkitkan pengetahuan spiritual dan pengetahuan lahiriah dan menyebarkan cahaya kepada semua orang, baik Arab maupun non-Arab, yang datang dan menerima Thariqat Naqsyabandi darinya.
          Dalam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan 1242 H/1827 M, ia memutuskan untuk mengunjungi Quds (Yerusalem) dari Damaskus. Mungkin itu adalah suatu tanda bahwa ia akan meninggalkan dunia ini.
          Pada hari pertama bulan Syawwal, wabah penyakit menyebar dengan cepat di kota Syam (Damaskus). Salah seorang pengikutnya minta Syaikh Khalid mendoakan dia agar diselamatkan dari wabah tersebut, dan menambahkan, “... untukmu juga, Syaikh.”
          “Aku malu kepada Allah, karena niatku memasuki Syam adalah untuk meninggal di tempat ini.”
          Orang pertama yang meninggal karena wabah ini anaknya sendiri, Bahauddin, pada Jum’at malam.
          “Alhamdulillah, ini adalah jalan kita,” katanya. Lalu anak itu dikuburkan di Gunung Qasiyun. Dia baru berusia lima tahun lewat beberapa hari. Anak itu sangat fasih dalam 3 bahasa : Persia, Arab, dan Kurdi. Dia juga pandai membaca Al-Qur’an.
          Beberapa hari kemudian, anak lainnya, Abdurrahman, juga meninggal dunia. Dia lebih tua satu tahun. “Banyak pengikutku yang akan meninggal dunia,” katanya. Lalu dia menunjuk Syaikh Isma’il Ash-Shirwani untuk menggantikannya di Thariqat Naqsyabandi. Saat itu adalah tahun 1242 H/1827 M.
          Dia sendiri akhirnya wafat pada hari Jum’at 13 Dzulqaidah 1242 H/1827 M setelah sebelumnya membaca ayat 27-30 dari surah Al-Fajr, “Wahai jiwa yang tenang dan tenteram, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam syurga-Ku!”
          Sehari sebelumnya, kamis, dia telah mengisyaratkan banyak hal kepada keluarganya, seperti bahwa dirinya akan wafat besok harinya dengan membawa seluruh wabah yang menerjang Damaskus, nisannya tidak boleh ditulis macam-macam kecuali Ini adalah makam orang asing, Khalid.
          Hari berikutnya, Sabtu, terjadi keajaiban di Syam. Wabah penyakit tiba-tiba menghilang.


Sumber : Alkisah No.05/26 FEB – 11 MAR 2007

Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir


Beliau lahir di Tarim, sebuah kota kecil di Yaman Selatan pada tahun 1191 Hijriyah. Menimba ilmu dari ulama-ulama besar di Hadhramaut dan ulama-ulama besar dari Makkah dan Madinah. Dengan kemauan yang kuat dan kecerdasan yang luar biasa serta kebersihan dan keikhlasan hatinya, beliau pada akhirnya menjadi salah seorang ulama paling besar pada masanya.

Dari beliau banyak sekali lahir murid-murid yang kemudian menjadi ulama-ulama besar di antaranya adalah Al-Allamah Muhammad bin Husain Al-Habsyi dan Al-Habib Ali Al-Habsy, penulis risalah Maulid Nabi Muhammad s.a.w yang terkenal (Simthud Duror).

Dari tangan beliau juga lahir karya-karya (kitab) yang cukup fenomenal, antara lain Diwan (kumpulan syair), al-Washiah an-Nafi'ah fi Kalimat Jami'ah, Dzikru al-Mu'minin bima Ba'atsa bihi Sayyidil Mursalin (berisi tentang ajakan untuk mengerjakan amal salih), Silmu at-Taufiq (tentang fiqih), Miftahul I'rab (tentang ilmu nahwu) dan Majmu' (yang sekarang ada di tangan pembaca).

Beliau meninggal pada usia 81 tahun, yakni pada tahun 1272 Hijriyah. Tepatnya, setelah menjalani kehidupan yang penuh dengan perjuangan di jalan Allah, baik dalam ilmu agama maupun perjuangan politiknya, dengan mengatakan yang benar di hadapan penguasa pada masa itu.

Demikianlah sekelumit tentang riwayat hidup beliau. Semoga Allah meridhai perjuangan beliau dan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.

dipetik dari: Mencapai Jiwa Yang Tenteram karangan Al-Alamah Abdullah bin Husain bin Thahir terbitan Pustaka Hidayah

................................................................................................................... 

Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

oleh: Husnain Muhammad Makhlof - bekas Mufti Mesir

Beliau adalah Syeikh Al-Islam, atau mahaguru, penganjur dan pemimpin utama dalam jejak dakwah dan pendidikan, dari keturunan Sayyid, yang mulia, Abdullah bin Alwi Al-Haddad Al-Alawi Al-Husaini Al-Hadrami As-Syafa'i, Imam Ahli zamannya, yang sering berdakwah kepada jalan Allah, berjuang untuk mengembangkan agama yang suci dengan lisan dan penanya yang menjadi tumpuan dan rujukan orang ramai dalam ilmu pengetahuan.

Beliau telah dilahirkan di salah sebuah kampung di kota Tarim, iaitu salah satu kota negeri Hadhramaut yang terkenal, pada malam 5 haribulan Safar, tahun 1044 Hijrah. Beliau lalu dibesarkan di kota tersebut, yang terkenal sebagai pusat penetapan kaum Ashraf (keturunan Sayyid) dari keturunan Sayyidina Husin bin Ali bin Abi Thalib. Di sanalah beliau mendapat pelajaran Al-Quranul Karim serta menghafalnya.

Di masa kecil, beliau kehilangan pandangannya disebabkan tekanan penyakit cacar. Akan tetapi Allah SWT telah menggantikan pandangan lahir itu dengan pandangan batin. Beliau terus menuntut ilmu agama dan mendalaminya, sehingga menjadi pintar dan jaguh dalam segala selok-beloknya. Kemudian beliau mendampingi para ulama yang terkenal di zamannya, sehingga Allah Ta'ala mengurniakan kekuatan menghafal yang sangat menakjubkan serta fahaman yang luar biasa.

Beliau terus bersungguh-sungguh dalam menjalankan amal ibadatnya, menyertakan amal di samping ilmu. Demikianlah cara hidup beliau dari sejak umur remaja hingga ke umur dewasa dan ke umur tua. Kemudian beliau mula bergiat untuk mendidik murid-muridnya, dan membimbing peminat-peminat untuk menuju ke jalan Allah Ta'ala. Lantaran itu, ramailah pelajar-pelajar ang datang mengunjunginya dari merata ceruk dan rantau, sehingga dengan itu tersebar luaslah manfaat yang ditabur oleh beliau ke merata tempat. Beliau sering juga merantau dan mengunjungi beberapa negeri untuk tujuan dakwah dan menyebarkan ilmu pengetahuan, sehingga tersebar luaslah pula pengajaran ilmu agama itu kepada orang ramai.

Beliau juga seorang penyair yang berbakat; apabila mengungkapkan syairnya, nescaya mempersonakan. Juga seorang penuls yang puitis. Tulisannya sungguh mengharu dan memikat hati. Apabila berpidato, sering menimbulkan minat untuk mendengar, dan apabila berhuja, sering melumpuhkan.

Beliau terkenal seorang pengarang yang jelas segala ibaratnya, kukuh dalam pengolahannya, mendalam segala perbahasannya, meneliti dalam pengambilannya, hujahnya terang, penerangannya mengkagumkan, amat luas interpretasinya. Beliau sering mengukuhkan pembicaraannya dengan ayat-ayat Al-Quranul Karim, dengan hadis-hadis Nabi SAW dan kata bicara dari para tokoh dan imam, untuk mencabut dari gangguan-ganguan dalam diri dan was-was dalam dada setiap yang syubhat dan memperbetulkan setiap buruk sangka, sehingga tiada ditinggalkan sesuatu mushkilah pun melainkan dicelanya, atau sesuatu persoalan pun melainkan dijawabnya. Yang demikian itu dapat diikuti dalam semua karangan-karangannya, umpamanya "An-Nasha'ah Ad-Dinniyah" dan sebuah risalah yang berjudul "Ad-Da'wah At-Tamah", dan risalah yang lain lagi berjudul "Al-Muzakkarah Ma'a Al-Ikhwan Wal-Muhibbin", yang lain lagi "Al-Fawassal Al-'Ilmiyyah" dan "Ithaf As-Sa'al Ba'jawabah Al-Masa'al" dan sebuah dewan (kumpulan syairnya) yang terkenal itu.


Beliau r.a. telah diwafatkan pada petang hari Selasa, 7 haribulan Dzulkaedah tahun 1132 Hijrah, dan dikebumikan di perkuburan Zanbal, kota Tarim. Moga-moga Alah menggandakannya dengan balasan pahala yang banyak.

Dipetik dari: Nasihat Agama dan Wasiat Iman - Imam Habib Abdullah Haddad terjemahan Syed Ahmad Smeth

................................................................................................................... 

As-Sya’rani

JANGAN MENYANDARKAN REZEKI PADA MANUSIA

Ia seorang sufi yang sangat menekankan pentingnya kerja keras dalam mengisi kehidupan, supaya tidak riya’ dengan kefakiran”.

Nama lengkapnya Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Zufa As-Sya’ra. Ia seorang sufi besar dan pengarang terkenal dari Mesir, lahir pada Ramadhan 898 H (1492 M), di kediaman neneknya, Kampung Qalqasyandah. Ayahnya, Ahmad bin Ali As-Sya’rawi, juga seorang sufi, tinggal di Lembah Abu Sya’rah, sebuah desa yang memiliki semangat kesufian yang tinggi.
            Selama bertahun-tahun penduduk lembah ini mempunyai kebiasaan dengan upacara-upacara kenduri memperingati Maulid Rasulullah SAW dan kelahiran para wali. Itu biasanya dilakukan dengan dzikir dan amalan-amalan tarekat. Inilah yang membuat dunia sufi bukan sesuatu yang asing bagi penduduk sana.
            Dalam usia 40 hari As-Sya’rani kecil dibawa kerumah kediaman ayahnya dan disanalah ia di didik dan dibesarkan sampai menginjak usia remaja. Selanjutnya ia dikirim ke Kairo untuk menuntut ilmu langsung dari ulama-ulama besar disana. Di antara guru-gurunya adalah Jalaluddin As-Suyuti, Zakaria An-Nasari, Nasiruddin Al-Laqani, Ar-Ramli, dan As-Syamnudi. Karena mempunyai prestasi yang menonjol, ia di angkat menjadi pengajar di beberapa madrasah di Kairo.
            Di samping mengajar dan berdakwah ia pun mengarang beberapa buku, terutama dalam bidang tasawuf dan fiqih. Buku karyanya mencapai 70 buah. Di antaranya yang terkenal adalah Al Mawazin Ad Durriyat, Al Yawaqit wa Al Jawahir, Al Bahr Al Mawrud, Jami’i al Ummah.
            As-Sya’rani termasuk tokoh sufi yang moderat. Berbeda dengan para sufi umumnya yang kurang memperhatikan kehidupan duniawi, ia sangat menekankan keseimbangan antara kehidupan dunia, yaitu amal dan usaha, dan kehidupan akhirat. Menurut As-Sya’rani, meninggalkan usaha dengan pekerjaan yang halal dan menyandarkan rezeki pada pada orang-orang dermawan adalah suatu kebodohan, karena hal itu disamping berarti riya’ dengan kefakiran juga mengurangi amal shalih karena telah diambil oleh para dermawan itu sebagai balasan terhadap rezeki yang disedekahkannya. Oleh sebab itu ia sangat menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, setelah itu bertawakal kepada Allah. Karena Allah Yang Empunya, kita harus selalu memohon dan meminta dengan harap dan cemas kepada Allah.

Etika Profesi Keguruan

A.    PENDAHULUAN

Standarisasi dan Profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan kewenangan yang diberikan, dituntut pemahaman semua pihak terhadap berbagai kebijakan baik itu secara  makro maupun Mikro.
   Keberhasilan atau kegagalan Implementasi kurikulum disekolah sangat bergantung pada guru dan kepala sekolah, karena dua figur  tersebut merupakan kunci  yang menentukan serta menggerakan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain. Dalam posisi tersebut baik buruknya komponen sekolah yang lain sangat ditentukan oleh kualitas guru dan kepala sekolah, tanpa mengurangi arti penting tenaga kependidikan lainnya, mereka dituntut untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang dapat digali dan dikembangkan oleh peserta didik.
   Kesuksesan  siswa dalam belajar tergantung kepada guru yang memiliki peran  dalam mengajar. Oleh karna itu guru harus memiliki karakteristik sebagai seorang guru, pengajar, pendidik, pembimbing, penasehat, pelatih, model/teladan dan kulminator. Guru tidak hanya dituntut sebagai pendidik atau pengajar namun guru harus memberikan lebih perihatin kepada peserta didiknya.
   Guru adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh faktor tersebut. Guru merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran, karena guru yang akan berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Melalui guru pula ilmu pengetahuan dapat ditransperkan.
Bila kita membicarakan tentang konsep dasar, maka bila dihubungkan dengan etika profesi, maka memiliki arti bahwa mengapa muncul pertanyaan mengapa muncul etika dalam berprofesi dan harus seperti apa etika yang baik dalam berprofesi ini. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami apa arti dari etika dan profesi itu sendiri dan selanjutnya konsep dasar etika profesi guru.


B.    PEMBAHASAN

1.  ETIKA
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin, etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or reference for our control system”.

Ciri-ciri Kematangan Belajar

A.  Pengertian Kematangan dan Belajar
Menurut para ahli kematangan itu didefinisikan sebagai berikut:
  1. Menurut David C. Edward : kematangan adalah merupakan suatu keadaan tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan.
  2. Menurut Garret : kematangan dapat berarti matanganya suatu sifat atau potensi fisik yang terjadi secara kodrat akibat proses pertumbuhan dan hanya tergantung pada waktu belaka.
  3. Menurut Elizabet B. Hurlock : kemtangan juga dapat berarti suatu fungsi atau potensial mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
  4. Menurut Diana E. Papalia & Sally Wendkos Olds : kematangan potensi fisik dan mental psikologis iru merupakan suatu keadaan yang akan berfungsi sebagai prenequiaite dalam proses perkembangan kearah pematangan fungsi / potensitersebut selanjutnya.
Dengan demikian, kematangan yang dimaksud adalah kematangan potensi fisik dan potensi mental psikologis yang telah dicapai dalam sutau tahap pertumbuhan atau perkembangan.
Adapun pengertian belajar yang dimaksud dalam kaitan dengan proses perkembangan itu secara luas akan dibahas pada makalah ini. Tetapi secara ringkasnya pengertian belajar dapat dikemukakan dari penjelasan Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning is development that comes from exercise and effot; through learning children acquire competence in using their hereditary resources”. Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang diperoleh sianak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.

B.   Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan
Dalam proses pertumbuhan kearah tercapainya kematangan/ kedewaaan fisik, kematangan merupakan faktor penyebab, yang berarti kedewasaan fisik seorang anak sangat tergantung pada waktunya matang saja ( Kalau umumnya sudah 17 tahun maka kematangan dari pertumbuhan fisik akan terjadi dengan sendirinya ).
Dalam kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara (Alat ini matang pada waktu banyi berumur 6 bulan ). Kematanagan otak pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual/ pengetahuan akademik disekolah.Perkembangan psikoseksual dapat dimulai setelah anak matang seksualnya.Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi “raw material” atau bahan dasar untuk belajar.
Adapun posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan (cause of development). Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manudsia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsure kematangan dan belajar.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting artinya dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsurkematangan tersebut perkembanan sulit untuk di wujudkan. Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu adalah sebagai berikut :
1.     Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi suatu perkembangan, misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan
2.     Pemberi batas dan kualitas perkembangan. Semakin baik kualitas kematangan suatu fungsi akan makin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi, tetapi sebaliknya semakin kurang baik kematangannya akan makin kurang baik pula perkembangannya.
3.     Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih atau membimbing/ mengajarinya.

Tentang perkembangan itu sendiri para ahli mengemukakan sebagai berikut:

a.      Menurut Aristoteles
Pembagiannya berdasarkan adanya perubahan-perubahan jasmani yang penting ialah lebih kurang umur 7 tahun pertukaran gigi, umur lebih kurang 14 tahun, tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder lainnya. Pembagiannya:
a.      0 – 7 tahun, periode anak kecil,
b.     14 – 14 tahun, periode anak sekolah,
c.      14 – 21 tahun, periode pemuda.

b.     Menurut Chalotte Buchler
Pembagiannya adalah sebagai berikut, umur:
a.      0 – 7 tahun,     masa timbulnya dinamika dari subjek menuju ke objek.
b.     2 – 4 tahun,  masa menyadari “aku”-nya. Dia mengenal dunia secara subjektif.
c.      5 – 8 tahun, masa memasukkan diri ke dalam masyarakat menuju kepada objekvitas.
d.     9 – 13 tahun, masa memisahkan diri sendiri dari orang lain.
e.      14 – 19 tahun, masa mempertemukan sikap ke dalam dan ke luar.

c.  Menurut Masrun, MA
a.      0 - 2 tahun, masa vital.
b.     2 – 6 tahun, masa kanak-kanak.
c.      6 – 12 tahun, masa sekolah.
d.     12 – 18 tahun, masa remaja.
e.      18 – 21 tahun, masa transisi dari remaja menuju dewasa.
f.      21 -  24 tahun, telah matang jasmani dan rohaninya.

C.    Pembentuk Kematangan Belajar
Kematangan belajar dapat terbentuk karena adanya factor-factor yang lebih dalam dan lebih mendorong sehingga terbentuknya seatu kematangan dalam belajar. Pembentukan kematangan belajar dibentuk oleh pembentukan fisik dan pembentukan fsikis antra lain adalah sebagai berikut :

a.      Dasar-dasar biologis tingkah laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis.System saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap- tiap neurons mengandung tenaga yang berasal dari  proses kimiawi dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.

b.     Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematangan
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurna pada saat anak tiba saatnya masuk sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar.
Setelah otak menjadi masak mengalami prubahan fisik pada manusia. Perubahan ini dapat menimbulkan tingkah laku baru yang tidak terduga sebelumnya. Urat-urat syaraf dalam otak mempunyai “electrical condoktors”. Untuk pengiriman messages ketempat-tempat yang tetrap perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut “ myelin” selama dorong-dorngan saraf menuju salurannya, aru gerakkannya tak di batasi oleh myelinDorongan itu akan mengalir mengaktifkan banyak sel saraf lebih dari yang diperlukan. Sel-sel saraf itu menggerakan banyak otot.Banyaknya gerakan bayi yang tak bekoordinasi adalah akibat dari kurangnya myelin.
Pada umur 6 tahun, myrlin dimiliki 95% dari orang dewasa. Readiness anak untuk berlatih toelit, bergantung pada banyaknya myelin  yangb telah tersimpan. Anak laki-laki baru berhasil dilatih tpelit bila sudah berumur mendekati umur 2 tahun.Ini berarti bahwa tingkah laku belajar memerlukan kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak.
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurnab pada saat anak tiba saatnya amsuk sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalan struktur oatak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar.Perkembanagan prestasi akademik pada anak-anak sudah mencapai masa remaja lebih banayak dipengaruhi oleh faktor motifasi dan belajar.
Khusus tentang prinsip kematangan, bahwa yang di maksud dengan kematangan adalah kemampuan seoranguntuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelengensi.
William Stern berpendapat bahwa integensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.Juga Prof. Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakan menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah baik.
Dari batasan yang di kemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
a.      Integensi ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya ikut mempengaruhi integensi seseorang.
b.     Kita hanya bisa mengetahui intelegensi, dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak
c.      Bagi suatu perbuatan integensi bukan hanya kemampuan yang di bawa sejak lahir saja yang penting. Faktor-faktor lingkungan, melalui kekuatan intelegensinya.
d.     Bahwa manusia dalam kehidupannya itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.

D.        Ciri-ciri kematangan belajar antara lain :
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terahadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagim mereka.
Oleh karena itu kalau ingin mengajar atau melatih dengan berhasil, tunggulah saatnya yang tepat yaitu timbulnya kematangan yang bagi siterdidik merupakan masa peka atau masa yang tepat untuk dikembangkan/ dilatih.
Adanya ciri-ciri adanya kematangan tersebut pada diri si anak adalah di tandai dengan adanya :
a.      Perhatian si anak                       
b.      Lamanya perhatian berlangsung
c.      Kemajuan jika diajar atau dilatih.
Dan bila ditinjau dari aspek umum maka ciri-ciri dari kematangan ditandai dengan beberapa hal yaitu terdiri dari:
1.    Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya readinees (kemampuan)
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
Memang, anak megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan readines, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pola-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
Seseorang  baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat “readiness”(kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu.
Individu mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya.Kecepatan pertumbuhan pada masing-masing individu tidak sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.

2.     Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya emosional
Emosi yang kita ketahui adalah sebuah perasaan yang dapat dibagi menjadi beberapa perasaan lagi. Dengan ini penulis menerangkan sedikit mengenai pembagian tersebut dengan mengangkat study kasus yang subjeknya adalah pemuda
a.      Perasaan atau emosi marah
Marah pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b.     Perasaan dan emosi kasih sayang
Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih sayang yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c.      Perasaan dan emosi takut
Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata (tongue tied).

3.     Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya intelektual
Intelektual secara harfiah berasal dari Bahasa Inggris “intellectual” termasuk adjective (kata sifat), menurut As.Hornby et.al berarti menunjukkan kekuatan penalaran yang baik. Dalam Bahasa Indonesia di lihat lebih luas, kata intelektual dapat di artikan arif (cerdik, pandai, bijaksana, berilmu). Dalam Bahasa Arab, intelektual adalah orang yang berakal, orang yang mengetahui, berbudaya,akal pikiran.
Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar–Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis, sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan itu bergantung pada tingkat kematangan intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur (Connell, 1974).
Contoh kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-tingkat perkembangan kognisi piaget yang telah diuraikan pada bagian psikologi perkembangan. Berkaitan dengan latar belakang pengalaman tersebut diatas, Ausebel mengatakan faktor yang paling penting mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh anak-anak. Sedangkan perihal menstrutur kembali pengetahuannya untuk penyesuaian dengan materi-materi baru yang diterima dari pendidik. Akan  tetapi pada kasus-kasus lain struktur kognisi itu dipegang erat-erat sehingga membuat pedidik mencari pendekatan lain agar anak-anak dapat menangkap materi pelajaran baru itu.
Bagai mana dengan kesiapan afeksi? Connell (1974) menulis bahwa sejumlah hasil penelitian mengatakan motivasi atau kesiapan sfrksi belajar dikelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itusendiri, dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasui.Ciri-ciri motivasi yang mendorong umtuk berprestasi adalah mengajar kompetensi, uaha mengaktualiasi diri, dan uaha berprestasi. Hal ini dikenal dengan istilah kebutuhan untuk ber[restasi, salah satu kebutuhan teori motivasi Mclelland.`2dxs2
Pendekatan yang lain yang dapat dilakukan dalam mengembangkan motivasi adalah dengan program intervensi selama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk:
1.     Memperbanyak ragam fasilitas di TK
2.     Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan SD. Pola interaksi ini adalah:
a.      Memberikesempatan untuk mngembangakan ketrampilan.
b.     Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil
c.      Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang, tidak terlalu gampang  atau terlalu    sukar.
d.     Memberkeyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e.      Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar.
Sesudah mendapatkan informasi tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi Maupun kesiapan afeksi atau motivasi, kini tiba gilisannya untuk membahas aspek-aspek individu.Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah individu itu sendiri.
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang sendiri.Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka  ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa merekamerupaka subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, dan sebagainya. Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan  menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik memandang mereka sebagai objek yang dapat diperlakukan semaunya oleh para pendidik.
Perlengkap peserta didik atau warga belajar sebagai subjek, dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
a.      Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat di ubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara,cinta kasih dan sebagainya.
b.     Kemampuan umum atau IQ, ialah kecerdasan yang bersifat umum.
c.      Kemamppuan khusus atau bakat ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
d.     Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya mnghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya.
e.      Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungn keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkmbangan jiwa bayi dan kanak-kanak

4.     Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya spiritual
Spiritual dalam arti sempitnya adalah pemujaan, atau pemujaan. Sedangkan  Dalam arti luasnya spritual berabti tinngka ataau tarap keagamman seseorang. Dalam hal ini terbentuknya spritual berarti kematangan dalam diri seseorang itu telah terbentuk karena dimana setiap insan yang telah memiliki suatu pilihan baik dan buruknya suatu al maka itu merupakan suatu perkembanaan atau seatu kematangan yang lahir dari intelektual. Dan dengan keintelektualan ini maka adanya suatu penyeimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan setelah dunia yakni yang menyeimbangkan yakni kematangan seseorang dalam berspritual.


DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Muhibbin Syah, 1994, Psikologi Pendidikanbandung: Remaja Rosdakarya.