Pendahuluan
Pada abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama besar dalam tradisi sufi,
di antaranya ialah almuhasibi,
dzun nun al-misri, abu yazid al-bustami,junaid al-baghdadi dan
abu Mansur alhallaj. Ulama-ulama sufi tersebut menggunakan kebiasaan
(tradisi)berpikir yang berkembang pada masa itu. Dzun nun al-misri
memilikikonsep sufi yang di kenal dengan “ al-ma’rifah “ nya (pengetahuan),
diajuga seorang sufi yang pertama kali menganalisa ma’rifah secara konsepsional.
Abu yazid al-bustami merumuskan
konsep yang di sebutnya dengan “ al-ittihad “ (penyatuan hamba dengan tuhan ).
Adapun abu Mansur al-hallaj yang di kenal dengan al-hallaj merumuskan
konsep yangdi sebut dengan “al-hulul” (tuhan mengambil tempat dalam diriseseorang).Sesungguhnya
konsep-konsep tersebut semula tidak di kenal dalamislam. Konsep tersebut
hanyalah pengaruh dari beberapa tradisipemikiran yang ada.
Namun dengan konsep tersebut,
para sufi meyakini bisa memperoleh pengetahuan tidak dengan alat indrawi
atau akalsebagaimana yang di tempuh oleh para filosof dan teolog,
melainkandengan hati dan perasaan.Sebelum al-misri, sebenarnya sudah
ada sejumlah guru sufi, tetapiia adalah orang pertama yang memberi
tafsiran terhadap isyarat-isyarattasawuf. Ia pun merupakan orang
pertama di mesir yang berbicaratentang ahwal dan maqomat para wali
dan orang yang pertama memberidefinisi tauhid dengan pengertian yang
bercorak sufistik. Ia mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pemikiran
tasawuf. Tidaklahmengherankan kalau sejumlah penulis menyebutnya sebagai
salahseorang peletak dasar-dasar tasawuf
Pendapat tersebut
cukup beralasan mengingat al-misri hidup padamasa awal pertumbuhan ilmu
tasawuf. lagi pula, ia seorang sufipengembara yang memiliki kemampuan dan keberanian
untukmenyatakan pendapatnya. Keberanian itu yang menyebabkan ia harusberhadapan
dengan gelombang protes yang di sertai tuduhan zindiq.Akibatnya ia
pernah di panggil menghadap khalifah al-mutawakkil.
Namun, ia di bebaskan dan di
pulangkan kemesir dengan pengaruh danpenghormatan. Kedudukannya sebagai wali
di akui secara umum tatkalaia meniggalkan dunia yang fana ini.
Dalam makalah ini akan di bahas
tentang riwayat hidup singkat dzun nun al-misri dan pengalaman serta
pemikirannya tentang tasawuf,khususnya tentang masalah ma’rifah yang merupakan
cirri khas daripemikirannya.
Riwayat hidup singkat dzun nun al-misri
Riwayat hidupnya tidak banyak di
ketahui kecuali bahwa dzun nun al-misri banyak melakukan perjalanan
keberbagai wilayah. Daerah yang pernah di kunjunginya antara lain damaskus,
Baghdad, mekkah, madinah,suriah, libanon, dan anathokiah (antiochia). di
samping seorang sufi, iaahli di bidang filsafat, kimia dan tulisan
hioroglif (tulisan dan abjad mesirkuno)
dari berbagai perjalanan ini
menyebabkan ia memperolehpengalaman yang banyak dan mendalam. Ia
hidup pada masa munculnyasejumlah ulama terkemuka dalam bidang ilmu fiqh,
ilmu hadis, dan gurusufi sehingga dapat berhubungan dan mengambil pelajaran
dari mereka.Ia pernah mengikuti pengajian ahmad bin hambal. Ia mengambil
riwayatriwayat hadis dari malik, al-laits, dan lain-lain.adapun yang
mengambilriwayat darinya antara lain al-hasan bin mush’ib al-nakho’iy.
Gurunyadalam bidang tasawuf adalah syaqran al-‘abd atau israfil al-maghriby.
Halini memungkinkan baginya untuk menjadi seorang yang lain, baik dalamilmu syariat maupun tasawuf
Nama lengkapnya adalah abu al-faid
al-nun tsauban bin Ibrahim al-misri, ia berasal dari desa naubah
suatu daerah di selatan mesir. Dilahirkan di ikhmim, dataran tinggi mesir
tahun 180 H/796 M dan meninggal pada tahun 245 H/ 855 M.
Dzun nun adalah sebuah
gelar, latar belakang pemberian gelar ini diuraikan oleh penulis buku-buku
dalam banyak fersi. Yang pasti julukandzun nun di berikan kepadanya
sehubungan dengan berbagaikekaramatannya yang Allah berikan kepadanya di
antaranya yaitu, iapernah mengeluarkan seorang anak dari perut buaya
dalam keadaanselamat di sungai nil atas permintaan ibu dan anak
tersebut.
Suatu ketika dzun nun menumpang
sebuah kapal saudagar kaya,tiba-tiba saudagar itu kehilangan sebuah permata
yang sangat berharga.Dzun nun di tuduh mencurinya. Karena itu, dzun nun di
siksa dan dianiaya serta di paksa untuk mengmbalikan permata itu. Dalam
keadaantersiksa dan teraniaya, dzun nun menengadahkan kepalanya
ke langitsambil berseru, “ wahai tuhan engkaulah yang maha tahu”.
Mendadakmuncullah ribuan ekor ikan nun kepermukaan air mendekati kapal sambilmembawa permata di mulut masing-masing. Dzun nun
mengambil sebuahpermata dan menyerahkannya kepada saudagar tadi. Sejak
peristiwaaneh itu, ia di gelari “dzun nun “, artinya “ yang empunya ikan
nun”
Nama dzun nun juga mempunyai makna
tersendiri, yaitu arti darinamanya adalah “ seseorang yang mempunyai huruf
nun dari mesir”. Huruf nun ini mempunyai makna tersendiri pula bahwa huruf
nun adalahsebuah symbol yang mempunyai makna spiritual power. Huruf nun
dimaknai sebagai relasi antara tuhan dan hambanya, dimana huruf
nun inimempunyai sebuah titik di tengah dan garis yang melingkarinya.
Symboltersebut dimaknai sebagai sebuah roda kehidupan yang mempunyai
titiktujuan sebagai asal, awal dan titik sentral dari kehidupan.
Kaum sufi
juga memaknai symbol ini sebagai symbol kesadarandalam
kehidupannya. Begitu pula dengan dzun nun al-misri, diamengetahui dan
sadar akan makna dari symbol yang di milikinya apalagisebagai nama dari
dirinya sendiri. Yang kemudia makna dari namanya itumembawanya serta
mendorongnya untuk menjadi seorang sufi yangikhlas dan tunduk kepada Allah
swt. Dia sadar bahwasanya setiap menjadi dua bagian, sehingga jenis tobat
dibedakan menjadi tigamacam. Perkembangan pemikiran itu merupakan salah
satu refleksidan proses pencarian hakikat oleh seorang sufi yang
mengalamitahapan secara gradual.
As-sabr Keterangan
al-mishri tentang maqam ash-shabr dikemukakan dalam bentuk kepingan dialog
dan sebuah riwayat. Suatu ketika,ia menjenguk orang yang sakit.
Ketika orangsakit itu merintih, al-misri berkata, “ tidak termasuk cinta
yangbenar bagi orang yang tidak sabar dalam menghadapi cobaantuhan”. Orang
sakit itu kemudian menimpali, “ tidak benar pulacintanya orang yang merasakan
kenikmatan dari suatu cobaan”.Berikut ini sebuah contoh ucapan al-misri selagi
kedua tangandan haknya di belenggu sambil di bawa kehadapan penguasadengan
disaksikan oleh orang banyak. Ia berkata; “ini adalahsalah satu pemberian
tuhan karunianya. Semua perbuatan tuhanmerupakan nikmat dan kebaikan”.
At-tawakkal Berkenaan
dengan maqam at-tawakkal, al-misri mendifinisikan sebagai ‘ berhenti
memikirkan diri sendiri dan merasa memilikidaya dan kekuatan.
Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnyakepada Allah di sertai perasaan
tidak memiliki kekuatan,hilangnya daya dan kekuatan seolah-olah mengandung arti
pasif atau “mati”. Ungkapan seperti ini di kemukakan oleh
abu ya’quban-nahruji bahwa at-tawakkal adalah kematian jiwa tatkala
iakehilangan peluang, bnaik menyangkut urusan dunia maupunakhirat
Ketika ditanya tentang ar-ridla,
al-misri menjawab bahwa ar-ridloadalah kegembiraan hati menyambut ketentuan
tuhan baginya.Pendapat ini sejalan dengan apa yang katakan oleh al-qannat,
ar-ridla adalah ketenangan hati dengan berlakunya ketentuan tuhan.
Kedua pendapat ini pada dasarnya
menunjukkan makna yang sama.Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan
kata. Al-mishrimemilih kata ‘surur al-qaib’ untuk ketenangan hati,
sedangkan alqannad memilih kata ‘sukun al-qalab’.
Ahwal Berkenaan
dengan ahwal, dzun nun menjadikan mahabbah (cintakepada tuhan) sebagai
urutan pertama dari empat ruang lingkuppembahasan tentang tasawuf. Sebab,
tanda-tanda orangmencintai Allah adalah mengikuti kekasihnya,
yakni nabimuahammad saw. Dalam hal akhlaq, perbuatan,
segalaperintah, dan sunnahnya, menghindari sesuatu yang bisamengakibatkan diri
lupa untuk mengingat allah artinya, orang-orang yang mencintai Allah
adalah orang-orang yang mengikutisunnah rasul, tidak mengabaikan syariat.
Untuk memberi pemahaman yang lebih
jauh tentang mahabbah bagi orang yangingin mengetahuinya dengan merinci
unsur-unsurnya, iamenyatakan bahwa ada tiga hal symbol mahabbah. Yaitu
ridha terhadap hal-hal yang tidak disenangi, berprasangka baikterhadap sesuatu
yang belum diketahui, dan berlaku baik dalammenentukan pilihan dan
terhadap hal-hal yang di peringatkan.
Dalam salah satu doanya al-misri
berkata, “ya Allah,sesungguhnya rahmatmu yang luas lebih kami dambakan daripada
amal yang kami lakukan, dan kami lebih mengharapkanampunanmu dari pada siksamu
Salah satu nasehat dzun nun
al-misri, dari yusuf bin hasanberkata bahwa ia pernah mendengar dzun nun
berkata:“berteman dengan orang-orang saleh hidup menjadi harum dankebaikan itu
dapat di capai dengan berteman dengan orang-orang saleh. Jika kamu
lupa ia akan mengingatkanmu, jika kamuingat
ia akan menolongmu.
Penutup/kesimpulan
Nama lengkapnya adalah abu al-faid
dzun nun atsauban bin Ibrahimal-mishri beliau di lahirkan di ikhmim,
dataran tinggi mesir tahun 180 H/855 M.Buah pemikiran beliau yang terkenal
adalah tentang ma’rifat,bahkan beliau diakui sebagai seorang yang pertama
kali membuatrumusan tentang ma’rifat. Jika ingin menggapai makna
ma’rifat manusiaharus berusaha semaksimal mungkin, tidak mungkin bisa
menggapaima’rifat tanpa adanya usaha. Namun jika bisa menggapai ma’rifat hal
itubukan karena usaha dari manusia, tetapi pemberian dari Allah semata.Ma’rifat
kepada Allah menurutnya harus berada diatas ketentuan al-qur’an dan as-sunnah.
Orang yang arif, nur ma’rifatnya tidakmemadamkan nur kewaraannya.
Keyakinan tidak merusak aspekdhahirnya. Banyaknya nikmat Allah tidak melanggar
ketentuan Allah swt.Orang-orang yang mengikuti sunnah rasul dan tidak
mengabaikan syariatDzun nu al-mishri
membagi ma’rifat menjadi tigamacem, ma’rifat at-tauid, ma’rifat
al-hujjah wal-bayan, ma’rifat sifat al-wahdaniya al-wa fardiyah.
Daftar Pustaka
Ensilopedi islam, (Jakarta: PT.
ictiar Van hoeve, 2000), hal. 2432 Abd. Al- Mun’im al-hafani.
Al-mausu’ah sufiyah, ( kairo:
dar ar-rasyid, 1992), hal.165
Annemarie schimmel. Mystical
dimention of islam, ( chapel hill: the university of California
press. 1981),hal. 64
Ensiklopedi islam, hal. 2435 Abd.
Al-mun’im al-hafani.
Al-mausu’ah as-sufiyah, 1656
Abd karim an-naisaburi, Ar-risalah al-qusyairiyah fi
ilm al-tasawwuf , ( kairo: Dar al-khair, tt).hal.4337
Ensiklopedi islam, 243.
Abd Ar-rahman ash-shulami, tabaqat
as-sufiyah, (kairo: maktabah al-khonaji,tt),hal.169
Rosihan anwar, akhlak tasawuf,
(bandung: pustaka setia,2009), hal.14410
Ensiklopedi islam, 243
Annemarie
schimmel, cal mystidemention oh islam. (Chapel
Hill, theuniversity of California press, 1981).Abd Ar-Rahman as-sulami, thabaqat as-sufiyah, (Maktabah
al-khanaj,kairo tt).Abd karim An-naisaburi, Ar-risalah Al-qusayairiyah
fi ulm al-Tasawwuf.(Dar al-khair,kairo tt).Abd al-mun’m al-hafani.
Al-mausu’ah as-sufiyah, (Dar
Ar-rasyad, kairo1992).Abd aziz dahlan, tasawwuf suni dan tasawuf falsafi,
tinjauab filosofis,jurnal, ulumul-qur’an, no. 8. 1991
Ensiklopedi islam, (PT. ichtiar van
hoeve, Jakarta 2000).
13Hamka, tasauf, perkembangan dan
pemurnian
, (PT. pustaka panjimas,jakarta
2005).Jamaluddi ibnu al-farj ibnu al-jauzi,
sifat al-safwah juz 111,
(bairut: dar al-kutub al-‘ilmiyah, 1999).Rosihan anwar,
akhlaq tasawuf . (Bandung
pustaka setia, 2009)
16 Rosihan anwar,
akhlaq tasawuf, hal.15017 Ibid,.15018 Ibid., 150
19 Ibid., 15020 Abd ar-rahman
as-sulami,
thabaqat as-sufiyah, hal.1821
Ibid.,1922 Jamaluddi ibn al-farj ibnu al-jauzi,
sifat al-safwah, juz 111,
(bairut, dar al-kutub al-ilmiyah, 1999), hal.261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar