Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabrakatuh...
Sabda Rasulullah SAW : “Jika anjing minum dari
bejana kalian maka hendaknya ia membasuhnya tujuh kali” (Shahih Bukhari)
Hadits di atas menjelaskan bahwa jika suatu
bejana atau wadah air diminum atau dijilat oleh anjing maka hendaklah dicuci
sebanyak 7 kali. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menukil sebuah riwayat di dalam
Shahih Muslim bahwa basuhan tersebut sebanyak 7
kali dan basuhan yang pertama dengan tanah, sedangkan dalam riwayat lain
basuhan yang terakhir dengan menggunakan tanah, adapun dalam riwayat lain
disebutkan bahwa yang ke delapan dengan tanah.
Namun Al Imam An Nawawi berkata
dalam kitab Syarh An Nawawiyah ‘ala Shahih Muslim menyatukan beberapa riwayat
yang ada, bahwa basuhan tersebut sebanyak tujuh kali dengan air dan satu kali
dibasuh dengan air yang dicampur dengan tanah, demikian yang terdapat dalam
madzhab Syafii.
Al Imam Ibn Hajar berkata bahwa di dalam madzhab Imam Maliki
dalam masalah ini terdapat 4 pendapat yang berbeda, diantara mereka ada yang
mengatakan bahwa anjing najis dan diantara mereka mengatakan bahwa anjing
tidaklah najis akan tetapi air liurnya najis.
Sedangkan di dalam madzhab Hanafi
sebagian besar pendapat mengatakan bahwa anjing tidaklah najis.
Akan tetapi
menurut hadits diatas menunjukkan bahwa sesuatu yang terkena anjing harus
dibasuh sebanyak 7 kali karena telah terkena najis (anjing). Maka Al Imam An
Nawawi berkata bahwa madzhab Syafii adalah satu-satunya madzhab yang
berhati-hati dalam hal ini sehingga mengatakan bahwa anjing adalah najis. Namun
semua Imam 4 madzhab mempunyai dalil dan rujukan hadits dan sanad yang jelas
atas hukum-hukum yang mereka ambil.
Meskipun anjing adalah hewan yang najis
namun bukan berarti bahwa anjing tersebut hewan yang jahat, sebagaimana
disebutkan di dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memperbolehkan melatih anjing untuk berburu dan hewan buruan
itu halal untuk dimakan, kecuali anjing yang tidak terdidik dalam hal berburu
hingga anjing tersebut menggigit atau memakan hewan buruan tersebut, maka hewan
buruan tersebut menjadi najis.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membenci anjing dikarenakan hewan yang
najis. Bahkan anjing juga dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala karena memiliki
sifat setia, sebagaimana dalam kisah Ashabul Kahfi, sebagai firman Allah
subhanahu wata’ala : “Dan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua”. ( QS. Al Kahf : 18 )
Selama berada di gua itu anjing tersebut tiada bergerak untuk mencari makan
atau minum sebab menjaga majikannya hingga anjing tersebut mati di tempat itu,
karena Ashabul Kahfi ditidurkan oleh Allah subhanahu wata’ala selama 360 tahun.
Dalam ayat lain Allah subhanahu juga menyebutnya, “ Orang-orang ada yang
mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya,
dan (yang lain) mengatakan: (jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam
adalah anjingnya", sebagai terkaan akan sesuatu yang gaib; dan (yang lain)
mengatakan: (jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. (
QS. Al Kahfi : 22 )
Mengapa Allah subhanahu wata’ala mengulang-ulang menyebut anjing dalam satu
ayat hingga 3 kali?!. Kita ketahui bahwa Ashabul Kahfi bukanlah para nabi dan
rasul, dan kisah ini telah terjadi ribuan tahun sebelum zaman kita, akan tetapi
Allah subhanahu wata’ala menyebutkannya di dalam Al qur’an, untuk menunjukkan
rahasia ma’iyyah (ikatan/kebersamaan) dengan orang-orang shalih, walau seekor
hewan sekalipun jika ia mencintai orang shalih maka ia dimuliakan oleh Allah
subhanahu wata’ala, terlebih lagi jika ikatan itu ada antara seorang dengan
pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semua
makhluk menerima semua ketentuan Allah subhanahu wata’ala, kecuali 4 makhluk
yaitu malaikat, manusia, jin, dan syaitan. Dimana 4 makhluk tersebut telah
diberi ilmu pengetahuan oleh Allah subhanahu wata’ala, berbeda dengan hewan
seperti anjing yang diberi pengetahuan sebagaimana 4 makhluk tersebut.
Namun
malaikat tidaklah menolak ketentuan Allah akan tetapi mereka hanya bertanya,
sebagaimana ketika Allah akan menciptakan nabi Adam kemudian menjadikannya
khalifah di bumi, dan sebagian malaikat telah diberi pengetahuan oleh Allah
bahwa manusia akan menyebabkan kerusakan di muka bumi, maka para malaikat
bertanya kepada Allah subhanahu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
“Mereka berkata: "Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu,
orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian
ketahui". (QS.Al Baqarah : 30 )
Maka malaikat pun terdiam mendengar jawaban dari Allah, dan mereka bersujud
kepada nabi Adam sebagaimana perintah Allah kepada mereka. Namun makhluk yang
lain yang dahulunya merupakan makhluk yang paling taat dan banyak beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu iblis, dia tidak mau bersujud kepada nabi
Adam karena rasa sombong yang ada dalam diri iblis, ia menganggap dirinya yang
diciptakan dari api lebih mulia dari nabi Adam yang diciptakan dari tanah.
Allah subhanahu wata’ala ingin menunjukkan bahwa hamba Allah yang memiliki ilmu
adalah yang paling mulia, yaitu nabi Adam As. Begitu juga makhluk yang bernama
jin, diantara mereka ada yang shalih dan ada yang fasiq dan kafir, sebagaimana
firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan sesungguhnya di antara kami terdapat yang
saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya, kami menempuh
jalan yang berbeda-beda”. ( QS. Al Jinn: 11 )
Dan begitu pula makhluk yang bernama manusia sangatlah sering dan banyak
memprotes terhadap ketentuan-ketentuan Allah untuk mereka. Maka haruslah kita
fahami rahasia tuntunan keluhuran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
dan juga harus kita fahami bahwa rahasia kehidupan kita di dunia ini adalah
untuk mencapai kebahagiaan yang kekal kelak di akhirat dalam kedamaian,
kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala.