Rabu, 24 Oktober 2012

Ketentuan Allah




Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabrakatuh...

Sabda Rasulullah SAW : “Jika anjing minum dari bejana kalian maka hendaknya ia membasuhnya tujuh kali” (Shahih Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan bahwa jika suatu bejana atau wadah air diminum atau dijilat oleh anjing maka hendaklah dicuci sebanyak 7 kali. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menukil sebuah riwayat di dalam Shahih Muslim bahwa basuhan ter
sebut sebanyak 7 kali dan basuhan yang pertama dengan tanah, sedangkan dalam riwayat lain basuhan yang terakhir dengan menggunakan tanah, adapun dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang ke delapan dengan tanah. 

Namun Al Imam An Nawawi berkata dalam kitab Syarh An Nawawiyah ‘ala Shahih Muslim menyatukan beberapa riwayat yang ada, bahwa basuhan tersebut sebanyak tujuh kali dengan air dan satu kali dibasuh dengan air yang dicampur dengan tanah, demikian yang terdapat dalam madzhab Syafii. 

Al Imam Ibn Hajar berkata bahwa di dalam madzhab Imam Maliki dalam masalah ini terdapat 4 pendapat yang berbeda, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa anjing najis dan diantara mereka mengatakan bahwa anjing tidaklah najis akan tetapi air liurnya najis. 

Sedangkan di dalam madzhab Hanafi sebagian besar pendapat mengatakan bahwa anjing tidaklah najis. 

Akan tetapi menurut hadits diatas menunjukkan bahwa sesuatu yang terkena anjing harus dibasuh sebanyak 7 kali karena telah terkena najis (anjing). Maka Al Imam An Nawawi berkata bahwa madzhab Syafii adalah satu-satunya madzhab yang berhati-hati dalam hal ini sehingga mengatakan bahwa anjing adalah najis. Namun semua Imam 4 madzhab mempunyai dalil dan rujukan hadits dan sanad yang jelas atas hukum-hukum yang mereka ambil. 

Meskipun anjing adalah hewan yang najis namun bukan berarti bahwa anjing tersebut hewan yang jahat, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbolehkan melatih anjing untuk berburu dan hewan buruan itu halal untuk dimakan, kecuali anjing yang tidak terdidik dalam hal berburu hingga anjing tersebut menggigit atau memakan hewan buruan tersebut, maka hewan buruan tersebut menjadi najis. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membenci anjing dikarenakan hewan yang najis. Bahkan anjing juga dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala karena memiliki sifat setia, sebagaimana dalam kisah Ashabul Kahfi, sebagai firman Allah subhanahu wata’ala : “Dan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua”. ( QS. Al Kahf : 18 )

Selama berada di gua itu anjing tersebut tiada bergerak untuk mencari makan atau minum sebab menjaga majikannya hingga anjing tersebut mati di tempat itu, karena Ashabul Kahfi ditidurkan oleh Allah subhanahu wata’ala selama 360 tahun. Dalam ayat lain Allah subhanahu juga menyebutnya, “ Orang-orang ada yang mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: (jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan akan sesuatu yang gaib; dan (yang lain) mengatakan: (jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. ( QS. Al Kahfi : 22 )

Mengapa Allah subhanahu wata’ala mengulang-ulang menyebut anjing dalam satu ayat hingga 3 kali?!. Kita ketahui bahwa Ashabul Kahfi bukanlah para nabi dan rasul, dan kisah ini telah terjadi ribuan tahun sebelum zaman kita, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala menyebutkannya di dalam Al qur’an, untuk menunjukkan rahasia ma’iyyah (ikatan/kebersamaan) dengan orang-orang shalih, walau seekor hewan sekalipun jika ia mencintai orang shalih maka ia dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala, terlebih lagi jika ikatan itu ada antara seorang dengan pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Semua makhluk menerima semua ketentuan Allah subhanahu wata’ala, kecuali 4 makhluk yaitu malaikat, manusia, jin, dan syaitan. Dimana 4 makhluk tersebut telah diberi ilmu pengetahuan oleh Allah subhanahu wata’ala, berbeda dengan hewan seperti anjing yang diberi pengetahuan sebagaimana 4 makhluk tersebut. 

Namun malaikat tidaklah menolak ketentuan Allah akan tetapi mereka hanya bertanya, sebagaimana ketika Allah akan menciptakan nabi Adam kemudian menjadikannya khalifah di bumi, dan sebagian malaikat telah diberi pengetahuan oleh Allah bahwa manusia akan menyebabkan kerusakan di muka bumi, maka para malaikat bertanya kepada Allah subhanahu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala: “Mereka berkata: "Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui". (QS.Al Baqarah : 30 )

Maka malaikat pun terdiam mendengar jawaban dari Allah, dan mereka bersujud kepada nabi Adam sebagaimana perintah Allah kepada mereka. Namun makhluk yang lain yang dahulunya merupakan makhluk yang paling taat dan banyak beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu iblis, dia tidak mau bersujud kepada nabi Adam karena rasa sombong yang ada dalam diri iblis, ia menganggap dirinya yang diciptakan dari api lebih mulia dari nabi Adam yang diciptakan dari tanah. 

Allah subhanahu wata’ala ingin menunjukkan bahwa hamba Allah yang memiliki ilmu adalah yang paling mulia, yaitu nabi Adam As. Begitu juga makhluk yang bernama jin, diantara mereka ada yang shalih dan ada yang fasiq dan kafir, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan sesungguhnya di antara kami terdapat yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya, kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. ( QS. Al Jinn: 11 )

Dan begitu pula makhluk yang bernama manusia sangatlah sering dan banyak memprotes terhadap ketentuan-ketentuan Allah untuk mereka. Maka haruslah kita fahami rahasia tuntunan keluhuran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan juga harus kita fahami bahwa rahasia kehidupan kita di dunia ini adalah untuk mencapai kebahagiaan yang kekal kelak di akhirat dalam kedamaian, kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. 


Tidak ada komentar: