Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Aku
melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara
(orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan
kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga yang mayoritasnya adalah
fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas penduduknya adalah
wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang mengantarkan
mereka ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penduduknya, namun disebutkan
dalam hadits lainnya.
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang
panjang , beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.
Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya
radliyallahu ‘anhum : “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku
melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan
penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian)
wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi
wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi :
“Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap
suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau
berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang
kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia
akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan
tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :“ … dan wanita-wanita yang
berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala
mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya,
kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan
tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak
perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah
radliyallahu ‘anhu)
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda
: “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR.
Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya :
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang
mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan
dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya
mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan
mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari
akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari
mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat
tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima
jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan
At Tadzkirah halaman 369)
Saudariku Muslimah … .
Jika kita melihat keterangan dan hadits di atas dengan seksama, niscaya kita
akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka
bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi
golongan minoritas dari penghuni Surga.
Saudariku Muslimah … . Hindarilah sebab-sebab ini semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan hal ini pada sabda beliau
di atas tadi. Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah
keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari
kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan
sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata
pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa
yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Allah tidak
akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya
dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari
Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang
menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak
sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri
kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta
dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang
kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka
walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.
Cukup kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para
shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam
mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya
berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan
masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik
kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap
dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia
memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau
lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang
istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah
terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan
perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa
sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan
tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya
sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila
seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i.
Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal
dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri
karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau
yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha
mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah
Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri
seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam :“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab
(yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At
Tirmidzi serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal
perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual
suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika
hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak
mendatanginya dan yang semisal dengan itu.
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin
suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian
seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i.
Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan)
bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan
apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum
dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut
penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau
mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu,
melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah
seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.
Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah
istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka
ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya.
(Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman
23-25 dengan beberapa tambahan)
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih
jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang
melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan
dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi
dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan
yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi
ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang
Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat
dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi
ingat dan sadarlah bahwa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini
dan tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia.
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta
maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia
akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati
perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia
yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan
perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk
ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil
Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang
wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya
pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Yang demikian ini
sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan
sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tersebut.
Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang
membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita
yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil
oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya : “Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131
: “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah
menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup
muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya
jika mereka keluar rumah … .”
Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret
kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik
syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh
sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al
Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri
menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang
paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang
tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya
disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya
dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya
demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang
dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak
mendapatkan wanginya Surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria
ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan
menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini
terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil
perbuatan mereka sendiri.
Wahai saudariku Muslimah … . Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan
pakaian yang Islamy yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan
adzab di akhirat kelak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah
kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang
jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas
penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena
memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan
masyarakat negeri kita ini.
Saudariku Muslimah … .
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang
dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah
hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum
wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat
kemudian beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian
adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di
antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun
bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena
kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)
Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian
dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari
adzabnya. Amin.
Wallahu A’lam bish Shawwab.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar