PENDIRI
TAREKAT SYADZILIYAH
Syekh
Abul Hasan Asy-Syadzili (bahasa Arab: أبو الحسن الشاذلي) (lahir Ghumarah,
Maroko, 1197 - wafat Humaitsara, Mesir, 1258) adalah pendiri Tarekat
Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Ia
dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad,
yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah, daerah Maghreb (sekarang
termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara) pada tahun 593 H/1197 M.
Namanya
lengkapnya adalah Abul Hasan Asy-Syadzili Al-Hasani. Syekh Abul Hasan
Asy-Syadzili adalah pendiri Tarekat Syadziliyah. Nasab atau garis keturunan
Abul Hasan Asy-Syadzili bersambung sampai dengan Rasulullah SAW.
Berikut
ini nasab Abu Hasan Asy-Syadzili: Abul Hasan, bin Abdullah Abdul Jabbar, bin
Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim, bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusya', bin Ward, bin
Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Isa, bin Muhammad, bin Hasan, bin Ali
bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW Sebagian besar sumber yang
berbicara tentang sejarah Asy-Syadzili sepakat bahwa dia lahir di negeri
Maghreb pada tahun 593 H (1197 M), di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat
kota Sabtah (sekarang kota Ceuta, eksklave Spanyol di Afrika Utara).
Dia tumbuh
di desa ini. Dia menghapal Al-Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu
syariat. Kemudian dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal
di sebuah desa yang bernama Syadzilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada
desa tersebut meskipun dia tidak berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh
penulis al-Qamus.
Ada
juga yang mengatakan bahwa dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia
tekun beribadah di sana. Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus,
perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan
lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu membatasi diri dalam
makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki
masjid.
Dia
tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai
oleh sebagian sufi, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda,
memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat.
Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu
juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf,
doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama
menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah
tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama
kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut,
pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
Secara pribadi Abul
Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul
Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib.
Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran,
pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah
tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya
paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya,
prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
Melalui sirkulasi
karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke
Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan
tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai,
yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal
atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas
dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi
murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat
Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu
dengan yang lain.
Sebagai ajaran Tareqat
ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili
kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan
kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan
yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda
ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya."
Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim
at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya
Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn
Atah'illah.
SILSILAH
Sanad dan Silsilah Tariqah
§ As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
§ As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
§ As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
§ As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
§ As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
§ As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
§ As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
§ As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
§ As-Syaikh At-Tartusi ra drp
§ As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
§ As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
§ As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
§ As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
§ As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
§ Imam Hasan Al-Basri ra drp
§ Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
§ Sayyidina Muhammad saw
Sanad Nasab Abil Hasan
Asy-Syadzili
§ As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin
§ Ali bin
§ Abdullah bin
§ Tamim bin
§ Hurmuz bin
§ Hatim bin
§ Qusay bin
§ Yusuf bin
§ Yusya bin
§ Ward bin
§ Bathaal bin
§ Ali bin
§ Ahmad bin
§ Muhammad bin
§ Isa bin
§ Muhammad bin
§ Abi Muhammad bin
§ Imam Hasan bin
§ Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
§ Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.
ASPEK PEMIKIRAN TAREKAT
SYADZILIYAH
Abu al
Wafa al-Ghanimi al-Taftazani (1985), A.J. Arberry (1985), dan Fazlur Rahman
(1987), mengatakan bahwa al-Syadzili adalah salah seorang tokoh sufi terkenal
dengan tarekatnya, al-Syadziliyah. Tarekat Syadziliyah adalah tarekat besar
sebagaimana tarekat al-Qadiriyah, al-Rifaiyah, dan al-Suhrawardiyah. Dalam
kaitan ini, Martin Lings (1991: 112) mengatakan, tarekat Syadziliyah adalah
tarekat yang paling layak disejajarkan dengan tarekat al-Qadiriyah dalam hal
penyebarannya, karena hampir semua tarekat dengan beragam namanya berasal dari
salah satu tarekat ini.
Bahkan
ibn Athaillah memandang al-Syadzili sebagai orang yang ditetapkan Allah menjadi
pewaris Nabi saw. Allah telah menegaskan universalitas peranan perantara
al-Syadzili, melalui karamah-karamah, yang selanjutnya menunjukkan posisinya
sebagai poros-spiritual alam semesta (Renard, 1993: 60). Walaupun demikian,
menurut Schimmel (1981: 250) dan Rahman (1987: 258), ia tidak meninggalkan
karya tulis.
Di
antara faktor yang menyebabkan ia tidak menuliskan ajaran-ajaran tasawufnya
adalah karena ksibukannya untuk memberikan pelajaran kepada murid-muridnya yang
banyak jumlahnya. Di samping juga karena kegiatan sosial yang dilakukannya,
sehingga menyita waktu (Mansur, 1996: 206). Ajaran-ajarannya dapat dikenal oleh
khalayak karena disebarkan oleh murid-muridnya.
Menurut
Rahman (1987: 257-8), al-Syadzili tidak muncul untuk mengembangkan disiplin
sufi tertentu, tetapi membiarkan orde sufi dilembagakan secara tersendiri. Arah
ajarannya nampak secara umum sebagai ortodoksi (dia merekomendasikan ajaran
tasawufnya kepada al-Ghazali) dengan penekanan ketaatan kepada Tuhan.
Karena
itu, aspek-aspek pemikiran tasawuf al-Syadzili dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. al-Syadzili
membasmi pertapaan dan melarang para pengikutnya untuk meninggalkan profesi
dunia. Dalam pandangannya, pakaian, makanan dan kendaraan yang layak dalam
kehidupan sederhana, bisa menumbuhkan rasa syukur, mengenal nikmat Ilahi dan
tidak berlebih-lebihan meninggalkan dunia. Meninggalkan dunia secara berlebihan
akan menghilangkan arti syukur atas nikmat; dan sebaliknya, memanfaatkan dunia
secara lebih akan membawa kepada kedzaliman. Manusia harus memanfaatkan semua
nikmat yang diberikan Allah dengan sederhana dan sebaik-baiknya, sesuai dengan
bimbingan Allah dan rasul-Nya (Mansur, 1996: 204).
2. Sebagaimana
al-Ghazali, al-Syadzili adalah tipe seorang sufi yang tidak mengabaikan
syariat. berkali-kali ia menegaskan bahwa seorang yang ingin memperdalam ilmu
tasawuf, maka ia terlebih dahulu harus memperdalam ilmu syariat (Mansur, 1996:
204). Penegasan ini dijadikan salah satu aturan dalam tarekat Syadziliyah. Yang
dimaksud dengan tasawuf di sini ialah latihan-latihan jiwa dalam rangka
beribadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Ilahi. Dengan
pengertian tersebut, tasawuf mengandung empat aspek penting yang terdiri dari:
a) berakhlak dengan akhlak Allah; b) senantiasa melaksanakan perintah-perintah
Allah; c) menguasai hawa nafsu dan selalu malu kepada Allah; dan d)
berketetapan dan berkekalan dengan Allah secara sungguh-sungguh (al-Sabbagh,
1993: 107).
3. Bagi
al-Syadzili, jalan yang harus menjadi pegangan seorang sufi menuju Tuhan, ada
empat hal. Apabila seorang sufi dapat menjalani (menyelesaikan) keempat hal
tersebut, berarti ia telah mengetahui tasawuf dengan benar dalam pengetahuan
yang hakiki (shiddiqin, muhaqqin). Namun apabila ia hanya menjalani tiga hal,
ia termasuk seorang wali Tuhan. Sedangkan bila ia hanya menyelesaikan dua hal,
ia termasuk seorang syahid. Akan tetapi, bila ia hanya sanggup menjalankan satu
hal, ia dikategorikan sebagai orang yang melayani Tuhan dengan penuh
keikhlasan. Keempat hal tersebut ialah: a) dzikir. Fondasinya adalah
perbuatan-perbuatan yang benar, buahnya (hasilnya) adalah illuminasi; b)
meditasi (tafakkur). Landasannya adalah ketekunan, buahnya adalah pengetahuan;
c) kefakiran. Landasannya adalah rasa syukur, buahnya adalah meningkatkan rasa
syukur; dan d) cinta (hubb). Pangkatnya adalah tidak mencintai dunia dan
isinya, buahnya adalah persatuan dengan penuh rasa cinta (al-Sabbagh, 1993: 109).
4. Menurut al-Syadzili,
ada beberapa cara untuk memperoleh argumentasi (dalil), dengan melihat
tingkatan-tingkatannya. Dalil dapat diperoleh melalui akal (intellect), ini
dimiliki oleh para ulama; dalil dapat juga diperoleh melalui anugerah Ilahiyah
(karamah), ini dimiliki oleh orang-orang suci (para wali); dan dalil juga dapat
diperoleh melalui jiwa yang dalam (sirr), ini dimiliki oleh para Nabi dan
orang-orang yang sangat ikhlas (shiddiqun).
5. Berkaiatan
dengan marifat (mystical knowledge), al-Syadzili sependapat dengan para
filosof, bahwa marifat datang dari Tuhan dengan melalui dua cara: a) dengan
melalui sumber kemurahan (ain al-jud), dengan merujuk kepada orang-orang yang
diberi anugerah Ilahiyah (karamah) oleh Tuhan. Dengan karamah Tuhan, seseorang
akan mencapai ketaatan kepada Tuhan; dan b) dengan cara mengerahkan usaha,
seseorang akan mendapatkan karamah.
6. al-Syadzili
juga menjelaskan istilah-istilah kunci dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah, seperti keyakinan, hakikat, marifat, dan lain-lain. Menurutnya, yang
disebut keyakinan (yaqin), adalah sesuatu yang meliputi pengertian tentang
realitas-realitas Ilahiyah (haqaiq) tanpa ragu dan tanpa adanya sesuatu
penghalang (hijab). Marifat adalah penyingkapan tentang pengetahuan yang
terselubung, ketika tirainya terbuka, tentu kita dapat memanggilnya. Seseorang
yang telah mengakses (memasuki) hakikat, ia digambarkan bahwa dirinya laksana
dalam keterpesonaan. Sedang orang yang telah mencapai marifat, ia diangkat
(maslub) dari dalam dirinya sendiri. Ilmu tasawuf, menurut al-Syadzili, adalah
kumpulan khazanah yang berharga; illuminasi ialah pengetahuan spiritual yang
mendalam (bashair); pengetahuan mistik (tasawuf) adalah ayunan Ilahiyah (sia);
keesaan (tauhid) ialah ketulusan hati (shidq); hikmah adalah pengajaran
(talim); dan cahaya (nur) adalah penjelasan.
7. Berkaitan dengan
cara memperoleh pengetahuan, ia membaginya kepada pengetahuan yang diperoleh
melalui pemeberian/pelimpahan Ilahiyah (mawahib) dan pengetahuan yang diperoleh
melalui usaha (makasib). Sedang makasib dapat diperoleh melalui pengajaran
(talim) dan juga dapat diperoleh melalui perenungan (nazhar).
8. Berkaitan
dengan uzlah (mengasingkan diri dari keramaian), al-Syadzili berpendapat, bahwa
apabila kita berhasrat untuk mencapai kesatuan (wushul) dengan Tuhan, kita
harus meminta pertolongan kepada Allah, duduk di atas permadani ketulusan
(shidq), meditasi (tafakkur), dan mengingat-Nya dengan ingatan yang benar,
serta mengikatkan hati kepada ibadah, agar dapat menghasilkan marifat. Kemudian
langgengkan rasa syukur, perhatian atau konsentrasi penuh (muraqabah), dan
taubat untuk memohon ampunan Tuhan. Dzikir (mengingat Tuhan) dengan cara apapun
akan mewariskan atau menimbulkan muraqabah dengan taqwa, ketika berhenti atau
menghindarkan diri dari perbuatan dosa, akan mendapatkan beberapa kebaikan dari
diri kita.
9. Bagi al-Syadzili, duduk di
atas permadani keikhlasan, merupakan suatu realitas dari sifat-sifat kefakiran,
kelemahan (kekurangan), ketidakmampuan, dan kerendahan hati manusia yang
wujudnya adalah pengabdian (ubudiyah) kepada Tuhan sambil memperhatikan
sifat-sifat kecukupan, kekuasaan, keperkasaan dan keagungan yang hanya dimiliki
Tuhan semata.
Demikian
aspek-aspek pemikiran tasawuf yang diajarkan dan dikembangkan oleh Abu al-Hasan
al-Syadzili, yang tentunya menjadi khazanah yang tak ternilai harganya bagi
yang mau mengambil dan mengamalkannya.
PERKEMBANGAN
TAREKAT
Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad
ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah
kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan
dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada
kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan
mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam
akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang
mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula
dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau
bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran
atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam
tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan
untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru
dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik
bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya.
Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan
oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus
digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha
mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat
sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam
kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma
al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para
pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang
tinggi.
DEMOGRAFIK
PARA PENGIKUT
Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah,
pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak
begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang
terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib
mewujudkan semangat tareqat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan
mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya,
ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian
mereka dalam berpakaian.
Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah
"ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya,
misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal
ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota
tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang
telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah
Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri
"ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum
penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas
Jalan Yang Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul
Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut
tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti
ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka
percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan
bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat
individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan
yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara
individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai
kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib,
paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang
guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru
tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang
anggota dari sebuah tareqat.
Contoh Hizib Al Barr
(Daratan)
Amalan-Amalan
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib
al-Hafidzah, merupakan Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut
laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini
dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi
selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada
Allah.
Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama
perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini
diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak
bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini
sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga
dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan
(Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang
dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan
tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan
untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Allah.
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia
bukan hanya merupakan mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah
A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan
menjamin respon supra natural dan yang terpenting adalah mendapatkan
ridha Allah.
Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat
biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid
dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan
tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa
berlandaskan Al Qur'an dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang
mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Allah
dengan benar.
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan
makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran
utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka,
melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab
hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.
PENGARUH DAN
CABANG-CABANG TAREKAT SYADZILIYAH
Tareqat ini mempunyai
pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika
Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa
tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang
merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa
cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah,
al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah,
al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.
KATA-KATA HIKMAH
Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan
meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku
memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian
sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu
bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan
Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya."Maka
akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji itu milik
Allah.
Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan
anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan
Allah ta'ala, dan jangan duduk dimajelis kecuali majelis yang aman dari murka
Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada
Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu
terhadap Allah."
Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada
syahwat atau usaha ikhtiar sendiri.
Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan
tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari
Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk dapat selalu taat
kepada Allah yang memiliki pemelihara dirimu.
Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia
Allah di dalam berbagai macam bala' dan ni'mat yang menimpanya sehari-hari, dan
mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya
dan bersyukur atas syukur yang mendalam.
Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih
baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.
Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat
dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya
menjelaskan : "Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali,
niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
REFERENSI
Abu
Rabi, Ibrahim M. The Mystical Teachings of al-Shadzili. New York: State
University of New York Press, 1993.
al-Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghanimi. Al-Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terj. Ahmad Rofi Usman. Jakarta: Penerbit Pustaka, 1985.
Arberry, A.J. Sufism an Account of The Mystics of Islam. London: George Allen and Unwin Ltd., 1979.
Haeri, Syekh Fadhlalla. The Elements of Sufism. New York: Element Inc, 1993.
Ibn al-Sabbagh. The Mystical Teaching of al-Syadzili, Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar. Terj. Elmer H. Douglas. New York: State University of New York Press.
Lings, Martin. Syekh Ahmad Alawy, A Sfi Saint of the Twentieth Century. London: George Allen and Unwin Ltd., 1971.
.............. What is Sufism, Membedah Tasawuf. Terj. Ahmad. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1991.
Mansur, H.M. Laily. Ajaran dan Teladan Para Sufi. Jakarta: Srigunting, 1996.
Rahman, Fazlur. Islam, Islam. Terj. Senoaji Saleh. Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Renard, John. Ibnu Abbad of Ronda, Surat-surat Sang Sufi. Terj. M.S. Nasrullah. Bandung: Mizan, 1993.
Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 1981.
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1979
al-Taftazani, Abu al-Wafa al-Ghanimi. Al-Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam. Sufi dari Zaman ke Zaman. Terj. Ahmad Rofi Usman. Jakarta: Penerbit Pustaka, 1985.
Arberry, A.J. Sufism an Account of The Mystics of Islam. London: George Allen and Unwin Ltd., 1979.
Haeri, Syekh Fadhlalla. The Elements of Sufism. New York: Element Inc, 1993.
Ibn al-Sabbagh. The Mystical Teaching of al-Syadzili, Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar. Terj. Elmer H. Douglas. New York: State University of New York Press.
Lings, Martin. Syekh Ahmad Alawy, A Sfi Saint of the Twentieth Century. London: George Allen and Unwin Ltd., 1971.
.............. What is Sufism, Membedah Tasawuf. Terj. Ahmad. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1991.
Mansur, H.M. Laily. Ajaran dan Teladan Para Sufi. Jakarta: Srigunting, 1996.
Rahman, Fazlur. Islam, Islam. Terj. Senoaji Saleh. Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Renard, John. Ibnu Abbad of Ronda, Surat-surat Sang Sufi. Terj. M.S. Nasrullah. Bandung: Mizan, 1993.
Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 1981.
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1979
8 komentar:
Assalammualaikum saya dr malaysia menyukai artikel anda tentang tarikat syadziliyah ini..alhamdulillah di malaysia juga ada tarikat ini dan saya juga biasa mengikutinya tp masih di perigkat awal..teruskan artikel anda..semoga Allah s.w.t. meredhai kita semua..amin..
assalam. terima kasih. alhamduliLlah.
Slm..dimna saya boleh dptkn ijazah mnjdi ahli tarikt syaziliyah di mlysia ?.. klau boleh email saya di email busu_taz1312@hotmail.com..tq
Terima kasih atas kunjungannya, smga artikel yg saya posting bs bermanfaat :)
assalam..bole britau d mna bole baaiah... jazakallah ! nasir / 0189478665
Assalamualaikum. Skadar skadar taarruf. . Sya hazren dri Mlsia, juga pngamal torikoh assyaziliyah al qouqojiyah. Smoga siaran ini bermnfaat.
Assalamualaikum , boleh sesiapaa tahu dimana guru murshid tarekat syaziliyah di negeri selangor? dah lama sy mencari ..insyaAllah semoga Allah merahmati saudara2 ku sekalian. Jazakallah Kheir
Salamalaika...mohon pencerahan.mursyid syadziliah di kelantan ada ke?
Raden nazmi-0193377101
Posting Komentar