Jumat, 14 September 2012

Definisi Ilmu Hadits


A. Definisi Sahabat Menurut Ahli Hadits
·    Ahli Ushul
Sahabat adalah orang yang bertemu dan hidup bersama Rasul minimal setahun lamanya

·    Jumhur Muhadditsin
Sahabat orang yang bertemu dengan Rasul dengan pertemuan yang wajar sewaktu rasul masih hidup, dalam keadaan Islam lagi iman,

·    Al-Jahidh (ulama beraliran Mu'tazilah)
Sahabat orang yang pernah bergaul dengan dan meriwayatkan hadits dari padanya

·    Ulama Ushul
Sahabat orang yang berjumpa dengan Rasul, lama pula bersahabat dengan beliau, walaupun tidak meriwayatkan hadits,

·    Loght dan 'Uruf
Sahabat mereka yang sungguh-sungguh menyertai Nabi, seduduk, sejalan dengan Nabi dalam sebagian waktu.

·   Ahmad bin Hambal 
     berkata: “Semua yang pernah bersahabat dengan Nabi saw. selama setahun, atau sebulan, atau sehari, atau sesaat, atau pernah melihatnya; maka ia adalah termasuk di antara para sahabat beliau. Dia tetap sahabat sebatas kadar persahabatannya dengan Nabi.” (Al Kifayah fi Ma’rifati Ushul Ilmi Ar Riwayah, 1/192)


·   Ali bin Al Madini 
     berkata: “Barangsiapa yang pernah menemani Nabi saw. atau melihatnya meskipun hanya sesaat dengan jelas, maka dia adalah termasuk di antara sahabat Nabi SAW.” (Fath Al Bari Syarh Shahih Al Bukhari, 7/5)

·  Imam Bukhari 
    berkata: “Barangsiapa di antara kaum muslimin yang pernah menemani Nabi saw. atau telah melihatnya, maka dia adalah termasuk sahabatnya.” (Shahih AlBukhari/Kitab Al Manaqib, Bab Fadha’il Ash-hab An Nabiy Shallallahu Alaihi wa Sallam) 

·     Sa'id Bin Musayyab 
      seorang pemuka tabi’in berpendapat bahwa : Sahabat adalah mereka yang berjuang bersama Rasulullah selama setahun atau dua tahun dan berperang bersama Rasul sekali atau dua kali. 

·    Ibnu Hajar Al Haitami (w. 974h/1567M seorang ahli hadis terkenal ) 
     mengatakan bahwa sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi saw. Dan orang tersebut beriman kepadanya, hidup bersama beliau baik dalam waktu yang lama maupun sebentar baik orang tersebut meriwayatkan hadist atau tidak dari Nabi, atau orang yang pernah melihat beliau , dan/ orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta.

·   Ibnu Hajar Al As’qala 
    mengatakan, sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi SAW dalam keadaan beriman kepada Beliau dan meninggal dalam keadaan beriman, masuk dalam kategori orang yang pernah bertemu Nabi SAW yakni orang yang bermuja

·    M. Alawi Ma
      menjelaskan bahwa yang dimaksud sahabat itu orang-orang yang adil bukan berarti mereka itu orang orang yang terpelihara dari kemaksiatan atau mustahil melakukan maksiat

B. Klasifikasi Sahabat
Abu Husain bin al Hajjaj al Qusyairi an-Naisabur atau yang kita kenal dengan Imam Muslim (Naisabur, 202 H/817 M - 261H/ 875M) seorang ahli hadist terkenal mengklasifikasikan sahabat Rasulullah menjadi dua belas tingkatan berdasarkan peristiwa yang mereka alami atau saksikan, yaitu : 
·   Assabiqunal awwalun 
·   Darun nawah ( kedung pertemuan bagi orang-orang Quraisy pada masa sebelum dan awal Islam) 
·    Para sahabat yang ikut hijrah ke Habasiyah
·    Para sahabat yang membaiat nabi pada aqabah pertama
·    Para sahabat yang membaiat nabi pada aqabah kedua 
·  Muhajirin yang pertama menemui nabi ketika beliau tiba di Quba sebelum memasuki kota Madinah pada waktu hijrah 
·    Sahabat yang ikut dalam perang badar 
·    Sahabat yang berhijrah antara badar dan hudaibiyah 
·  Sahabat yang tergabung dalam baiat Ridwan (baiat yang dilakukan oleh kaum muslimin ketika terjadi Ghaswah/ perjanjian hudaibiyyah) 
·    Sahabat yang ikut hijrah antara Al Hudaibiyyah dan Al Fatah 
·    Berdasarkan urutan masuk Islam 
·    Para remaja dan anak-anak yang sempat melihat Rasulullah . 
Jumlah orang yang medapat predikat sebagai sahabat pada waktu Nabi wafat sekitar 144.000 orang, yakni para pengikut Nabi saw. dan secara nyata melihat lalu memeluk Islam. Kalau kita melihat beberapa definisi yang dikemukakan di atas ada pendefinisian sahabat yang mungkin kurang sesuai dengan pendefinisian sahabat secara lughawi maupun urf al amm.
Karena persahabatan itu mempersyaratkan kebersamaan dalam waktu yang lama. Kalau kita melihat dari prespektif definisi tersebut mereka yang bertemu hanya dalam waktu singkat, atau hanya mendengar perkataan atau hanya dengan bercakap-cakap singkat, atau tinggal bersama dalam waktu yang singkat tidak dikategorikan sebagai sahabat. 
Para ulama mempunyai penilaian yang berbeda tentang sahabat. Menurut jumhur ulama menyatakan bahwa para sahabat Nabi adalah manusia yang intergritas kepribadianya dijamin oleh Al Qur’an dan sunnah. Karena itu mereka tidak bisa dikritik, dan sesuatu yang datang dari mereka adalah benar. Mereka menurut Arrazi adalah sahabat Nabi yang menyaksiakan wahyu dan tanzil, mengetahui tafsir dan ta’wil memahami semua ajaran yang disampaikan Allah swt. kepada rasulnya dan yang disunnahkan dan disyari’atkan nabi. 
Allah menjadikan mereka sebagai teladan bagi umat. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Hajar Al Haitami, Ibn Hazm Al Ghazali dan ulama-ulama yang lain. Menurut pendapat Mu’tazilah semua sahabat ‘udul kecuali sahabat yang terlibat dalam perang siffin, secara individual kemampuan dalam pemahaman/ memahami tantang agama berbeda, pengetahuan tentang agama juga berbeda. Tetapi terlepas dari penilaian terhadap shahabat yang berbeda-beda namun tidak dapat kita pungkiri bahwa mereka (para sahabat) menduduki posisi yang penting dalam pewarisan ajaran Islam. Mereka adalah generasi pertama umat Islam sekaligus penerima tongkat estafet mediator antara wahyu Tuhan dan masyarakat setelah Nabi Muhammad . 
C. Sertifikat (Ijazah yang Dimiliki Sahabat dalam Meriwayatkan Hadits)
Al-ijāzah, yaitu pemberian ijin seorang guru kepada murid untuk meriwayatkan hadis tanpa membacakan hadis satu per satu. Istilah yang dipakai adalah: Anba’anā, akhbaranā ijāzatan atau addathanā ijāzatan.
Mengenai pembagian ijazah dalam meriwayatkan hadis para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan dibagi menjadi delapan , ada juga yang membaginya menjadi sembilan , dan sebagainya. Namun di sini penulis hanya menyajikannya dalam lima kategori saja, yaitu;
·    Guru memberi izin kepada orang tertentu untuk riwayat yang tertentu seperti dia mengatakan; “Saya memberi ijazah kepadamu meriwayatkan Sahih al-Bukhari”. Kategori ini adalah bagian ijazah tanpa munawalah yang paling tinggi.
·   Guru memberi ijazah kepada orang tertentu untuk menerima riwayat yang tidak tertentu seperti dia mengatakan; “Saya memberi ijazah kepada anda untuk meriwayatkan hadis-hadis yang saya dengar”.
·    Memberi ijazah kepada orang yang tidak tertentu dengan riwayat yang tidak tertentu seperti saya memberi ijazah kepada orang-orang di zaman saya untuk meriwayatkan hadis-hadis yang saya dengar
·    Memberi ijazah kepada orang yang tidak diketahui atau riwayat yang tidak diketahui seperti, “saya memberi ijazah kepada anda untuk meriwayatkan kitab sunan”, sedangkan dia meriwayatkan beberapa kitab sunan, atau “saya memberi ijazah kepada Muammad bin Khālid al-Dimashqiy, padahal banyak orang yang mempunyai nama ini.
·  Memberi ijazah kepada orang yang tidak ada, contohnya; “saya memberi ijazah kepada si fulan dan anak yang akan dilahirkan”.
Hukum untuk bagian pertama di atas adalah aī menurut pendapat mayoritas ulama dan dipakai secara berterusan serta harus meriwayatkan dengan cara ini dan beramal dengannya. Beberapa kumpulan ulama pula menganggap cara ini tidak tepat dan ini salah satu dari dua pendapat yang dinukilkan dari Imam al-Shāfi’iy.
Sementara bagian-bagian ijazah yang lain, khilaf tentang keharusan pemakaiannya. Bagaimanapun, penerimaan dan periwayatan hadis dengan cara ini (ijazah) merupakan penerimaan lemah dan belum pantas untuk langsung menerimanya.

Lafadz-lafadz Penyampaian, yaitu:
·   Yang paling baik dengan mengatakan: أجاز لي فلان (si fulan telah mengijazahkan  kepada saya)
·   Diharuskan dengan lafadz sama’ yang mempunyai ketenntuan seperti حدّثنا إجازة (dia telah menceritakan kepada kami secara ijazah) atau أخبرنا إجازة (dia telah mengabarkan kepada kami secara ijazah)
·     Istilah ulama muta`akhkhirīn: Lafadz أنبأنا(menyampaikan kepada kami) dan ini dipilih oleh pengarang kitab al-Wijādah.
D. Cara Mengetahui Sahabat
Ada dua unsur yang disepakati para ahli yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat disebut sebagai sahabat.

·     Pernah bertemu dengan Rasul. Seperti Khabar Mutawa yang meninggal di Isfahan, Abu Musa al Ash’ari memberikan kesaksian bahwa ia mendengar dari Nabi SAW

·    Keterangan seorang tabi’in bahwa seseorang berstatus sebagai sahabat berdasarkan atas tazkiyah dari seseorang yang adil. Pengakuan seseorang bahwa ia adalah sahabat setelah diakui keadilan dan kesejamanannya dengan Nabi SAW. Pengakuan ini dianggap sah selama tidak lebih dari seratus tahun wafatnya Rasul

E. Sifat Adil Sahabat

Para sahabat seluruhnya bersifat adil, baik yang terlibat dalam fitnah maupun tidak,dan hal ini menjadi kesepakatan para ahli hadis. Makna keadilan mereka adalah jauhnya mereka dari kesengajaan berbuat dusta dalam meriwayatkan hadis, dari melakukan penukaran (pemutar balikan) hadis dan dari perbuatan-perbuatan lain yang menyebabkan tidak diterimanya riwayat mereka.

Dengan demikian disimpulkan bahwa semua riwayat sahabat dapat diterima tanpa meneliti lebih dalam tentang keadilan mereka, dan sahabat yang terlibat fitnah maka persoalan ini dikembalikan pada ijtihad mereka, dimana mereka tetap mendapat pahala atas dasar husnu z{an, karena mereka adalah orang-orang yang membawa shari<‘at dan sebaik-baik generasi.
M. Alawi Al Ma,  menjelaskan bahwa yang dimaksud sahabat itu orang-orang yang adil bukan berarti mereka itu orang orang yang terpelihara dari kemaksiatan atau mustahil melakukan maksiat. Akan tetapi, yang dimaksud di sini adalah adil dalam konteks riwayat mereka dapat diterima tanpa persharatan- persharatan adil dan meyakini mereka sebagai orang-orang yang bersih tanpa ada prasangka mereka melakukan sesuatu yang tercela.

Hal ini sejalan dengan pengertian ‘adalah yang dikemukakan oleh Komaruddin Amin, yakni sebuah karakter yang selalu menuntun seseorang untuk selalu berperilaku taat dan selalu mencegah untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh al Maudu, ungkapan “para sahabat Nabi SAW semuanya adil” bukan berarti bahwa mereka semuanya tidak mungkin berbuat kesalahan dan setiap individu dari mereka tidak tersentuh kelemahan atau kekurangan-kekurangan manusiawi sedikitpun.

Tetapi yang dimaksud adalah para sahabat Nabi SAW tidak pernah melampaui kebenaran dan ketulusan dalam meriwayatkan dari Rasul sebagaimana dikutip oleh Juynboll menyatakan bahwa telah dibuktikan dalam sejarah bahwa para sahabat tidak pernah mereka-reka hadis Nabi SAW, dan jika seorang atau beberapa sahabat telah mereka-reka hadis Nabi SAW, maka akan timbul badai protes dari sahabat-sahabat lain, suatu protes yang tentu akan disebutkan dalam sumber-sumber historis.

“Bayangkan, mana mungkin seorang sahabat berdusta!” seru al Siba’, mereka sedemikian berkeinginan menggambarkan segala sesuatu tentang Nabi SAW dengan benar. Keadilan sahabat merupakan sesuatu yang imperative diakui berdasarkan firman-firman Allah yang berhubungan dengan para sahabat dan hadis-hadis yang inklusif menunjukkan kesucian mereka dan keberadaannya sebagai manusia manusia pilihan. Sekiranya tidak ada dalil-dalil dari Allah dan Rasul

عن عبد الله بن مغفل قَال : قالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّهَ اللَّهَ فِى أَصْحَابِى اللَّهَ اللَّهَ فِى أَصْحَابِى لاَ تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِى فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّى أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِى أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِى وَمَنْ آذَانِى فَقَدْ آذَى اللَّهَ وَمَنْ آذَى اللَّهَ فَيُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ (رواه الترميذى)

Artinya:

Dari Abdillah bin Mughaffal berkata, Rasulullah SAW bersabda: Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam masalah sahabat-sahabatku. Jangan kalian menjadikan mereka saran (kritik) sesudah aku (wafat). Barangsiapa mencintai mereka, maka dengan kecintaanku aku mencintai mereka. Dan barangsiapa menyakiti mereka, maka aku membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka, maka berarti telah menyakiti aku. Barangsiapa menyakitiku, maka berarti telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka kemungkinan besar Dia akan menyiksanya (H.R. al Tirmidzi)

Pandangan Ulama’ tentang Keadilan Sahabat

·   Ahlu al Sunnah sepakat menetapkan bahwa seluruh sahabat bersifat adil. Al Baghdat mengatakan bahwa tidak perlu dipersoalkan lagi mengenai keadilan sahabat, karena keadilannya sudah ditetapkan oleh Allah dalam Al Qur’an. Bahwa keadilan sahabat telah di maklumi berlandaskan apa yang telah ditegaskan oleh Allah sendiri. Selain itu Allah juga memuji mereka. Oleh karena itu tidak perlu lagi menta’dilkan mereka sebab penta’dilan dari Allah lebih Shahih

·    Mendapatkan dukungan dari Ibnu Salah, Ia menjelaskan bahwa sahabat memiliki keistimewaan khusus yakni keadilan mereka tidak perlu dipertanyakan karena masalah ini telah selesai karena kedudukan mereka secara mutlak telah dita’dil oleh teks-teks Al Qur’an Abu hudhail dan lain-lain

Menurut pendapat sebagian kecil ulama’ yakni Muhammad Abduh, Rashid Rida ialah sebagai berikut:
·   Sahabat yang memeluk Islam di Makkah sebelum hijrah. Seperti Khadi<’ binti Umais.
·      Sahabat-sahabat yang mengikuti bai’at Aqabah yang pertama.
·    Sahabat-sahabat yang mengikuti bai’at Aqabah yang kedua. Diantara mereka adalah Sa’ad bin Uba<’ dan lain-lain masih dalam usia anak-anak dan telah melihat Rasul

F. Sahabat yang Meriwayatkan Hadits & Jumlahnya

Ashab Al Isyrin – Perawi 20 Hadits
·         Abu Barzah RA
·         Abu Syureh Ra
·         Abdullah bin Jarrad RA
·         Al Musawwir bin Mukharamah RA
·         Amr bin Umayyah ad Dhomiri RA
·         Sofwan bin ‘Asal RA

Ashab Tis’ata ‘Asyar – Perawi 19 Hadits
          Suraqah bin Malik RA

Ashab As Samaniyata ‘Asyar – Perawi 18 Hadits
·         Tamim Ad Darriyy RA
·         Kholid bin Walid RA
·         Amr bin Hurais RA
·         Abu Hawalah al Azdi RA
·         Usaid bin Hudair RA
·         Fatimah RA binti Rosulullah SAW

Ashab As Sab’ata ‘Asyar – Perawi 17 Hadits
·         Nuwas bin Sam’an al Kalabiy RA
·         Abdullah bin Sarjas RA
·         Abdullah bin Haris bin Jaza RA

Ashab As Sitata ‘Asyar – Perawi 16 Hadits
·         As Sa’b Jutsamah RA
·         Qais bin Sa’d bin ‘Ubadah RA
·         Muhammad bin Musallamah RA

Ashab Al Khamsahta ‘Asyar – Perawi 15 Hadits
·         Malik bin Huwairis al Laisy RA
·         Abu Lubabah bin Abdul Mundzir RA
·         Sulaiman bin Shard RA
·         Khaulah binti Hakim RA

Ashab al Arba’ata ‘Asyar – Perawi 14 Hadits
·         Abdurrahman bin Syubi RA
·         Tsabit bin ad Dohak RA
·         Thalq bin Ali RA
·         Abu Ubaidah bin al Jarah RA
·         Thariq RA
·         As Shanabihi RA
·         Abdurrahman bin Samrah RA
·         Al Hakm bin ‘Umair RA
·         Safinah RA
·         Ka’b bin Murrah RA
·         Ummu Sulaim binti Milhan RA

Ashab As Tsalasata ‘Asyar – Perawi 13 Hadits
·         Abu Laily al Anshary RA
·         Mu’awiyah bin al Hikm RA
·         Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA
·         Hudzaifah bin Usaid al Ghifari RA
·         Salman bin ‘Amir RA
·         Urwah al Bariqy RA
·         Sofwan bin Umayah bin Khalf RA

Ashab Al Itsna ‘Asyar – Perawi 12 Hadits
·         Abu Bashrah al Ghifary RA
·         Abdurrahman bin Abzi RA
·         Abdullah bin ‘Akim RA
·         Umar bin Abi Salamah RA
·         Salamah bin Mahbiq al Hadzaly RA
·         As Syifa binti Abdullah al Adawiyah RA

Ashab Ihda ‘Asyar – Perawi 11 Hadits
·         Nabisyah RA
·         Abu Kansyah al Anmary RA
·         Amr bin al Hamaq RA
·         Al Halab RA
·         Wabisyah bin Ma’bad al Asady RA
·         Abu al Yasar RA
·         Zaenab bin Jahs, Ummur Mu’minin RA
·         Diba’ah binti Zubair bin Abdul Muthalib RA
·         Yasarah binti Sofwan RA

G. Sahabat yang Kerakhir Kali Wafat

Anas bin Malik, beliau menempati urutan ke tiga dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits. Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj lahir: 612-wafat:709/712). 

Nasab

Beliau adalah Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat Rasulullah n dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir meninggal dunia.

Ia adalah pambantu Rasulullah n seorang yang banyak meriwayatkan hadits darinya. Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan berkata kepadanya: "Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan menjadi pembantumu". Maka nabi pun menerimanya.

Lahir 

Ketika Rasul datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun, dan ketika beliau wafat Anas berumur 20 tahun. Jadi Anas lahir 10 tahun sebelum tahun hijriyah atau bertepatan dengan tahun 612 Masehi. Ibunya juga seorang yang pandai dan telah masuk Islam, sehingga Anas pun dari kecil telah memeluk agama Islam.


Gelar 

Rasulullah saw. memberikan gelar kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa). 

Keilmuan dan Periwayatan Hadits

Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar, Umar, Usman, Mu'ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha'sha'ah, Abi Hurairah, Fatimah dan masih banyak lainnya.

Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting, diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya'bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa'id Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin Syakir.

Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang, sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang – orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun, mereka tidak dianggap.

Anas menemani Nabi saw dengan sempurna. Ia benar-benar sempurna dalam bermulazamah kepada beliau sejak beliau hijrah, sampai meninggal. Dia juga banyak mengikuti peperangan bersama beliau, juga berbaiat di bawah pohon (Bai'at Ridwan). 

Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah, maka setelah selesai ia mengatakan "Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah " dalam Musnad Anas sebanyak 2.286, yang disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 180 hadits, dan yang hanya dalam riwayat Bukhari 80 hadits dan Muslim 90 hadits. 


Do'a Rasul terhadap Anas

Ibunya datang kepada Rasulullah n dan berkata : "Wahai Rasulullah n ini adalah Anas, anak yang cerdas mau menbantumu". Kemudian Anas diserahkan kepada Rasulullah n dan beliau pun menerimanya. Ibunya pun memohon kepada Rasulullah n untuk mendoakan Anas, maka Rasul pun berdoa untuknya,

"Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah dia ke dalam surga" dalam riwayat lain, "Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya"

Anas berkata, "Demi Allah hartaku sangat melimpah, sampai kurma dan anggurku berbuah dua kali dalam setahun. Jumlah anak-anak dan cucuku - cucuku mencapai seratus." dalam riwayat lain seratus enam. Dalam riwayat lain juga disebutkan dari anak perempuannya Aminah, mengabarkan tentang anak beliau yang mati dan dikuburkan saja itu mencapai 120 anak, selain cucunya, itu pada saat Hajjaj berkuasa di Basrah. 

Berkat do'a Rasulullah SAW ia menjadi sahabat yang paling banyak anaknya serta paling panjang umurnya, dan paling akhir meninggal dunia.

Penjaga Rahasia Rasulullah SAW

Suatu hari Anas melayani Rasulullah saw. sampai selesai, kemudian dia berkata: " Nabi sedang tidur siang", kemudian dia pergi dan didapatinya anak-anak pada bermain. Kemudian ia berdiri dan melihat permainan mereka. Tiba-tiba nabi datang, dan memberi salam kepada mereka. Terus memanggil Anas dan mengutusnya untuk suatu urusan. Sepertinya ini adalah perintah rahasia, hingga dia mendatangi ibunya dengan pelan. Ibunya bertanya "Ada apa denganmu"? Anas menjawab, "Nabi mengutusku untuk suatu urusan. Ibunya bertanya lagi, "Urusan apa itu?" Anas menjawab, "Ini adalah rahasia nabi". Maka ibunya berkata, " Jagalah rahasia Rasulullah saw. Maka Anas tidak menceritakan kepada siapapun. 


Akhlak Rasulullah saw. terhadap Anas.

Pada suatu hari Rasulullah saw mengutus anas untuk suatu hajat, kemudian dia berkata, Demi Allah saya tidak akan pergi! Dalam hatiku aku akan pergi kalau nabi menyuruhku. Kemudian dia pergi dan melintasi anak-anak yang sedang bermain di pasar. Maka tiba-tiba Rasulullah saw memegang tengkuknya dari belakang. Kemudian dia melihat kepada beliau, ternyata beliau tersenyum dan berkata, "Wahai Unais, pergilah sesuai apa yang aku perintahkan! Maka anas menjawab : Baik Rasulullah saw saya akan pergi.

Anas berkata " Demi Allah saya telah menjadi pembantu beliau selama 9 tahun, saya tidak mendapatkan beliau komentar apa yang aku kerjakan" Kenapa kamu berbuat sepert ini dan begini? Atau sesuatu yang aku tinggalkan, " Kenapa kamu tidak berbuat seperti ini?" 

Anas telah menjadi pembantu Rasulullah saw. bertahun-tahun tapi beliau tidak pernah mencelanya sama sekali, tidak pernah memukul, tidak pernah menghardik, tidak pernah bermuka masam, tidak pernah menyuruhnya dan dia malas kemudian Rasulullah n mencelanya. Maka jika salah satu keluarganya mencelanya, beliau berkata, " Biarkanlah apa yang dia kerjakan!" 

Tsabit bertanya kepada Anas "Apakah tanganmu pernah bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah saw? Ia menjawab, Ya, pernah. Ia mengulurkannya padaku, dan aku menyambutnya.

Candanya Rasul kepada Anas

Rasulullah n juga pernah bercanda dengan Anas. Beliau berkata padanya : ( ياذا الأذنين )  "Wahai yang punya dua telinga" 

Makan 

Abu Ja'far berkata, "Anas itu berbelang, dan sangat jelas sekali. Dan saya melihat dia makan dengan suapan besar". Abu Ayub berkata, " Anas lemah dalam mengerjakan puasa, maka ia membuat makanan, kemudian memanggil 30 orang miskin dan memberi makan mereka. 

Cincin Anas

Ibnu Sirin berkata, " Di cincin Anas terdapat lukisan srigala" Sedang menurut Az Zuhri, dari Anas, bahwa cincinnnya bertuliskan "Muhammad Rasulullah" Jika mau ke kamar mandi, ia melepasnya. 

Keutamaan Anas

Nabi saw talah mengkhususkan Anas dengan sebagian ilmu. Diantaranya adalah sabda beliau kepada Anas, bahwasanya beliau mampu mendatangi sembilan isrinya pada waktu dhuha dengan sekali mandi. 

Rasulullah saw. mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansor di rumah Anas, dan mereka berjumlah 90 orang. Setengah dari Muhajirin dan setengahnya lagi dari Ansor. Rasulullah saw mempersaudarakan mereka atas persamaan diantara mereka, saling mewarisi setelah meninggal tanpa ada hubungan rahim, sampai terjadinya perang Badar. Ketika turun ayat:

Maka setelah itu, saling mewarisi harus karena hubungan rahim, bukan ikatan persaudaraan (Q.S.Al-Ahzab:6)

Kata mutiara

"Seorang hamba tidak dikatakan betakwa kepada Allah, sampai dia bisa menjaga lisannya"

Ibadah 

Abu Hurairah berkata, : "Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun yang mirip dengan sholatnya Rasulullah saw selain daripada ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik ). Ibnu Sirin berkata, "Anas adalah sahabat yang sholatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar."

Tsumamah berkata, "Anas sholat sampai kedua kakinya bengkak mengeluarkan darah, karena sholatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya. 
Anas berkata, : "Ambillah (Al Qur'an dan As Sunnah) dariku, karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah n dari Allah swt. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku"

Anas juga tahu benar ibadah Rasulullah saw. Dan tidak ada satu malampun dia melihat Rasulullah kecuali beliau menangis.

Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku "Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram."

Pada hari Jum'at, Anas menemui Sholih bin Ibrahim yang sedang berbincang-bincang di salah satu rumah istri nabi, lalu dia berkata "Mah" Ketika selesai sholat, dia berkata, : "Saya benar-benar takut kalau-kalau sholat Jum'atku batal, gara-gara perkataanku pada kalian "Mah". 

Rasa takut beliau

Ketika Az Zuhri masuk ke rumah Anas di Dimsiq (Irak), dia melihat Anas menangis. Kemudian ditanya, "Apa yang menyebabkan engkau menangis? Dia menjawab, "Saya tidak tahu apapun kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya tentang masalah shalat. Dalam masalah sholat ini telah dihilangkan ( diakhirkan dari waktunya ). Pada masa itu ( Bani Umayyah ) masalah sholat diakhirkan, kecuali pada masa Umar bin Abdul Aziz. 

Jihad beliau

Anas mulai ikut berjihad mulai dari kecil. Dikatakan kepada Anas: Apakah engkau menyaksikan perang Badar? Ia menjawab " Laa umma laka! Kemanakah saya kalau sampai tidak hadir."

Muhammad bin Abdullah berkata " Anas keluar bersama Rsulullah ketika terjadi perang Badar, ia adalah seorang anak yang membantu Rasulullah. Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali.
Karamah

Ibnu Abi Dunya berkata "Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba dating Qohromanah dan berkata, "Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering" Kemudian Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo'a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata " Lihatlah langit itu". Maka setelah itu tanahnya menjadi subur.

Menjadi Amir

Abu Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya. 

Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy'ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, " Nih… lehernya Hajaj!" Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas.
 
Anas pernah menjadi utusan Abdul Malik pada masa kepemerintahannya, sekitar tahun 92. Dia membangun semua kota Dimsiq. Ketika Anas bergegas menuju masjid Dimsiq, Makhul bertanya padanya, "Apakah wajib berwudlu ketika selesai mengurus jenazah? Beliau menjawab "Tidak usah wudlu"

Ketika Anas menghadap Walid, dia bertanya, "Apa yang telah engkau dengar dari Rasul perihal hari kiamat? Anas menjawab, "Saya mendengar Rasulullah n bersabda "Kalian dan hari kiamat seperti dua ini –jari telunjuk dan jari tengah-"




Zuhud dan Ketawakalannya

Ketika seorang amir datang untuk memberikan fa'i kepada Anas, dia mengatakan apakah anda mau mengambil 1/5? Dia menjawab, "Tidak" Ia tidak menerimanya.

Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab " Seorang dokter malah menyakitiku" 

Syafaat Rasul untuk Anas

Imam Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah saw pada hari kiamat. Maka rasul menjawab, "Ya pasti saya akan penuhi permohonanmu." Anas bertanya, "Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat nanti, wahai nabiyallah?" Rasul menjawab "Mintalah padaku sesuatu yang pertama kamu minta padaku yaitu di atas sirat." Tanya Anas, "Jika aku tidak ketemu engkau di situ?" Jawab rasul, "Maka kalau tidak ketemu di sana berarti saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di Telaga, saya tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari kiamat" 

Harapan Anas

Anas adalah pemilik sandal dan kantong kulit Rasulullah saw. Anas berkata, : Aku sangat mendambakan akan bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata " Wahai Rasulullah saw aku adalah pembantu kecilmu"

Wafat

Dikatakan kepada Anas, "Engkau adalah sahabat Rasulullah n yang paling terakhir yang masih hidup." Anas menjawab, Kaum Arab masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang masih hidup. Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab " Seorang dokter menyakitiku" dan dia memohon agar dia ditalkin 'Laa ilaha illallh, karena dia (Malaikat) telah datang. Dia senantiasa mengatakannya, sampai Malaikat pencabut nyawa mencabut nyawanya. Di sisi dia ada tongkat kecil punya Rasulullah SAW yang kemudian dikubur bersamanya. 

Ketika Anas wafat, beliau berumur 107 tahun. Berkata Waqidi dan lainnya" Anas adalah sahabat di Basrah yang paling terakhir wafatnya." Para ahli sejarah selisih dalam menentukan kematian beliau, ada yang mengatakan wafat pada tahun 90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan tahun 93, dan inilah yang mashur menurut jumhur. Imam Ahmad berkata : Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum'at, tahun 93. 

Qotadah berkata : Ketika Anas wafat, Muariq al 'Ajli berkata, Hari ini telah pergi / hilang setengah dari pada ilmu. Dia ditanya, kenapa bisa demikian wahai Abu Mu'tamar? Ia menjawab : Jika ada orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi kita hadits dari Rasulullah n kita katakan pada mereka : "Mari kita kembalikan pada orang yang mendengar (Anas) darinya (Rasul)."


Tidak ada komentar: