Sabtu, 13 Oktober 2012

Dua Jalan, Kalam Habib Hasan bin Sholeh al-Bahar



Mari kita jeda sejenak dari aktivitas. Duduk dan rehatkan pikiran dari tugas-tugas keseharian. Buka jendela hati. Simaklah pitutur demi pitutur yang mengalir dari lisan seorang wali yang ilmunya ibarat lautan tak bertepi berikut ini. Beliau adalah Habib Hasan bin Sholeh al-Bahar, seorang yang berada di puncak kemakrifatan di masanya, sekitar seratus lima puluh tahun silam.

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah menjadikanku dan kamu semua sebagai insan yang asyik mendengar ucapan-ucapan dan sanggup menjelmakan isi ucapan itu dalam laku. Sesungguhnya majelis kheir adalah bursa pahala, bahkan ia adalah ladang surga, seperti pernah diterangkan dalam sebuah sabda Rasul. Karena itu, cermati diri tatkala memasuki bursa itu, jangan sampai keluar dalam keadaan merugi, tak membawa apa-apa.

Buah dari majelis kheir adalah ilmu, dan kenikmatannya akan kita rasakan tatkala kita mengamalkan dan membagikannya kepada mereka yang belum mengerti. Adapun puncak dari segala fadhilah majelis itu adalah derajat tinggi di alam yang tiada akhir kelak.

Pungutlah ilmu dan hikmah dengan mencurahkan segenap indra dengar dan hati. Galilah hikmah lebih jauh dengan perenungan yang lurus dan mendalam. Ambillah hikmah itu, baik dari mereka yang telah mencapai kearifan maupun mereka yang masih awam. Hikmah adalah sesuatu yang paling didamba seorang mukmin.

Betapa tidak? Manusia beriman niscaya selalu mengharapkan dirinya beroleh keselamatan di alam keabadian, sementara keselamatan itu terpendam di antara hikmah-hikmah. Karenanya, mukmin bijak akan senantiasa mencari hikmah itu, di mana saja, dari siapa saja. Apakah itu datangnya dari anak-anak atau orang tua, dari seorang pembesar atau seorang yang hina, dari seorang yang taat atau durhaka.

Inilah model mukmin sejati. Ia tak pernah jenuh menasehati diri, selalu introspeksi pada perilakunya, dan selalu gigih menyelamatkan agamanya.

Salinglah menasehati wahai semua saudaraku, dan bahu-membahulah dalam menyongsong ridha Tuhanmu. Nasehat adalah bagian dari agama. Saling wasiat dalam perbuatan elok adalah ciri orang-orang yang beroleh kemujuran dari-Nya. Baginda Nabi SAW bersabda, “Makhluk, semuanya adalah keluarga Allah. Yang paling dicinta oleh-Nya di antara mereka adalah siapa yang paling banyak memberikan manfaat kepada keluarga.” Namun hendaknya diketahui, manfaat terbesar ialah manfaat yang menjamin kebahagiaan yang kekal, yang mengundang ridha Sang Kuasa di dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan. Inilah manfaat yang menjadi puncak dari segala fadhilah dan kesempurnaan. Inilah maqam para nabi dan pewaris mereka.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Yazid bin ar-Raqqasyi, Baginda Rasul SAW bersabda, “Mari, kukabarkan kepada kalian tentang suatu kaum. Mereka bukan nabi bukan pula syuhada. Akan tetapi, para nabi dan syuhada seolah ingin seperti mereka karena begitu istimewanya tempat mereka di sisi Allah SWT. Ya, mereka berada di atas mimbar yang terangkai dari cahaya yang menjadi perlambang mereka.”

“Siapa gerangan mereka wahai Rasulullah?” tanya sahabat. “Mereka adalah orang yang gemar membuat Allah SWT cinta kepada hambaNya dan menyeru hamba untuk mencintai Allah SWT. Mereka berjalan di muka bumi dengan nasehat-nasehat.” Kami (para sahabat) bertanya lagi, “Kalau menyeru hamba agar mencintai Allah kami mafhum. Bagaimana membuat Allah cinta kepada hamba-Nya?” Rasul menjawab, “mereka mengajak para hamba melaksanakan segala hal yang dicintai Allah, dan mencegah mereka dari segala yang dibenci Allah. Jika mereka patuh, niscaya Allah mencintai mereka.”

Allah SWT mencipta ketaatan sebagai instrumen yang menggiring manusia menuju lebih dekat kepadaNya. Barangsiapa ditakdirkan untuk berada di dekat-Nya, berarti ia beroleh kemuliaan dan rahmat. Orang serupa ini kelak dilanggengkan di dalam surga bersama para hamba pilihan-Nya. Sebaliknya, Allah mencipta maksiat sebagai instrumen yang merenggangkan manusia dari-Nya. Barangsiapa ditakdirkan berjauhan dari-Nya, ia akan beroleh penyesalan tak berakhir. Kelak ia akan dijebloskan ke dalam siksaan yang pedih tiada tara. Semoga Allah menghindarkan kita dari azab-azab-Nya dan menuntun kita menuju jalan yang pernah dijejaki para kekasih-Nya.


FATAMORGANA

Renungkanlah wahai saudaraku, jalan mana yang hendak kau tempuh? Tempat mana yang lebih kau minati? Di sisi Sang Malik yang Maha Agung, di dalam surga-Nya yang baka dan penuh kenikmatan, serta kerajaan-Nya yang tak terhingga, ataukah di dalam kubang siksaan yang pedih bersama iblis yang terlaknat?

Demi Allah, sungguh celaka mereka yang berjalan dalam barisan iblis. Mereka bakal merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Benar, setan menebar tipu dayanya kepada manusia dengan pengharapan agar mereka kelak menjadi karibnya di neraka. Ia membisiki manusia agar berbuat maksiat dan bergabung dengan mereka. Orang-orang yang mengikuti bisikan ini akan menanggung segala penyesalan dan kesusahan yang tiada berkesudahan.

Setan adalah musuh yang nyata. Tekad setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia tiada sadar akan hal ini. Hati mereka telah buta. Mereka tak menyadari siasat busuk itu. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam jaring setan. Lalu sang laknat itu menyandera mereka dengan godaan-godaan yang melalaikan, menceburkan mereka ke dalam lembah kegelapan, dan akhirnya menenggelamkan mereka dalam berbagai gelombang dosa.

Telinga mereka akhirnya tuli dari kebenaran. Mata mereka buta oleh kebodohan. Lisan mereka bisu dari ayat-ayat Allah SWT. Mereka mencari apa yang tak bakal mereka raih. Mereka merasa nyaman dengan segala fasilitas duniawi. Mereka berlomba membinasakan diri sendiri, membangun rumah yang tak bakal mereka tinggali, mencintai semua yang akan mereka tinggalkan. Mereka juga membanggakan perbuatan cela, saling dengki atas hal-hal tak berharga, dan bergumul dalam lumuran dosa.

Kiranya, sungguh tepat bidikan panah yang dilepaskan setan. Air mata pun kini telah mengering. Apa sih yang manusia cari dari dunia yang fana ini? Sungguh, segala materi yang mereka kumpulkan itu tak menjamin keselamatan. Apa yang mereka cita-citakan itu tak membawa kesejahteraan abadi. Semua itu hanyalah fatamorgana yang dirancang sedemikian rupa oleh iblis. Memang lihai sekali ia mengemas kehinaan dengan hal-hal yang serba indah. Tampaknya, Ia begitu piawai memoles barang tak berarti menjadi sesuatu yang tampak begitu berharga dan mempesona….! Semoga kita tidak terperdaya oleh semua itu…..

Tidak ada komentar: