Sabtu, 13 Oktober 2012

Tarekat Syadziliyah


PENDIRI TAREKAT SYADZILIYAH

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili (bahasa Arab: أبو الحسن الشاذلي‎) (lahir Ghumarah, Maroko, 1197 - wafat Humaitsara, Mesir, 1258) adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb (sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara) pada tahun 593 H/1197 M.

Namanya lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili Al-Hasani. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri Tarekat Syadziliyah. Nasab atau garis keturunan Abul Hasan Asy-Syadzili bersambung sampai dengan Rasulullah SAW.

Berikut ini nasab Abu Hasan Asy-Syadzili: Abul Hasan, bin Abdullah Abdul Jabbar, bin Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim, bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusya', bin Ward, bin Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Isa, bin Muhammad, bin Hasan, bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW Sebagian besar sumber yang berbicara tentang sejarah Asy-Syadzili sepakat bahwa dia lahir di negeri Maghreb pada tahun 593 H (1197 M), di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah (sekarang kota Ceuta, eksklave Spanyol di Afrika Utara).

Dia tumbuh di desa ini. Dia menghapal Al-Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu syariat. Kemudian dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal di sebuah desa yang bernama Syadzilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun dia tidak berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh penulis al-Qamus.

Ada juga yang mengatakan bahwa dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia tekun beribadah di sana. Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid.

Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat. Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.

INTISARI TAREKAT

Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.

SILSILAH
Sanad dan Silsilah Tariqah
§  As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
§  As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
§  As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
§  As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
§  As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
§  As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
§  As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
§  As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
§  As-Syaikh At-Tartusi ra drp
§  As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
§  As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
§  As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
§  As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
§  As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
§  Imam Hasan Al-Basri ra drp
§  Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
§  Sayyidina Muhammad saw


Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili
§  As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin
§  Ali bin
§  Abdullah bin
§  Tamim bin
§  Hurmuz bin
§  Hatim bin
§  Qusay bin
§  Yusuf bin
§  Yusya bin
§  Ward bin
§  Bathaal bin
§  Ali bin
§  Ahmad bin
§  Muhammad bin
§  Isa bin
§  Muhammad bin
§  Abi Muhammad bin
§  Imam Hasan bin
§  Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
§  Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.


ASPEK PEMIKIRAN TAREKAT SYADZILIYAH

Abu al Wafa al-Ghanimi al-Taftazani (1985), A.J. Arberry (1985), dan Fazlur Rahman (1987), mengatakan bahwa al-Syadzili adalah salah seorang tokoh sufi terkenal dengan tarekatnya, al-Syadziliyah. Tarekat Syadziliyah adalah tarekat besar sebagaimana tarekat al-Qadiriyah, al-Rifaiyah, dan al-Suhrawardiyah. Dalam kaitan ini, Martin Lings (1991: 112) mengatakan, tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang paling layak disejajarkan dengan tarekat al-Qadiriyah dalam hal penyebarannya, karena hampir semua tarekat dengan beragam namanya berasal dari salah satu tarekat ini.

Bahkan ibn Athaillah memandang al-Syadzili sebagai orang yang ditetapkan Allah menjadi pewaris Nabi saw. Allah telah menegaskan universalitas peranan perantara al-Syadzili, melalui karamah-karamah, yang selanjutnya menunjukkan posisinya sebagai poros-spiritual alam semesta (Renard, 1993: 60). Walaupun demikian, menurut Schimmel (1981: 250) dan Rahman (1987: 258), ia tidak meninggalkan karya tulis.

Di antara faktor yang menyebabkan ia tidak menuliskan ajaran-ajaran tasawufnya adalah karena ksibukannya untuk memberikan pelajaran kepada murid-muridnya yang banyak jumlahnya. Di samping juga karena kegiatan sosial yang dilakukannya, sehingga menyita waktu (Mansur, 1996: 206). Ajaran-ajarannya dapat dikenal oleh khalayak karena disebarkan oleh murid-muridnya.

Menurut Rahman (1987: 257-8), al-Syadzili tidak muncul untuk mengembangkan disiplin sufi tertentu, tetapi membiarkan orde sufi dilembagakan secara tersendiri. Arah ajarannya nampak secara umum sebagai ortodoksi (dia merekomendasikan ajaran tasawufnya kepada al-Ghazali) dengan penekanan ketaatan kepada Tuhan.

Karena itu, aspek-aspek pemikiran tasawuf al-Syadzili dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.   al-Syadzili membasmi pertapaan dan melarang para pengikutnya untuk meninggalkan profesi dunia. Dalam pandangannya, pakaian, makanan dan kendaraan yang layak dalam kehidupan sederhana, bisa menumbuhkan rasa syukur, mengenal nikmat Ilahi dan tidak berlebih-lebihan meninggalkan dunia. Meninggalkan dunia secara berlebihan akan menghilangkan arti syukur atas nikmat; dan sebaliknya, memanfaatkan dunia secara lebih akan membawa kepada kedzaliman. Manusia harus memanfaatkan semua nikmat yang diberikan Allah dengan sederhana dan sebaik-baiknya, sesuai dengan bimbingan Allah dan rasul-Nya (Mansur, 1996: 204).

2.   Sebagaimana al-Ghazali, al-Syadzili adalah tipe seorang sufi yang tidak mengabaikan syariat. berkali-kali ia menegaskan bahwa seorang yang ingin memperdalam ilmu tasawuf, maka ia terlebih dahulu harus memperdalam ilmu syariat (Mansur, 1996: 204). Penegasan ini dijadikan salah satu aturan dalam tarekat Syadziliyah. Yang dimaksud dengan tasawuf di sini ialah latihan-latihan jiwa dalam rangka beribadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Ilahi. Dengan pengertian tersebut, tasawuf mengandung empat aspek penting yang terdiri dari: a) berakhlak dengan akhlak Allah; b) senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah; c) menguasai hawa nafsu dan selalu malu kepada Allah; dan d) berketetapan dan berkekalan dengan Allah secara sungguh-sungguh (al-Sabbagh, 1993: 107).

3.   Bagi al-Syadzili, jalan yang harus menjadi pegangan seorang sufi menuju Tuhan, ada empat hal. Apabila seorang sufi dapat menjalani (menyelesaikan) keempat hal tersebut, berarti ia telah mengetahui tasawuf dengan benar dalam pengetahuan yang hakiki (shiddiqin, muhaqqin). Namun apabila ia hanya menjalani tiga hal, ia termasuk seorang wali Tuhan. Sedangkan bila ia hanya menyelesaikan dua hal, ia termasuk seorang syahid. Akan tetapi, bila ia hanya sanggup menjalankan satu hal, ia dikategorikan sebagai orang yang melayani Tuhan dengan penuh keikhlasan. Keempat hal tersebut ialah: a) dzikir. Fondasinya adalah perbuatan-perbuatan yang benar, buahnya (hasilnya) adalah illuminasi; b) meditasi (tafakkur). Landasannya adalah ketekunan, buahnya adalah pengetahuan; c) kefakiran. Landasannya adalah rasa syukur, buahnya adalah meningkatkan rasa syukur; dan d) cinta (hubb). Pangkatnya adalah tidak mencintai dunia dan isinya, buahnya adalah persatuan dengan penuh rasa cinta (al-Sabbagh, 1993: 109).

4.   Menurut al-Syadzili, ada beberapa cara untuk memperoleh argumentasi (dalil), dengan melihat tingkatan-tingkatannya. Dalil dapat diperoleh melalui akal (intellect), ini dimiliki oleh para ulama; dalil dapat juga diperoleh melalui anugerah Ilahiyah (karamah), ini dimiliki oleh orang-orang suci (para wali); dan dalil juga dapat diperoleh melalui jiwa yang dalam (sirr), ini dimiliki oleh para Nabi dan orang-orang yang sangat ikhlas (shiddiqun).

5.   Berkaiatan dengan marifat (mystical knowledge), al-Syadzili sependapat dengan para filosof, bahwa marifat datang dari Tuhan dengan melalui dua cara: a) dengan melalui sumber kemurahan (ain al-jud), dengan merujuk kepada orang-orang yang diberi anugerah Ilahiyah (karamah) oleh Tuhan. Dengan karamah Tuhan, seseorang akan mencapai ketaatan kepada Tuhan; dan b) dengan cara mengerahkan usaha, seseorang akan mendapatkan karamah.

6.   al-Syadzili juga menjelaskan istilah-istilah kunci dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, seperti keyakinan, hakikat, marifat, dan lain-lain. Menurutnya, yang disebut keyakinan (yaqin), adalah sesuatu yang meliputi pengertian tentang realitas-realitas Ilahiyah (haqaiq) tanpa ragu dan tanpa adanya sesuatu penghalang (hijab). Marifat adalah penyingkapan tentang pengetahuan yang terselubung, ketika tirainya terbuka, tentu kita dapat memanggilnya. Seseorang yang telah mengakses (memasuki) hakikat, ia digambarkan bahwa dirinya laksana dalam keterpesonaan. Sedang orang yang telah mencapai marifat, ia diangkat (maslub) dari dalam dirinya sendiri. Ilmu tasawuf, menurut al-Syadzili, adalah kumpulan khazanah yang berharga; illuminasi ialah pengetahuan spiritual yang mendalam (bashair); pengetahuan mistik (tasawuf) adalah ayunan Ilahiyah (sia); keesaan (tauhid) ialah ketulusan hati (shidq); hikmah adalah pengajaran (talim); dan cahaya (nur) adalah penjelasan.

7.   Berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan, ia membaginya kepada pengetahuan yang diperoleh melalui pemeberian/pelimpahan Ilahiyah (mawahib) dan pengetahuan yang diperoleh melalui usaha (makasib). Sedang makasib dapat diperoleh melalui pengajaran (talim) dan juga dapat diperoleh melalui perenungan (nazhar).

8.   Berkaitan dengan uzlah (mengasingkan diri dari keramaian), al-Syadzili berpendapat, bahwa apabila kita berhasrat untuk mencapai kesatuan (wushul) dengan Tuhan, kita harus meminta pertolongan kepada Allah, duduk di atas permadani ketulusan (shidq), meditasi (tafakkur), dan mengingat-Nya dengan ingatan yang benar, serta mengikatkan hati kepada ibadah, agar dapat menghasilkan marifat. Kemudian langgengkan rasa syukur, perhatian atau konsentrasi penuh (muraqabah), dan taubat untuk memohon ampunan Tuhan. Dzikir (mengingat Tuhan) dengan cara apapun akan mewariskan atau menimbulkan muraqabah dengan taqwa, ketika berhenti atau menghindarkan diri dari perbuatan dosa, akan mendapatkan beberapa kebaikan dari diri kita.

9.  Bagi al-Syadzili, duduk di atas permadani keikhlasan, merupakan suatu realitas dari sifat-sifat kefakiran, kelemahan (kekurangan), ketidakmampuan, dan kerendahan hati manusia yang wujudnya adalah pengabdian (ubudiyah) kepada Tuhan sambil memperhatikan sifat-sifat kecukupan, kekuasaan, keperkasaan dan keagungan yang hanya dimiliki Tuhan semata.

Demikian aspek-aspek pemikiran tasawuf yang diajarkan dan dikembangkan oleh Abu al-Hasan al-Syadzili, yang tentunya menjadi khazanah yang tak ternilai harganya bagi yang mau mengambil dan mengamalkannya.


PERKEMBANGAN TAREKAT

Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."

Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya.
Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.

DEMOGRAFIK PARA PENGIKUT

Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian.
Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.

Contoh Hizib Al Barr (Daratan)

Amalan-Amalan

Hizb al-BahrHizb NashorHizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupakan Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Allah.
Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Allah.
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supra natural dan yang terpenting adalah mendapatkan ridha Allah.
Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa berlandaskan Al Qur'an dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Allah dengan benar.
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.

PENGARUH DAN CABANG-CABANG TAREKAT SYADZILIYAH

Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.

KATA-KATA HIKMAH

Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji itu milik Allah.
Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan Allah ta'ala, dan jangan duduk dimajelis kecuali majelis yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah."
Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar sendiri.
Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk dapat selalu taat kepada Allah yang memiliki pemelihara dirimu.
Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai macam bala' dan ni'mat yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya dan bersyukur atas syukur yang mendalam.
Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.
Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : "Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.


REFERENSI

Abu Rabi, Ibrahim M. The Mystical Teachings of al-Shadzili. New York: State University of New York Press, 1993.

al-Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghanimi. Al-Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terj. Ahmad Rofi Usman. Jakarta: Penerbit Pustaka, 1985.

Arberry, A.J. Sufism an Account of The Mystics of Islam. London: George Allen and Unwin Ltd., 1979.

Haeri, Syekh Fadhlalla. The Elements of Sufism. New York: Element Inc, 1993.

Ibn al-Sabbagh. The Mystical Teaching of al-Syadzili, Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar. Terj. Elmer H. Douglas. New York: State University of New York Press.

Lings, Martin. Syekh Ahmad Alawy, A Sfi Saint of the Twentieth Century. London: George Allen and Unwin Ltd., 1971.

.............. What is Sufism, Membedah Tasawuf. Terj. Ahmad. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1991.

Mansur, H.M. Laily. Ajaran dan Teladan Para Sufi. Jakarta: Srigunting, 1996.

Rahman, Fazlur. Islam, Islam. Terj. Senoaji Saleh. Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Renard, John. Ibnu Abbad of Ronda, Surat-surat Sang Sufi. Terj. M.S. Nasrullah. Bandung: Mizan, 1993.

Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 1981.

Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1979




8 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalammualaikum saya dr malaysia menyukai artikel anda tentang tarikat syadziliyah ini..alhamdulillah di malaysia juga ada tarikat ini dan saya juga biasa mengikutinya tp masih di perigkat awal..teruskan artikel anda..semoga Allah s.w.t. meredhai kita semua..amin..

Anonim mengatakan...

assalam. terima kasih. alhamduliLlah.

Anonim mengatakan...

Slm..dimna saya boleh dptkn ijazah mnjdi ahli tarikt syaziliyah di mlysia ?.. klau boleh email saya di email busu_taz1312@hotmail.com..tq

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas kunjungannya, smga artikel yg saya posting bs bermanfaat :)

nasir mengatakan...

assalam..bole britau d mna bole baaiah... jazakallah ! nasir / 0189478665

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum. Skadar skadar taarruf. . Sya hazren dri Mlsia, juga pngamal torikoh assyaziliyah al qouqojiyah. Smoga siaran ini bermnfaat.

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum , boleh sesiapaa tahu dimana guru murshid tarekat syaziliyah di negeri selangor? dah lama sy mencari ..insyaAllah semoga Allah merahmati saudara2 ku sekalian. Jazakallah Kheir

Paktuaindera mengatakan...

Salamalaika...mohon pencerahan.mursyid syadziliah di kelantan ada ke?
Raden nazmi-0193377101