Berkata Habib Alwi bin Ahmad,
penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang
melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia
akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah
berlaku dan bukan omong-omong kosong.”
Berkata Sidi Habib
Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal
Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapapun yang menentang atau membangkang
orang yang membaca Ratib kami ini baik secara terang-terangan atau
disembunyikan pembangkangannya itu, akan mendapat bencana seperti yang ditimpa
ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati
mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala.”
Allah Ta’ala
berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling
dari mengingat-Ku, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit .” (QS. Thaha: 124)
Allah berfirman lagi:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat
Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman. ” (QS. Az-Zukhruf: 36)
Allah berfirman lagi:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingai
Tuhannya, Kami akan melorongkannya kepada seksa yang menyesakkan nafas. ” (QS. Al-Jin: 17).
Diantara keutamaan
Ratib Al-Haddad juga ialah barang siapa senatiasa membaca Ratib Al-Haddad,
insya’ Allah, ia akan dikaruniai Husnul–Khatimah. Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad
Syarah bil Al-Asyram dalam tulisannya mengenai manaqib (Kisah kebajikan
orang-orang yang telah wafat) Sayyid ‘Abdullah Al-Haddad, pada pembicaraannya
tentang Ratib Al-Haddad mengatakan “Aku mendengar bahwa penyusun ratib (Sayyid
’Abdullah Al-Haddad) pernah berkata, “Barangsiapa
yang membiasakan diri membaca ratib ini (Ratib Al-Haddad) ia akan dikaruniai
Husnul-Khatimah .”
As-Sayid Ahmad bin
Zain Al Habsyiy ‘Alawiy di dalam Syarhul Washiyyah, setelah membahas perihal
Ratib Al-Haddad ia berkata sebagai berikut, “Aku pernah mendengar, bahwa para
ahlush-shalah (orang-orang saleh) mengatakan bahwasanya Sayyid ‘Abdullah
Al-Haddad pernah berkata, “Barangsiapa membaca ratib ini, khususnya
al-Jalalah (yakni lafadzul-jalalah, yaitu lafal Allah) dengan tertib dan
khusyu’ (khudhu’) disertai keyakinan dan niat yang sungguh-sungguh, dan
melengkapkan ucapan lafal tersebut 1000 kali, niscaya akan tampak olehnya suatu
cahaya dan futuh (istilah khas kaum sufi, yang berarti terbukanya hijab yang
menutupi mata hati manusia dari Allah, Tuhannya).
Sayyid Ahmad bin Zain
Al-Habsyiy ‘Alawi lebih jauh mengatakan, “Saudaraku pernah mengamalkan hal itu,
kemudian tampak olehnya secercah cahaya dari Allah SWT.”
Apalagi yang perlu
diterangkan lagi mengenai Ratib ini guna mendorong kita supaya membiasakan diri
mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam,
mudah-mudahan kita semua akan terbuka hatinya untuk melakukannya dan mendapat
faedah daripada amalan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar