A. Pengertian Kematangan dan Belajar
Menurut para ahli kematangan itu didefinisikan
sebagai berikut:
- Menurut David C. Edward : kematangan adalah merupakan suatu keadaan tahap pencapaian proses
pertumbuhan atau perkembangan.
- Menurut Garret : kematangan dapat berarti
matanganya suatu sifat atau potensi fisik yang terjadi secara kodrat
akibat proses pertumbuhan dan hanya tergantung pada waktu belaka.
- Menurut Elizabet B. Hurlock : kemtangan
juga dapat berarti suatu fungsi atau potensial mental psikologis akibat
proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
- Menurut Diana E. Papalia & Sally
Wendkos Olds : kematangan potensi fisik dan mental psikologis iru
merupakan suatu keadaan yang akan berfungsi sebagai prenequiaite dalam proses
perkembangan kearah pematangan fungsi / potensitersebut selanjutnya.
Dengan
demikian, kematangan yang dimaksud adalah kematangan potensi
fisik dan potensi mental psikologis yang telah dicapai dalam sutau tahap
pertumbuhan atau perkembangan.
Adapun
pengertian belajar yang dimaksud dalam kaitan dengan proses perkembangan itu
secara luas akan dibahas pada makalah ini. Tetapi secara ringkasnya pengertian
belajar dapat dikemukakan dari penjelasan Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning
is development that comes from exercise and effot; through learning children
acquire competence in using their hereditary resources”. Jadi belajar ialah
perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan belajar itulah anak
memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya. Atau dengan kata lain,
semua aspek perkembangan yang diperoleh sianak itu terjadi karena belajar,
tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.
B. Fungsi
Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan
Dalam proses pertumbuhan kearah
tercapainya kematangan/ kedewaaan fisik, kematangan merupakan faktor penyebab,
yang berarti kedewasaan fisik seorang anak sangat tergantung pada waktunya
matang saja ( Kalau umumnya sudah 17 tahun maka kematangan dari pertumbuhan
fisik akan terjadi dengan sendirinya ).
Dalam kaitanya dengan proses
perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai
perquisite untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak
mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara (Alat
ini matang pada waktu banyi berumur 6 bulan ). Kematanagan otak pada umur 6/7
tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual/ pengetahuan akademik
disekolah.Perkembangan psikoseksual dapat dimulai setelah anak matang
seksualnya.Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai
pemberi “raw material” atau bahan dasar untuk belajar.
Adapun
posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini
belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan
(cause of development). Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak
mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka
manudsia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan
pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsure kematangan dan belajar.
Sebagaimana
telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting artinya dalam proses
perkembangan. Tanpa adanya unsurkematangan tersebut perkembanan sulit untuk di
wujudkan. Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu adalah sebagai
berikut :
1.
Pemberi
bahan mentah atau bahan baku bagi suatu perkembangan, misalnya kematangan otot
dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan
2.
Pemberi batas
dan kualitas perkembangan. Semakin baik kualitas kematangan suatu fungsi akan makin baik
kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi, tetapi sebaliknya semakin kurang
baik kematangannya akan makin kurang baik pula perkembangannya.
3.
Pemberi
kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih atau membimbing/
mengajarinya.
Tentang perkembangan itu sendiri para ahli
mengemukakan sebagai berikut:
a.
Menurut
Aristoteles
Pembagiannya berdasarkan adanya perubahan-perubahan jasmani yang penting
ialah lebih kurang umur 7 tahun pertukaran gigi, umur lebih kurang 14 tahun,
tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder lainnya. Pembagiannya:
a.
0 – 7
tahun, periode anak kecil,
b.
14 –
14 tahun, periode anak sekolah,
c.
14 – 21
tahun, periode pemuda.
b. Menurut Chalotte
Buchler
Pembagiannya adalah sebagai berikut, umur:
a.
0 – 7
tahun, masa timbulnya dinamika dari subjek menuju ke
objek.
b.
2 – 4
tahun, masa menyadari “aku”-nya. Dia mengenal dunia secara subjektif.
c.
5 – 8
tahun, masa memasukkan diri ke dalam masyarakat menuju kepada objekvitas.
d.
9 – 13
tahun, masa memisahkan diri sendiri dari orang lain.
e.
14 – 19
tahun, masa mempertemukan sikap ke dalam dan ke luar.
c. Menurut Masrun, MA
a.
0 - 2
tahun, masa vital.
b.
2 – 6
tahun, masa kanak-kanak.
c.
6 – 12
tahun, masa sekolah.
d.
12 – 18
tahun, masa remaja.
e.
18 – 21
tahun, masa transisi dari remaja menuju dewasa.
f.
21
- 24 tahun, telah matang jasmani dan rohaninya.
C. Pembentuk Kematangan
Belajar
Kematangan belajar dapat terbentuk karena adanya
factor-factor yang lebih dalam dan lebih mendorong sehingga terbentuknya seatu kematangan
dalam belajar. Pembentukan kematangan belajar dibentuk oleh pembentukan fisik dan pembentukan fsikis antra lain
adalah sebagai berikut :
a. Dasar-dasar
biologis tingkah laku
Tingkah
laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf
merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis.System saraf terdiri
atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap- tiap neurons
mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan elektronik.
Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan
elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan
urat-urat dan otot-otot tubuh.
b.
Perubahan-perubahan
dalam otak yang menimbulkan kematangan
Perkembangan struktur dan fungsi
otak tampak sempurna atau hampir sempurna pada saat anak tiba saatnya masuk
sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan
penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak
diakibatkan karena pengalaman atau belajar.
Setelah
otak menjadi masak mengalami prubahan fisik pada manusia. Perubahan ini
dapat menimbulkan tingkah laku baru yang tidak terduga sebelumnya. Urat-urat syaraf dalam otak
mempunyai “electrical condoktors”. Untuk pengiriman messages ketempat-tempat
yang tetrap perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut “ myelin” selama
dorong-dorngan saraf menuju salurannya, aru gerakkannya tak di batasi oleh myelin. Dorongan itu
akan mengalir mengaktifkan banyak sel saraf lebih dari yang diperlukan. Sel-sel
saraf itu menggerakan banyak otot.Banyaknya gerakan bayi yang tak bekoordinasi
adalah akibat dari kurangnya myelin.
Pada umur
6 tahun, myrlin dimiliki 95% dari orang dewasa. Readiness anak untuk berlatih
toelit, bergantung pada banyaknya myelin yangb telah
tersimpan. Anak laki-laki baru berhasil dilatih tpelit bila sudah berumur
mendekati umur 2 tahun.Ini berarti bahwa tingkah laku belajar memerlukan
kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak.
Perkembangan struktur dan fungsi
otak tampak sempurna atau hampir sempurnab pada saat anak tiba saatnya amsuk
sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting
dalan struktur oatak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak
diakibatkan karena pengalaman atau belajar.Perkembanagan prestasi akademik pada
anak-anak sudah mencapai masa remaja lebih banayak dipengaruhi oleh faktor
motifasi dan belajar.
Khusus
tentang prinsip kematangan, bahwa yang di maksud dengan kematangan adalah kemampuan
seoranguntuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah
memiliki intelengensi.
William
Stern berpendapat bahwa integensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi
seseorang.Juga Prof. Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakan menurut
penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau
dilatih, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa
kekuatan berpikir bertambah baik.
Dari batasan yang di kemukakan di atas, dapat
kita ketahui bahwa:
a.
Integensi
ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya
(ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya ikut mempengaruhi
integensi seseorang.
b.
Kita hanya
bisa mengetahui intelegensi, dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak
c.
Bagi
suatu perbuatan integensi bukan hanya kemampuan yang di bawa sejak lahir saja
yang penting. Faktor-faktor lingkungan, melalui kekuatan intelegensinya.
d.
Bahwa manusia dalam kehidupannya itu dalam kehidupannya senantiasa dapat
menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara
untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
D. Ciri-ciri
kematangan belajar antara lain :
Mengetahui adanya tahap
kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau
pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang
sebaik-baiknya terahadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai
bagim mereka.
Oleh karena itu kalau ingin
mengajar atau melatih dengan berhasil, tunggulah saatnya yang tepat yaitu
timbulnya kematangan yang bagi siterdidik merupakan masa peka atau masa yang
tepat untuk dikembangkan/ dilatih.
Adanya
ciri-ciri adanya kematangan tersebut pada diri si anak adalah di tandai dengan
adanya :
a. Perhatian
si
anak
b.
Lamanya perhatian berlangsung
c. Kemajuan
jika diajar atau dilatih.
Dan bila ditinjau dari aspek umum
maka ciri-ciri dari kematangan ditandai dengan beberapa hal yaitu terdiri dari:
1. Kematangan belajar
ditandai dengan terbentuknya readinees (kemampuan)
Kematangan
disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan
perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga
semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
Memang, anak megalami
pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi
pembentukan readines, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa
perkembanganmereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping
akibat tumbuhnya pola-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan
mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
Seseorang
baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat “readiness”(kemampuan)
untuk mempelajari sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing
individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai
sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkan
adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri
masing-masing individu.
Individu
mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya.Kecepatan pertumbuhan pada
masing-masing individu tidak sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena
pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.
2. Kematangan
belajar ditandai dengan terbentuknya emosional
Emosi yang kita ketahui adalah
sebuah perasaan yang dapat dibagi menjadi beberapa perasaan lagi. Dengan ini
penulis menerangkan sedikit mengenai pembagian tersebut dengan mengangkat study
kasus yang subjeknya adalah pemuda
a.
Perasaan atau emosi marah
Marah
pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan
pemuda akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b.
Perasaan
dan emosi kasih sayang
Pemuda
mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih sayang
yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu
orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c.
Perasaan
dan emosi takut
Rasa
takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan
status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam
bentuk kata-kata (tongue tied).
3. Kematangan
belajar ditandai dengan terbentuknya intelektual
Intelektual secara harfiah berasal dari Bahasa Inggris “intellectual”
termasuk adjective (kata sifat), menurut As.Hornby et.al berarti menunjukkan
kekuatan penalaran yang baik. Dalam Bahasa Indonesia di lihat lebih luas,
kata intelektual dapat di artikan arif (cerdik, pandai, bijaksana, berilmu).
Dalam Bahasa Arab, intelektual adalah orang yang berakal, orang yang
mengetahui, berbudaya,akal pikiran.
Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu menghadapi segala persoalan
dengan mempergunakan Nalar–Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang
logis, sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi
ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual.
Kesiapan
belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan
dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian
dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi
situasi belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan itu bergantung pada tingkat
kematangan intelektual.
Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya
distruktur (Connell, 1974).
Contoh
kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-tingkat perkembangan kognisi
piaget yang telah diuraikan pada bagian psikologi perkembangan. Berkaitan
dengan latar belakang pengalaman tersebut diatas, Ausebel mengatakan faktor
yang paling penting mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh
anak-anak. Sedangkan perihal menstrutur kembali pengetahuannya untuk
penyesuaian dengan materi-materi baru yang diterima dari pendidik. Akan
tetapi pada kasus-kasus lain struktur kognisi itu dipegang erat-erat sehingga
membuat pedidik mencari pendekatan lain agar anak-anak dapat menangkap materi
pelajaran baru itu.
Bagai
mana dengan kesiapan afeksi? Connell (1974) menulis bahwa sejumlah hasil penelitian mengatakan motivasi
atau kesiapan sfrksi belajar dikelas bergantung kepada kekuatan motif atau
kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itusendiri, dan faktor-faktor
situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasui.Ciri-ciri motivasi yang
mendorong umtuk berprestasi adalah mengajar kompetensi, uaha mengaktualiasi
diri, dan uaha berprestasi. Hal ini dikenal dengan istilah kebutuhan untuk
ber[restasi, salah satu kebutuhan teori motivasi Mclelland.`2dxs2
Pendekatan
yang lain yang dapat dilakukan dalam mengembangkan motivasi adalah dengan
program intervensi selama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD.
Intervensi ini bisa dalam bentuk:
1.
Memperbanyak
ragam fasilitas di TK
2.
Memberi
kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan
SD. Pola interaksi ini adalah:
a.
Memberikesempatan
untuk mngembangakan ketrampilan.
b.
Membuat
kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil
c.
Menciptakan
tujuan-tujuan yang menantang, tidak terlalu gampang atau terlalu sukar.
d.
Memberi keyakinan
untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e.
Membuat
setiap anak tertarik dan gemar belajar.
Sesudah mendapatkan informasi
tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi Maupun kesiapan afeksi atau
motivasi, kini tiba gilisannya untuk membahas aspek-aspek individu.Mengapa hal
ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah
individu itu sendiri.
Dalam
proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang
peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang
sendiri.Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara
wajar.
Karena
peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang
menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupaka
subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, dan sebagainya.
Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya
masing-masing dengan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka
miliki. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik memandang mereka
sebagai objek yang dapat diperlakukan semaunya oleh para pendidik.
Perlengkap
peserta didik atau warga belajar sebagai subjek, dalam garis besarnya dapat
dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
a.
Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat di
ubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara,cinta kasih dan
sebagainya.
b.
Kemampuan
umum atau IQ, ialah kecerdasan yang bersifat umum.
c.
Kemamppuan
khusus atau bakat ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
ini pada umumya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya
terlayani dalam pendidikan.
d.
Kepribadian,
ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi,
kuatnya kemauan, tabahnya mnghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang
lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya.
e.
Latar
belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungn keluarga.
Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkmbangan jiwa bayi dan
kanak-kanak
4. Kematangan
belajar ditandai dengan terbentuknya spiritual
Spiritual dalam arti sempitnya adalah pemujaan, atau pemujaan. Sedangkan Dalam arti
luasnya spritual berabti tinngka ataau tarap keagamman seseorang. Dalam hal ini
terbentuknya spritual berarti kematangan dalam diri seseorang itu telah
terbentuk karena dimana setiap insan yang telah memiliki suatu pilihan baik dan
buruknya suatu al maka itu merupakan suatu perkembanaan atau seatu kematangan
yang lahir dari intelektual. Dan dengan keintelektualan ini maka adanya suatu
penyeimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan setelah dunia yakni yang
menyeimbangkan yakni kematangan seseorang dalam berspritual.
DAFTAR
PUSTAKA
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Muhibbin Syah, 1994, Psikologi Pendidikan, bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar