A. Definisi Sahabat Menurut
Ahli Hadits
· Ahli Ushul
Sahabat
adalah orang yang bertemu dan hidup bersama Rasul minimal setahun lamanya
· Jumhur Muhadditsin
Sahabat
orang yang bertemu dengan Rasul dengan pertemuan yang wajar sewaktu rasul masih
hidup, dalam keadaan Islam lagi iman,
· Al-Jahidh (ulama beraliran Mu'tazilah)
Sahabat
orang yang pernah bergaul dengan dan meriwayatkan hadits dari padanya
· Ulama Ushul
Sahabat
orang yang berjumpa dengan Rasul, lama pula bersahabat dengan beliau, walaupun
tidak meriwayatkan hadits,
· Loght dan 'Uruf
Sahabat
mereka yang sungguh-sungguh menyertai Nabi, seduduk, sejalan dengan Nabi dalam
sebagian waktu.
· Ahmad bin Hambal
berkata: “Semua yang pernah bersahabat dengan Nabi saw. selama setahun, atau
sebulan, atau sehari, atau sesaat, atau pernah melihatnya; maka ia adalah
termasuk di antara para sahabat beliau. Dia tetap sahabat sebatas kadar
persahabatannya dengan Nabi.” (Al Kifayah fi Ma’rifati Ushul Ilmi Ar Riwayah,
1/192)
· Ali bin Al Madini
berkata: “Barangsiapa yang pernah menemani Nabi saw. atau melihatnya meskipun
hanya sesaat dengan jelas, maka dia adalah termasuk di antara sahabat Nabi
SAW.” (Fath Al Bari Syarh Shahih Al Bukhari, 7/5)
· Imam Bukhari
berkata: “Barangsiapa di antara kaum muslimin yang pernah menemani Nabi saw. atau telah melihatnya, maka dia adalah termasuk sahabatnya.” (Shahih
AlBukhari/Kitab Al Manaqib, Bab Fadha’il Ash-hab An Nabiy Shallallahu Alaihi wa
Sallam)
· Sa'id Bin Musayyab
seorang pemuka tabi’in berpendapat bahwa : Sahabat adalah mereka yang berjuang
bersama Rasulullah selama setahun atau dua tahun dan berperang bersama Rasul
sekali atau dua kali.
· Ibnu Hajar Al Haitami (w.
974h/1567M seorang ahli hadis terkenal )
mengatakan bahwa sahabat adalah orang
yang pernah berjumpa dengan Nabi saw. Dan orang tersebut beriman kepadanya,
hidup bersama beliau baik dalam waktu yang lama maupun sebentar baik orang
tersebut meriwayatkan hadist atau tidak dari Nabi, atau orang yang pernah
melihat beliau , dan/ orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta.
· Ibnu Hajar Al
As’qala
mengatakan, sahabat adalah orang yang
pernah berjumpa dengan Nabi SAW dalam keadaan beriman kepada Beliau dan
meninggal dalam keadaan beriman, masuk dalam kategori orang yang pernah bertemu
Nabi SAW yakni orang yang bermuja
· M. Alawi Ma,
menjelaskan bahwa yang dimaksud sahabat itu
orang-orang yang adil bukan berarti mereka itu orang orang yang terpelihara
dari kemaksiatan atau mustahil melakukan maksiat
B. Klasifikasi Sahabat
Abu Husain bin al Hajjaj al Qusyairi an-Naisabur atau yang kita kenal
dengan Imam Muslim (Naisabur, 202 H/817 M - 261H/ 875M) seorang ahli hadist
terkenal mengklasifikasikan sahabat Rasulullah menjadi dua belas tingkatan
berdasarkan peristiwa yang mereka alami atau saksikan, yaitu :
· Assabiqunal awwalun
· Darun nawah ( kedung pertemuan bagi orang-orang
Quraisy pada masa sebelum dan awal Islam)
· Para sahabat yang ikut hijrah ke Habasiyah
· Para sahabat yang membaiat nabi pada aqabah
pertama
· Para sahabat yang membaiat nabi pada aqabah
kedua
· Muhajirin yang pertama menemui nabi ketika
beliau tiba di Quba sebelum memasuki kota Madinah pada waktu hijrah
· Sahabat yang ikut dalam perang badar
· Sahabat yang berhijrah antara badar dan
hudaibiyah
· Sahabat yang tergabung dalam baiat Ridwan (baiat
yang dilakukan oleh kaum muslimin ketika terjadi Ghaswah/ perjanjian
hudaibiyyah)
· Sahabat yang ikut hijrah antara Al Hudaibiyyah
dan Al Fatah
· Berdasarkan urutan masuk Islam
· Para remaja dan anak-anak yang sempat melihat
Rasulullah .
Jumlah orang yang medapat predikat sebagai sahabat pada waktu Nabi wafat
sekitar 144.000 orang, yakni para pengikut Nabi saw. dan secara nyata melihat
lalu memeluk Islam. Kalau kita melihat beberapa definisi yang dikemukakan di
atas ada pendefinisian sahabat yang mungkin kurang sesuai dengan pendefinisian
sahabat secara lughawi maupun urf al amm.
Karena persahabatan itu mempersyaratkan kebersamaan dalam waktu yang
lama. Kalau kita melihat dari prespektif definisi tersebut mereka yang bertemu
hanya dalam waktu singkat, atau hanya mendengar perkataan atau hanya dengan
bercakap-cakap singkat, atau tinggal bersama dalam waktu yang singkat tidak
dikategorikan sebagai sahabat.
Para ulama mempunyai penilaian yang berbeda tentang sahabat. Menurut
jumhur ulama menyatakan bahwa para sahabat Nabi adalah manusia yang intergritas
kepribadianya dijamin oleh Al Qur’an dan sunnah. Karena itu mereka tidak bisa
dikritik, dan sesuatu yang datang dari mereka adalah benar. Mereka menurut
Arrazi adalah sahabat Nabi yang menyaksiakan wahyu dan tanzil, mengetahui
tafsir dan ta’wil memahami semua ajaran yang disampaikan Allah swt. kepada
rasulnya dan yang disunnahkan dan disyari’atkan nabi.
Allah menjadikan mereka sebagai teladan bagi umat. Pendapat ini didukung
oleh Ibnu Hajar Al Haitami, Ibn Hazm Al Ghazali dan ulama-ulama yang lain.
Menurut pendapat Mu’tazilah semua sahabat ‘udul kecuali sahabat yang terlibat
dalam perang siffin, secara individual kemampuan dalam pemahaman/ memahami
tantang agama berbeda, pengetahuan tentang agama juga berbeda. Tetapi terlepas
dari penilaian terhadap shahabat yang berbeda-beda namun tidak dapat kita
pungkiri bahwa mereka (para sahabat) menduduki posisi yang penting dalam
pewarisan ajaran Islam. Mereka adalah generasi pertama umat Islam sekaligus
penerima tongkat estafet mediator antara wahyu
Tuhan dan masyarakat setelah Nabi Muhammad .
C. Sertifikat (Ijazah yang
Dimiliki Sahabat dalam Meriwayatkan Hadits)
Al-ijāzah, yaitu pemberian ijin seorang guru kepada murid untuk
meriwayatkan hadis tanpa membacakan hadis satu per satu. Istilah yang dipakai
adalah: Anba’anā, akhbaranā ijāzatan atau ḥaddathanā ijāzatan.
Mengenai pembagian ijazah dalam meriwayatkan hadis para ulama berbeda
pendapat. Ada yang mengatakan dibagi menjadi delapan , ada juga yang membaginya
menjadi sembilan , dan sebagainya. Namun di sini penulis hanya menyajikannya
dalam lima kategori saja, yaitu;
· Guru memberi izin kepada orang tertentu untuk riwayat
yang tertentu seperti dia mengatakan; “Saya memberi ijazah kepadamu
meriwayatkan Sahih al-Bukhari”. Kategori ini adalah bagian ijazah tanpa
munawalah yang paling tinggi.
· Guru memberi ijazah kepada orang tertentu untuk
menerima riwayat yang tidak tertentu seperti dia mengatakan; “Saya memberi
ijazah kepada anda untuk meriwayatkan hadis-hadis yang saya dengar”.
· Memberi ijazah kepada orang yang tidak tertentu
dengan riwayat yang tidak tertentu seperti saya memberi ijazah kepada
orang-orang di zaman saya untuk meriwayatkan hadis-hadis yang saya dengar
· Memberi ijazah kepada orang yang tidak diketahui
atau riwayat yang tidak diketahui seperti, “saya memberi ijazah kepada anda
untuk meriwayatkan kitab sunan”, sedangkan dia meriwayatkan beberapa kitab
sunan, atau “saya memberi ijazah kepada Muḥammad bin Khālid al-Dimashqiy, padahal banyak orang yang mempunyai nama
ini.
· Memberi ijazah kepada orang yang tidak ada,
contohnya; “saya memberi ijazah kepada si fulan dan anak yang akan dilahirkan”.
Hukum untuk bagian pertama di atas adalah ṣaḥīḥ
menurut pendapat mayoritas ulama dan dipakai secara berterusan serta harus
meriwayatkan dengan cara ini dan beramal dengannya. Beberapa kumpulan ulama
pula menganggap cara ini tidak tepat dan ini salah satu dari dua pendapat yang
dinukilkan dari Imam al-Shāfi’iy.
Sementara bagian-bagian ijazah yang lain, khilaf tentang keharusan
pemakaiannya. Bagaimanapun, penerimaan dan periwayatan hadis dengan cara ini
(ijazah) merupakan penerimaan lemah dan belum pantas untuk langsung menerimanya.
Lafadz-lafadz Penyampaian, yaitu:
· Yang paling baik dengan mengatakan: أجاز لي فلان (si fulan telah mengijazahkan kepada saya)
· Diharuskan dengan lafadz sama’ yang mempunyai
ketenntuan seperti حدّثنا
إجازة (dia telah menceritakan kepada kami secara ijazah) atau أخبرنا إجازة (dia telah mengabarkan kepada kami secara
ijazah)
· Istilah ulama muta`akhkhirīn: Lafadz أنبأنا(menyampaikan kepada kami) dan
ini dipilih oleh pengarang kitab al-Wijādah.
D. Cara Mengetahui Sahabat
Ada dua unsur yang disepakati para ahli yang harus
dipenuhi oleh seseorang untuk dapat disebut sebagai sahabat.
· Pernah bertemu
dengan Rasul. Seperti Khabar Mutawa yang meninggal di Isfahan, Abu Musa al
Ash’ari memberikan kesaksian bahwa ia mendengar dari Nabi SAW
· Keterangan
seorang tabi’in bahwa seseorang berstatus sebagai sahabat berdasarkan atas
tazkiyah dari seseorang yang adil. Pengakuan seseorang bahwa ia adalah sahabat
setelah diakui keadilan dan kesejamanannya dengan Nabi SAW. Pengakuan ini
dianggap sah selama tidak lebih dari seratus tahun wafatnya Rasul
E. Sifat Adil
Sahabat
Para sahabat seluruhnya bersifat adil, baik yang
terlibat dalam fitnah maupun tidak,dan hal ini menjadi kesepakatan para ahli
hadis. Makna keadilan mereka adalah jauhnya mereka dari kesengajaan berbuat
dusta dalam meriwayatkan hadis, dari melakukan penukaran (pemutar balikan)
hadis dan dari perbuatan-perbuatan lain yang menyebabkan tidak diterimanya
riwayat mereka.
Dengan demikian disimpulkan bahwa semua riwayat
sahabat dapat diterima tanpa meneliti lebih dalam tentang keadilan mereka, dan
sahabat yang terlibat fitnah maka persoalan ini dikembalikan pada ijtihad
mereka, dimana mereka tetap mendapat pahala atas dasar husnu z{an, karena
mereka adalah orang-orang yang membawa shari<‘at dan sebaik-baik generasi.
M. Alawi Al Ma,
menjelaskan bahwa yang dimaksud sahabat itu orang-orang yang adil bukan
berarti mereka itu orang orang yang terpelihara dari kemaksiatan atau mustahil
melakukan maksiat. Akan tetapi, yang dimaksud di sini adalah adil dalam konteks
riwayat mereka dapat diterima tanpa persharatan- persharatan adil dan meyakini
mereka sebagai orang-orang yang bersih tanpa ada prasangka mereka melakukan
sesuatu yang tercela.
Hal ini sejalan dengan pengertian ‘adalah
yang dikemukakan oleh Komaruddin Amin, yakni sebuah karakter yang selalu
menuntun seseorang untuk selalu berperilaku taat dan selalu mencegah untuk
melakukan hal-hal yang tidak baik.
Penjelasan serupa juga disampaikan oleh al
Maudu, ungkapan “para sahabat Nabi SAW semuanya adil” bukan berarti bahwa
mereka semuanya tidak mungkin berbuat kesalahan dan setiap individu dari mereka
tidak tersentuh kelemahan atau kekurangan-kekurangan manusiawi sedikitpun.
Tetapi yang dimaksud adalah para sahabat
Nabi SAW tidak pernah melampaui kebenaran dan ketulusan dalam meriwayatkan dari
Rasul sebagaimana dikutip oleh Juynboll menyatakan bahwa telah dibuktikan dalam
sejarah bahwa para sahabat tidak pernah mereka-reka hadis Nabi SAW, dan jika
seorang atau beberapa sahabat telah mereka-reka hadis Nabi SAW, maka akan
timbul badai protes dari sahabat-sahabat lain, suatu protes yang tentu akan
disebutkan dalam sumber-sumber historis.
“Bayangkan, mana mungkin seorang sahabat
berdusta!” seru al Siba’, mereka sedemikian berkeinginan menggambarkan segala
sesuatu tentang Nabi SAW dengan benar. Keadilan sahabat merupakan sesuatu yang
imperative diakui berdasarkan firman-firman Allah yang berhubungan dengan para
sahabat dan hadis-hadis yang inklusif menunjukkan kesucian mereka dan
keberadaannya sebagai manusia manusia pilihan. Sekiranya tidak ada dalil-dalil
dari Allah dan Rasul
عن عبد الله بن مغفل قَال : قالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّهَ اللَّهَ فِى أَصْحَابِى اللَّهَ اللَّهَ فِى
أَصْحَابِى لاَ تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِى فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّى أَحَبَّهُمْ
وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِى
أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِى وَمَنْ آذَانِى فَقَدْ آذَى اللَّهَ
وَمَنْ آذَى اللَّهَ فَيُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ (رواه الترميذى)
Artinya:
Dari Abdillah bin Mughaffal berkata,
Rasulullah SAW bersabda: Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam masalah
sahabat-sahabatku. Jangan kalian menjadikan mereka saran (kritik) sesudah aku
(wafat). Barangsiapa mencintai mereka, maka dengan kecintaanku aku mencintai
mereka. Dan barangsiapa menyakiti mereka, maka aku membenci mereka. Barangsiapa
menyakiti mereka, maka berarti telah menyakiti aku. Barangsiapa menyakitiku,
maka berarti telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka
kemungkinan besar Dia akan menyiksanya (H.R. al Tirmidzi)
Pandangan Ulama’ tentang Keadilan Sahabat
· Ahlu
al Sunnah sepakat menetapkan bahwa seluruh sahabat bersifat adil. Al Baghdat
mengatakan bahwa tidak perlu dipersoalkan lagi mengenai keadilan sahabat,
karena keadilannya sudah ditetapkan oleh Allah dalam Al Qur’an. Bahwa keadilan
sahabat telah di maklumi berlandaskan apa yang telah ditegaskan oleh Allah
sendiri. Selain itu Allah juga memuji mereka. Oleh karena itu tidak perlu lagi
menta’dilkan mereka sebab penta’dilan dari Allah lebih Shahih
· Mendapatkan
dukungan dari Ibnu Salah, Ia menjelaskan bahwa sahabat memiliki keistimewaan
khusus yakni keadilan mereka tidak perlu dipertanyakan karena masalah ini telah
selesai karena kedudukan mereka secara mutlak telah dita’dil oleh teks-teks Al
Qur’an Abu hudhail dan lain-lain
Menurut pendapat sebagian kecil ulama’
yakni Muhammad Abduh, Rashid Rida ialah sebagai berikut:
· Sahabat
yang memeluk Islam di Makkah sebelum hijrah. Seperti Khadi<’ binti Umais.
· Sahabat-sahabat
yang mengikuti bai’at Aqabah yang pertama.
· Sahabat-sahabat
yang mengikuti bai’at Aqabah yang kedua. Diantara mereka adalah Sa’ad bin
Uba<’ dan lain-lain masih dalam usia anak-anak dan telah melihat Rasul
F.
Sahabat yang Meriwayatkan Hadits & Jumlahnya
Ashab Al Isyrin – Perawi 20 Hadits
·
Abu
Barzah RA
·
Abu
Syureh Ra
·
Abdullah
bin Jarrad RA
·
Al
Musawwir bin Mukharamah RA
·
Amr
bin Umayyah ad Dhomiri RA
·
Sofwan
bin ‘Asal RA
Ashab Tis’ata ‘Asyar – Perawi 19 Hadits
Suraqah
bin Malik RA
Ashab As Samaniyata ‘Asyar – Perawi 18
Hadits
·
Tamim
Ad Darriyy RA
·
Kholid
bin Walid RA
·
Amr
bin Hurais RA
·
Abu
Hawalah al Azdi RA
·
Usaid
bin Hudair RA
·
Fatimah
RA binti Rosulullah SAW
Ashab As Sab’ata ‘Asyar – Perawi 17 Hadits
·
Nuwas
bin Sam’an al Kalabiy RA
·
Abdullah
bin Sarjas RA
·
Abdullah
bin Haris bin Jaza RA
Ashab As Sitata ‘Asyar – Perawi 16 Hadits
·
As
Sa’b Jutsamah RA
·
Qais
bin Sa’d bin ‘Ubadah RA
·
Muhammad
bin Musallamah RA
Ashab Al Khamsahta ‘Asyar – Perawi 15
Hadits
·
Malik
bin Huwairis al Laisy RA
·
Abu
Lubabah bin Abdul Mundzir RA
·
Sulaiman
bin Shard RA
·
Khaulah
binti Hakim RA
Ashab al Arba’ata ‘Asyar – Perawi 14
Hadits
·
Abdurrahman
bin Syubi RA
·
Tsabit
bin ad Dohak RA
·
Thalq
bin Ali RA
·
Abu
Ubaidah bin al Jarah RA
·
Thariq
RA
·
As
Shanabihi RA
·
Abdurrahman
bin Samrah RA
·
Al
Hakm bin ‘Umair RA
·
Safinah
RA
·
Ka’b
bin Murrah RA
·
Ummu
Sulaim binti Milhan RA
Ashab As Tsalasata ‘Asyar – Perawi 13
Hadits
·
Abu
Laily al Anshary RA
·
Mu’awiyah
bin al Hikm RA
·
Hasan
bin Ali bin Abi Thalib RA
·
Hudzaifah
bin Usaid al Ghifari RA
·
Salman
bin ‘Amir RA
·
Urwah
al Bariqy RA
·
Sofwan
bin Umayah bin Khalf RA
Ashab Al Itsna ‘Asyar – Perawi 12 Hadits
·
Abu
Bashrah al Ghifary RA
·
Abdurrahman
bin Abzi RA
·
Abdullah
bin ‘Akim RA
·
Umar
bin Abi Salamah RA
·
Salamah
bin Mahbiq al Hadzaly RA
·
As
Syifa binti Abdullah al Adawiyah RA
Ashab Ihda ‘Asyar – Perawi 11 Hadits
·
Nabisyah
RA
·
Abu
Kansyah al Anmary RA
·
Amr
bin al Hamaq RA
·
Al
Halab RA
·
Wabisyah
bin Ma’bad al Asady RA
·
Abu
al Yasar RA
·
Zaenab
bin Jahs, Ummur Mu’minin RA
·
Diba’ah
binti Zubair bin Abdul Muthalib RA
·
Yasarah
binti Sofwan RA
G.
Sahabat yang Kerakhir Kali Wafat
Anas
bin Malik, beliau menempati urutan ke tiga dari
sahabat Nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan
sebanyak 2.286 hadits. Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj lahir:
612-wafat:709/712).
Nasab
Beliau adalah Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat Rasulullah n dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir meninggal dunia.
Ia adalah pambantu Rasulullah n seorang yang banyak meriwayatkan hadits darinya. Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan berkata kepadanya: "Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan menjadi pembantumu". Maka nabi pun menerimanya.
Lahir
Ketika Rasul datang ke Madinah, Anas berumur 10 tahun, dan ketika beliau wafat Anas berumur 20 tahun. Jadi Anas lahir 10 tahun sebelum tahun hijriyah atau bertepatan dengan tahun 612 Masehi. Ibunya juga seorang yang pandai dan telah masuk Islam, sehingga Anas pun dari kecil telah memeluk agama Islam.
Gelar
Rasulullah saw. memberikan gelar kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa).
Keilmuan dan Periwayatan Hadits
Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar, Umar, Usman, Mu'ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha'sha'ah, Abi Hurairah, Fatimah dan masih banyak lainnya.
Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting, diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya'bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa'id Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin Syakir.
Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang, sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang – orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun, mereka tidak dianggap.
Anas menemani Nabi saw dengan sempurna. Ia benar-benar sempurna dalam bermulazamah kepada beliau sejak beliau hijrah, sampai meninggal. Dia juga banyak mengikuti peperangan bersama beliau, juga berbaiat di bawah pohon (Bai'at Ridwan).
Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah, maka setelah selesai ia mengatakan "Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah " dalam Musnad Anas sebanyak 2.286, yang disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 180 hadits, dan yang hanya dalam riwayat Bukhari 80 hadits dan Muslim 90 hadits.
Do'a
Rasul terhadap Anas
Ibunya datang kepada Rasulullah n dan berkata : "Wahai Rasulullah n ini adalah Anas, anak yang cerdas mau menbantumu". Kemudian Anas diserahkan kepada Rasulullah n dan beliau pun menerimanya. Ibunya pun memohon kepada Rasulullah n untuk mendoakan Anas, maka Rasul pun berdoa untuknya,
"Ya Allah perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah dia ke dalam surga" dalam riwayat lain, "Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya"
Anas
berkata, "Demi Allah hartaku sangat melimpah, sampai kurma dan anggurku
berbuah dua kali dalam setahun. Jumlah anak-anak dan cucuku - cucuku mencapai
seratus." dalam riwayat lain seratus enam. Dalam riwayat lain juga
disebutkan dari anak perempuannya Aminah, mengabarkan tentang anak beliau yang
mati dan dikuburkan saja itu mencapai 120 anak, selain cucunya, itu pada saat
Hajjaj berkuasa di Basrah.
Berkat do'a Rasulullah SAW ia menjadi sahabat yang paling banyak anaknya serta paling panjang umurnya, dan paling akhir meninggal dunia.
Penjaga Rahasia Rasulullah SAW
Suatu hari Anas melayani Rasulullah saw. sampai selesai, kemudian dia berkata: " Nabi sedang tidur siang", kemudian dia pergi dan didapatinya anak-anak pada bermain. Kemudian ia berdiri dan melihat permainan mereka. Tiba-tiba nabi datang, dan memberi salam kepada mereka. Terus memanggil Anas dan mengutusnya untuk suatu urusan. Sepertinya ini adalah perintah rahasia, hingga dia mendatangi ibunya dengan pelan. Ibunya bertanya "Ada apa denganmu"? Anas menjawab, "Nabi mengutusku untuk suatu urusan. Ibunya bertanya lagi, "Urusan apa itu?" Anas menjawab, "Ini adalah rahasia nabi". Maka ibunya berkata, " Jagalah rahasia Rasulullah saw. Maka Anas tidak menceritakan kepada siapapun.
Akhlak
Rasulullah saw. terhadap Anas.
Pada suatu hari Rasulullah saw mengutus anas untuk suatu hajat, kemudian dia berkata, Demi Allah saya tidak akan pergi! Dalam hatiku aku akan pergi kalau nabi menyuruhku. Kemudian dia pergi dan melintasi anak-anak yang sedang bermain di pasar. Maka tiba-tiba Rasulullah saw memegang tengkuknya dari belakang. Kemudian dia melihat kepada beliau, ternyata beliau tersenyum dan berkata, "Wahai Unais, pergilah sesuai apa yang aku perintahkan! Maka anas menjawab : Baik Rasulullah saw saya akan pergi.
Anas
berkata " Demi Allah saya telah menjadi pembantu beliau selama 9 tahun,
saya tidak mendapatkan beliau komentar apa yang aku kerjakan" Kenapa kamu
berbuat sepert ini dan begini? Atau sesuatu yang aku tinggalkan, " Kenapa
kamu tidak berbuat seperti ini?"
Anas telah menjadi pembantu Rasulullah saw. bertahun-tahun tapi beliau tidak pernah mencelanya sama sekali, tidak pernah memukul, tidak pernah menghardik, tidak pernah bermuka masam, tidak pernah menyuruhnya dan dia malas kemudian Rasulullah n mencelanya. Maka jika salah satu keluarganya mencelanya, beliau berkata, " Biarkanlah apa yang dia kerjakan!"
Tsabit bertanya kepada Anas "Apakah tanganmu pernah bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah saw? Ia menjawab, Ya, pernah. Ia mengulurkannya padaku, dan aku menyambutnya.
Candanya Rasul kepada Anas
Rasulullah
n juga pernah bercanda dengan Anas. Beliau berkata padanya : ( ياذا الأذنين ) "Wahai yang punya dua
telinga"
Makan
Abu Ja'far berkata, "Anas itu berbelang, dan sangat jelas sekali. Dan saya melihat dia makan dengan suapan besar". Abu Ayub berkata, " Anas lemah dalam mengerjakan puasa, maka ia membuat makanan, kemudian memanggil 30 orang miskin dan memberi makan mereka.
Cincin
Anas
Ibnu Sirin berkata, " Di cincin Anas terdapat lukisan srigala" Sedang menurut Az Zuhri, dari Anas, bahwa cincinnnya bertuliskan "Muhammad Rasulullah" Jika mau ke kamar mandi, ia melepasnya.
Keutamaan Anas
Nabi saw talah mengkhususkan Anas dengan sebagian ilmu. Diantaranya adalah sabda beliau kepada Anas, bahwasanya beliau mampu mendatangi sembilan isrinya pada waktu dhuha dengan sekali mandi.
Rasulullah saw. mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansor di rumah Anas, dan mereka berjumlah 90 orang. Setengah dari Muhajirin dan setengahnya lagi dari Ansor. Rasulullah saw mempersaudarakan mereka atas persamaan diantara mereka, saling mewarisi setelah meninggal tanpa ada hubungan rahim, sampai terjadinya perang Badar. Ketika turun ayat:
Maka setelah itu, saling mewarisi harus karena hubungan rahim, bukan ikatan persaudaraan (Q.S.Al-Ahzab:6)
Kata mutiara
"Seorang hamba tidak dikatakan betakwa kepada Allah, sampai dia bisa menjaga lisannya"
Ibadah
Abu Hurairah berkata, : "Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun yang mirip dengan sholatnya Rasulullah saw selain daripada ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik ). Ibnu Sirin berkata, "Anas adalah sahabat yang sholatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar."
Tsumamah
berkata, "Anas sholat sampai kedua kakinya bengkak mengeluarkan darah,
karena sholatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya.
Anas
berkata, : "Ambillah (Al Qur'an dan As Sunnah) dariku, karena saya
mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah n dari Allah swt.
Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku"
Anas juga tahu benar ibadah Rasulullah saw. Dan tidak ada satu malampun dia melihat Rasulullah kecuali beliau menangis.
Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku "Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram."
Pada hari Jum'at, Anas menemui Sholih bin Ibrahim yang sedang berbincang-bincang di salah satu rumah istri nabi, lalu dia berkata "Mah" Ketika selesai sholat, dia berkata, : "Saya benar-benar takut kalau-kalau sholat Jum'atku batal, gara-gara perkataanku pada kalian "Mah".
Rasa takut beliau
Ketika Az Zuhri masuk ke rumah Anas di Dimsiq (Irak), dia melihat Anas menangis. Kemudian ditanya, "Apa yang menyebabkan engkau menangis? Dia menjawab, "Saya tidak tahu apapun kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya tentang masalah shalat. Dalam masalah sholat ini telah dihilangkan ( diakhirkan dari waktunya ). Pada masa itu ( Bani Umayyah ) masalah sholat diakhirkan, kecuali pada masa Umar bin Abdul Aziz.
Jihad beliau
Anas mulai ikut berjihad mulai dari kecil. Dikatakan kepada Anas: Apakah engkau menyaksikan perang Badar? Ia menjawab " Laa umma laka! Kemanakah saya kalau sampai tidak hadir."
Muhammad bin Abdullah berkata " Anas keluar bersama Rsulullah ketika terjadi perang Badar, ia adalah seorang anak yang membantu Rasulullah. Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali.
Karamah
Ibnu Abi Dunya berkata "Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba dating Qohromanah dan berkata, "Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering" Kemudian Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo'a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata " Lihatlah langit itu". Maka setelah itu tanahnya menjadi subur.
Ibnu Abi Dunya berkata "Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba dating Qohromanah dan berkata, "Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering" Kemudian Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo'a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata " Lihatlah langit itu". Maka setelah itu tanahnya menjadi subur.
Menjadi Amir
Abu Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya.
Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy'ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, " Nih… lehernya Hajaj!" Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas.
Anas pernah menjadi utusan Abdul Malik pada masa kepemerintahannya, sekitar tahun 92. Dia membangun semua kota Dimsiq. Ketika Anas bergegas menuju masjid Dimsiq, Makhul bertanya padanya, "Apakah wajib berwudlu ketika selesai mengurus jenazah? Beliau menjawab "Tidak usah wudlu"
Ketika Anas menghadap Walid, dia bertanya, "Apa yang telah engkau dengar dari Rasul perihal hari kiamat? Anas menjawab, "Saya mendengar Rasulullah n bersabda "Kalian dan hari kiamat seperti dua ini –jari telunjuk dan jari tengah-"
Zuhud
dan Ketawakalannya
Ketika
seorang amir datang untuk memberikan fa'i kepada Anas, dia mengatakan apakah
anda mau mengambil 1/5? Dia menjawab, "Tidak" Ia tidak menerimanya.
Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab " Seorang dokter malah menyakitiku"
Syafaat Rasul untuk Anas
Imam
Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah saw pada hari kiamat.
Maka rasul menjawab, "Ya pasti saya akan penuhi permohonanmu." Anas
bertanya, "Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat nanti, wahai
nabiyallah?" Rasul menjawab "Mintalah padaku sesuatu yang pertama
kamu minta padaku yaitu di atas sirat." Tanya Anas, "Jika aku tidak
ketemu engkau di situ?" Jawab rasul, "Maka kalau tidak ketemu di sana
berarti saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di
Telaga, saya tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari
kiamat"
Harapan Anas
Anas adalah pemilik sandal dan kantong kulit Rasulullah saw. Anas berkata, : Aku sangat mendambakan akan bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata " Wahai Rasulullah saw aku adalah pembantu kecilmu"
Wafat
Dikatakan kepada Anas, "Engkau adalah sahabat Rasulullah n yang paling terakhir yang masih hidup." Anas menjawab, Kaum Arab masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang masih hidup. Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab " Seorang dokter menyakitiku" dan dia memohon agar dia ditalkin 'Laa ilaha illallh, karena dia (Malaikat) telah datang. Dia senantiasa mengatakannya, sampai Malaikat pencabut nyawa mencabut nyawanya. Di sisi dia ada tongkat kecil punya Rasulullah SAW yang kemudian dikubur bersamanya.
Ketika
Anas wafat, beliau berumur 107 tahun. Berkata Waqidi dan lainnya" Anas
adalah sahabat di Basrah yang paling terakhir wafatnya." Para ahli sejarah
selisih dalam menentukan kematian beliau, ada yang mengatakan wafat pada tahun
90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan tahun 93, dan inilah yang mashur
menurut jumhur. Imam Ahmad berkata : Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat
bersamaan pada hari Jum'at, tahun 93.
Qotadah
berkata : Ketika Anas wafat, Muariq al 'Ajli berkata, Hari ini telah pergi /
hilang setengah dari pada ilmu. Dia ditanya, kenapa bisa demikian wahai Abu
Mu'tamar? Ia menjawab : Jika ada orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi
kita hadits dari Rasulullah n kita katakan pada mereka : "Mari kita kembalikan
pada orang yang mendengar (Anas) darinya (Rasul)."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar